Kitab Haidh - Lu'lu' wal Marjan
KITAB HAIDH
Mencumbui
Wanita Haidh Pada Bagian Atas Sarung
168. Hadits
Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
كَانَتْ إِحْدَانَا إِذَا كَانَتْ حَائِضًا، فَأَرادَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُبَاشِرَهَا، أَمَرَهَا أَنْ تَتَّزِرَ فِي فَوْرِ
حَيْضَتِهَا، ثُمَّ يُبَاشِرُهَا قَالَتْ: وَأَيُّكُمْ يَمْلِك إِرْبَهُ كَمَا كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْلِكُ إِرْبَهُ
Jika
seorang dari kami (istri Nabi ﷺ) haidh dan Rosulullah ﷺ ingin mencumbuinya, maka
memerintahkan agar bagian yang mengeluarkan darah haidh (kemaluan) agar
ditutupi kain lalu beliau mencumbui istrinya.
Aisyah berkata:
Siapa dari kalian yang mampu mengendalikan syahwatnya seperti yang dilakukan
Nabi ﷺ?
(HR. Bukhori no. 302 dan Muslim no. 293)
169. Hadits
Maimunah Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ
يُبَاشِرَ امْرَأَةً مِنْ نِسَائِهِ، أَمَرَهَا فَاتَّزَرَتْ وَهِيَ حَائِضٌ
Apabila Rosulullah
ﷺ
ingin mencumbui salah seorang dari istrinya, beliau memerintahkannya agar memakai
sarung[1]
saat haidh. (HR. Bukhori no. 303 dan Muslim no. 294)
Tidur
Bersama Wanita Haidh dalam Satu Selimut
170. Hadits
Ummu Salamah Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
بَيْنَا أَنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُضْطَجِعَةٌ
فِي خَمِيلَةٍ حِضْتُ، فَانْسَلَلْتُ، فَأَخَذْتُ ثِيَابَ حِيضَتِي، فَقَالَ: «أَنُفِسْتِ»،
فَقُلْتُ: نَعَمْ فَدَعَانِي، فَاضْطَجَعْتُ مَعَهُ فِي الخَمِيلَةِ
Ketika aku
bersama Nabi ﷺ
tiduran satu selimut,
aku haidh lalu menjauh dan mengganti dengan pakaian khusus haidh. Beliau
bertanya: “Apakah kamu haidh?” Jawabku: “Ya.” Beliau memanggilku hingga aku
tiduran lagi satu selimut bersama beliau. (HR. Bukhori no. 323 dan Muslim no. 296)
171. Hadits
Ummu Salamah Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
وَكُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ مِنَ الْجَنَابَةِ
Aku pernah
mandi bareng Nabi ﷺ
menggunakan satu wadah air karena junub. (HR. Bukhori no. 322 dan Muslim no. 324)
Bolehnya
Wanita Haidh Mencuci Kepala Suaminya dan Menyisirnya
172. Hadits
Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, istri Nabi ﷺ, ia berkata:
وَإِنْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُدْخِلُ عَلَىَّ
رَأْسَهُ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ فأُرَجِّلُهُ، وَكَانَ لاَ يَدْخُلُ الْبيْتَ إِلاَّ
لِحَاجَةٍ إِذَا كَانَ مُعْتَكِفًا
Sungguh Rosulullah
ﷺ
pernah memasukkan kepalanya kepadaku (ke jendela atau pintu rumahku yang
bersambung ke Masjid) untuk kusisir. Rosulullah ﷺ tidak masuk rumah kecuali
untuk sebuah hajat (mandi, buang hajat, dll) saat sedang itikaf. (HR. Bukhori
no. 2029 dan Muslim no. 297)
173. Hadits
Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَاشِرُنِي وَأَنَا حَائِضٌ،
وَكَانَ يُخْرِجُ رَأْسَهُ مِنَ الْمَسْجِدِ وَهُوَ مُعْتَكِفٌ فَأَغْسِلُهُ وَأَنَا
حَائِضٌ
Nabi ﷺ
pernah mencumbuiku saat aku sedang haidh. Beliau pernah mengeluarkan kepalanya
dari Masjid saat itikaf (ke jendelaku atau pintu rumahku yang bersambung
Masjid) lalu aku mencucinya padahal aku sedang haidh. (HR. Bukhori no. 2030 dan
Muslim no. 297)
174. Hadits
Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, ia menceritakan:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كَانَ يَتَّكِئُ فِي حَجْرِي
وَأَنَا حَائِضٌ، ثُمَّ يَقْرَأُ القُرْآنَ»
Nabi ﷺ
pernah menyendarkan (kepalanya) di pangkuanku saat aku sedang haidh lalu
membaca Al-Quran. (HR. Bukhori no. 297 dan Muslim no. 301)
Madzi
175. Hadits
Ali Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
كُنْتُ رَجُلًا مَذَّاءً فَاسْتَحْيَيْتُ أَنْ أَسْأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَمَرْتُ المِقْدَادَ بْنَ الأَسْوَدِ فَسَأَلَهُ فَقَالَ:
«فِيهِ الوُضُوءُ»
Aku lelaki
yang sering mengeluarkan madzi (cairan putih kental yang keluar karena birahi).
Aku malu menanyakannya kepada Rosulullah ﷺ lalu aku menyuruh Al-Miqdad
bin Al-Aswad menanyakannya lalu beliau menjawab: “Cukup berwudhu.” (HR. Bukhori
no. 178 dan Muslim no. 303)
Bolehnya
Orang Junub Tidur Tetapi Dianjurkan Berwudhu
176. Hadits
Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ
وَهُوَ جُنُبٌ غَسَلَ فَرْجَهُ وَتَوَضَّأَ لِلصَّلاَةِ
Apabila Nabi
ﷺ
ingin tidur saat junub, mencuci kemaluannya dan bewudhu seperti wudhu sholat.
(HR. Bukhori no. 288 dan Muslim no. 305)
177. Hadits
Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma,
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَيَرْقُدُ أَحَدُنَا وَهُوَ جُنُبٌ قَالَ: «نَعَمْ، إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ
فَلْيَرْقُدْ وَهُوَ جُنُبٌ»
Umar bin
Al-Khoth-thob bertanya Rosulullah ﷺ: “Apakah seorang dari kami
boleh tidur saat junub?” Jawab beliau: “Ya. (Dianjurkan) apabila seorang dari
kalian wudhu, silahkan tidur dalam keadaan junub.” (HR. Bukhori no. 287 dan
Muslim no. 306)
178. Hadits
Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
ذَكَرَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّهُ تُصِيبُهُ الجَنَابَةُ مِنَ اللَّيْلِ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «تَوَضَّأْ وَاغْسِلْ ذَكَرَكَ، ثُمَّ نَمْ»
Umar bin
Al-Khoth-thob menyampaikan kepada Rosulullah ﷺ bahwa dirinya junub di malam
hari. Maka Rosulullah ﷺ
bersabda kepadanya: “Wudhulah dan bersihkan kemaluanmu lalu tidurlah.” (HR.
Bukhori no. 290 dan Muslim no. 306)
179.
Hadits Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu,
أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى
نِسائِهِ فِي اللَّيْلَةِ الْوَاحِدَةِ وَلَهُ يَوْمَئِذٍ تِسْعُ نِسْوَةٍ
Nabiyullah ﷺ
pernah menggilir (menjimak) semua istrinya dalam satu malam. Pada waktu itu
beliau memiliki 9 istri. (HR. Bukhori no. 284 dan Muslim no. 309)
Wajibnya
Mandi Atas Wanita dengan Keluarnya Mani
180. Hadits
Ummu Sulaim Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
جَاءَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْيِي مِنَ الحَقِّ، فَهَلْ
عَلَى المَرْأَةِ مِنْ غُسْلٍ إِذَا احْتَلَمَتْ؟ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «إِذَا رَأَتِ المَاءَ» فَغَطَّتْ أُمُّ سَلَمَةَ، تَعْنِي وَجْهَهَا، وَقَالَتْ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوَتَحْتَلِمُ المَرْأَةُ؟ قَالَ: «نَعَمْ، تَرِبَتْ يَمِينُكِ،
فَبِمَ يُشْبِهُهَا وَلَدُهَا»
Ummu Sulaim
mendatangi Rosulullah ﷺ
dan berkata: “Wahai Rosulullah, Allah tidak malu dari (menyampaikan) kebenaran.
Apakah wanita wajib mandi jika mimpi basah?” Jawab beliau: “Ya.” Ummu Salamah
menutup mukanya sambil berkata: “Wahai Rosulullah ﷺ apakah wanita bisa mimpi
basah?” Jawab beliau: “Ya. Berdebu tanganmu (ungkapan keheranan), dari mana
anaknya bisa mirip dengannya?” (HR. Bukhori no. 130 dan Muslim no. 313)
Cara
Mandi Jinabat
181. Hadits
Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, istri Nabi ﷺ,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ
الجَنَابَةِ، بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ، ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ،
ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي المَاءِ، فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ، ثُمَّ
يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ، ثُمَّ يُفِيضُ المَاءَ عَلَى جِلْدِهِ
كُلِّهِ
Apabila Nabi
ﷺ
mandi jinabat: (1) beliau memulai dengan mencuci dua tangannya, (2) lalu
berwudhu seperti wudhu sholat, (3) lalu memasukkan jari-jarinya ke dalam air
untuk digunakan menyela-nyela pangkal rambutnya, (4) lalu menuangkan kepalanya
tiga cakupan air dengan dua telapak tangannya, (5) lalu mengguyur air ke
seluruh badannya. (HR. Bukhori no. 248 dan Muslim no. 316)
182. Hadits
Maimunah Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
«صَبَبْتُ لِلنَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غُسْلًا، فَأَفْرَغَ بِيَمِينِهِ عَلَى يَسَارِهِ
فَغَسَلَهُمَا، ثُمَّ غَسَلَ فَرْجَهُ، ثُمَّ قَالَ بِيَدِهِ الأَرْضَ فَمَسَحَهَا
بِالتُّرَابِ، ثُمَّ غَسَلَهَا، ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ،
وَأَفَاضَ عَلَى رَأْسِهِ، ثُمَّ تَنَحَّى، فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ، ثُمَّ أُتِيَ بِمِنْدِيلٍ
فَلَمْ يَنْفُضْ بِهَا»
Aku
menyediakan air mandi untuk Nabi ﷺ. Beliau menuangkan wadah air
dengan tangan kanannya ke tangan kirinya (begitu pula ke tangan kanannya sebelum
memasukkan dua tangannya ke dalam wadah air) untuk mencuci keduanya. Lalu
mencuci kemaluannya. Lalu menggesekkan tangannya ke tanah untuk disapukan ke
debu. Lalu mencuci tangan tersebut (dengan air). Lalu berkumur dan menghirup
air ke hidung dan mengeluarkannya. Lalu mencuci wajahnya dan mengguyur ke
kepalanya. Lalu menjauh (dari tempat mandi) untuk mencuci dua kakinya. Lalu
kudatangkan kain lap tetapi beliau menolaknya. (HR. Bukhori no. 259 dan Muslim
no. 317)
183. Hadits
Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صلّى الله عليه وسلم «إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الجَنَابَةِ، دَعَا
بِشَيْءٍ نَحْوَ الحِلاَبِ، فَأَخَذَ بِكَفِّهِ، فَبَدَأَ بِشِقِّ رَأْسِهِ الأَيْمَنِ،
ثُمَّ الأَيْسَرِ، فَقَالَ بِهِمَا عَلَى وَسَطِ رَأْسِهِ»
Apabila
Nabi ﷺ
mandi jinabat, beliau meminta sesuatu (wadah berisi air) seukuran hilab
(wadah untuk menampung perahan susu onta). Lalu mengambil air dengan telapak
tangannya lalu (membasuhkannya) dimulai dari sebelah kepalanya yang kanan lalu
yang kiri. Lalu melakukan seperti itu lagi dengan dua tangannya pada seluruh
kepalanya. (HR. Bukhori no. 258 dan Muslim no. 318)
Kadar
Air yang Dianjurkan dalam Mandi Jinabat
184. Hadits
Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata
«كُنْتُ أَغْتَسِلُ
أَنَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ، مِنْ قَدَحٍ
يُقَالُ لَهُ الفَرَقُ»
“Aku
pernah mandi bersama Nabi ﷺ menggunakan satu wadah air dari bejana yang bernama faroq
(wadah seukuran 2 sho).” (HR. Bukhori no. 250 dan Muslim no. 319)
185.
Hadits Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, ia ditanya Abu Salamah tentang mandi Nabi
ﷺ.
«فَدَعَتْ بِإِنَاءٍ
نَحْوًا مِنْ صَاعٍ، فَاغْتَسَلَتْ، وَأَفَاضَتْ عَلَى رَأْسِهَا، وَبَيْنَنَا وَبَيْنَهَا
حِجَابٌ»
Lalu Aisyah
meminta diambilkan wadah seukuran satu sho (4 cakupan dua telapak
tangan). Ia mandi dan mengguyur kepalanya. Antara kami dan beliau ada hijab
(penutup). (HR. Bukhori no. 251 dan Muslim no. 320)
186.
Hadits Anas Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْسِلُ، أَوْ كَانَ يَغْتَسِلُ
بِالصَّاعِ إِلَى خَمْسَةِ أَمْدَادٍ، وَيَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ
Nabi ﷺ
mandi dengan satu sho air (4 mud [cakupan dua telapan tangan
orang dewasa]) hingga lima mud. Beliau wudhu dengan satu mud.
(HR. Bukhori no. 201 dan Muslim no. 325)
Disukai
Meratakan Air Pada Kepala dan Selainnya Sebanyak Tiga Kali
187. Hadits
Jubair bin Muth’im Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rosulullah ﷺ
bersabda:
أَمَّا أَنَا فَأُفِيضُ عَلَى رَأْسِي ثَلاَثًا، وَأَشَارَ بِيَدَيْهِ، كِلْتَيْهِمَا
“Adapun
aku, mengguyur kepalaku sebanyak tiga kali.” Beliau memperagakan dengan dua
tangannya. (HR. Bukhori no. 254 dan Muslim no. 327)
188. Hadits
Jabir bin Abdillah Rodhiyallahu ‘Anhuma, Abu Ja’far bersama ayahnya di
sisi Jabir dan orang-orang di sisinya juga. Ada yang bertanya kepada Jabir
tentang mandi. Jabir menjawab:
«يَكْفِيكَ صَاعٌ»،
فَقَالَ رَجُلٌ: مَا يَكْفِينِي، فَقَالَ جَابِرٌ: «كَانَ يَكْفِي مَنْ هُوَ أَوْفَى
مِنْكَ شَعَرًا، وَخَيْرٌ مِنْكَ» ثُمَّ أَمَّنَا فِي ثَوْبٍ
“Cukup
gunakan satu sho.” Dia berkata: “Tidak cukup untukku.” Jabir berkata: “Dahulu
itu cukup untuk orang yang lebih lebat rambutnya darimu dan lebih baik (yakni Nabi
ﷺ).”
Lalu Jabir mengimami kami sambil mengenakan satu kain saja. (HR. Bukhori no. 252
dan Muslim no. 329)
Wanita
yang Mandi Junub dari Haidh Dianjurkan Memakai Minyak Kasturi Pada Tempat Darah
189. Hadits
Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha,
امْرَأَةً سَأَلَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِهَا
مِنَ المَحِيضِ، فَأَمَرَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ، قَالَ: «خُذِي فِرْصَةً مِنْ مَسْكٍ،
فَتَطَهَّرِي بِهَا» قَالَتْ: كَيْفَ أَتَطَهَّرُ؟ قَالَ: «تَطَهَّرِي بِهَا»، قَالَتْ:
كَيْفَ؟، قَالَ: «سُبْحَانَ اللَّهِ، تَطَهَّرِي» فَاجْتَبَذْتُهَا إِلَيَّ، فَقُلْتُ:
تَتَبَّعِي بِهَا أَثَرَ الدَّمِ
Seorang
wanita bertanya kepada Nabi ﷺ tentang cara membersihkan tempat keluarnya darah haidh? Maka
beliau menyuruhnya agar membersihkannya dan berkata: “Ambillah kapas yang sudah
dilumuri minyak misk (kasturi) dan gunakan untuk membersihkannya.” Si wanita
bertanya: “Bagaimana cara membersihkannya?” Beliau berkata: “Bersihkan dengan
kapas tersebut.” Si wanita berkata lagi: “Caranya?” Beliau bersabda:
“Subhanallah, bersihkan dengan kapas tersebut.” Maka wanita itu aku tarik dan
kujelaskan kepadanya: “Usapkan ia pada area bekas darah.” (HR. Bukhori no. 314 dan
Muslim no. 332)
Istihadhoh,
Membersihkannya, dan Harus Sholat
190. Hadits
Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
جَاءَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ أَبِي حُبَيْشٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي امْرَأَةٌ أُسْتَحَاضُ فَلاَ أَطْهُرُ
أَفَأَدَعُ الصَّلاَةَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«لاَ، إِنَّمَا ذَلِكِ عِرْقٌ، وَلَيْسَ بِحَيْضٍ، فَإِذَا أَقْبَلَتْ حَيْضَتُكِ فَدَعِي
الصَّلاَةَ، وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْسِلِي عَنْكِ الدَّمَ ثُمَّ صَلِّي، ثُمَّ تَوَضَّئِي
لِكُلِّ صَلاَةٍ، حَتَّى يَجِيءَ ذَلِكَ الوَقْتُ»
Fathimah
binti Abi Hubaisy mendatangi Nabi ﷺ dan berkata: “Wahai
Rosulullah, aku wanita yang selalu keluar darah dan tidak pernah suci (berhenti
darahnya), apakah aku meninggalkan sholat?” Jawab beliau: “Tidak, itu darah
rusak (istihadhoh) bukan darah haidh. Apabila haidhmu datang, tinggalkan
sholat. Jika haidhmu sudah selesai (meskipun masih keluar darah istihadhoh)
maka bersihkan darah darimu lalu sholatlah. Berwudhulah setiap hendak sholat
sampai datang waktu haidh lagi.” (HR. Bukhori no. 228 dan Muslim no. 333)
191. Hadits
Aisyah, istri Nabi ﷺ,
أَنَّ أُمَّ حَبِيبَةَ اسْتُحِيضَتْ سَبْعَ سِنِينَ، فَسَأَلَتْ رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ فَأَمَرَهَا أَنْ تَغْتَسِلَ، فَقَالَ:
«هذَا عِرْقٌ» فَكَانَتْ تَغْتَسِلُ لِكُلِّ صَلاَةٍ
Ummu
Habibah keluar darah selama 7 tahun. Ia bertanya kepada Rosulullah ﷺ tentang
hal itu. Beliau menyuruhnya mandi dan berkata: “Darah itu adalah darah rusak (istihadhoh).”
Ia mandi setiap hendak sholat.[2]
(HR. Bukhori no. 327 dan Muslim no. 334)
Wajibnya
Qodho Puasa Atas Wanita Haidh Bukan Sholat
192. Hadits
Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha,
أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ لِعَائِشَةَ: أَتَجْزِي إِحْدَانَا صَلاَتَهَا إِذَا
طَهُرَتْ؟ فَقَالَتْ: أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟ «كُنَّا نَحِيضُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلاَ يَأْمُرُنَا بِهِ أَوْ فَلاَ نَفْعَلُهُ»
Seorang
wanita berkata kepadanya: “Apakah wanita harus mengqodho sholat ketika sudah
suci?” Aisyah menjawab: “Apakah kamu wanita Haruriyah? Kami dahulu haidh
bersama Nabi ﷺ
dan beliau tidak menyuruh kami demikian –atau: kami tidak melakukannya–.” Yakni
qodho sholat. (HR. Bukhori no. 321 dan Muslim no. 335)
Orang
yang Mandi Ditutupi dengan Kain Atau Semisalnya
193. Hadits
Ummu Hani binti Abu Tholib Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
ذَهَبْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الفَتْحِ،
فَوَجَدْتُهُ يَغْتَسِلُ وَفَاطِمَةُ ابْنَتُهُ تَسْتُرُهُ، قَالَتْ: فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ،
فَقَالَ: «مَنْ هَذِهِ؟» فَقُلْتُ: أَنَا أُمُّ هَانِئٍ بِنْتُ أَبِي طَالِبٍ فَقَالَ:
«مَرْحَبًا بِأُمِّ هَانِئٍ»، فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ غُسْلِهِ، قَامَ فَصَلَّى ثَمَانِيَ
رَكَعَاتٍ مُلْتَحِفًا فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ، فَلَمَّا انْصَرَفَ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، زَعَمَ ابْنُ أُمِّي أَنَّهُ قَاتِلٌ رَجُلًا قَدْ أَجَرْتُهُ، فُلاَنَ ابْنَ
هُبَيْرَةَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «قَدْ أَجَرْنَا
مَنْ أَجَرْتِ يَا أُمَّ هَانِئٍ» قَالَتْ أُمُّ هَانِئٍ: وَذَاكَ ضُحًى
Aku pergi
menemui Rosulullah ﷺ
pada tahun pembebasan Makkah (8 H). Kudapati beliau sedang mandi sementara
Fathimah putrinya menutupinya. Aku mengucapkan salam kepada beliau dan beliau
bertanya: “Siapa?” Kujawab: “Ummu Hani binti Abu Tholib.” Beliau berkata:
“Selamat datang Ummu Hani.” Setelah selesai mandi, beliau sholat 8 rokaat
dengan mengenakan satu kain yang diselimutkan (ke badannya). Seusai sholat, aku
berkata: “Wahai Rosulullah ﷺ, putra ibuku (Ali bin Abi Tholib) mengaku akan membunuh orang
yang sudah aku jamin aman yaitu fulan bin Hubairoh.” Rosulullah ﷺ
bersabda: “Kami telah menjamin aman siapa yang telah kamu beri jaminan aman,
wahai Ummu Hani.” Ummu Hani berkata: “Peristiwa itu terjadi di waktu dhuha.” (HR.
Bukhori no. 357 dan Muslim no. 336)
Bolehnya
Mandi Telanjang Saat Sendirian
194. Hadits
Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ bersabda:
«كَانَتْ بَنُو
إِسْرَائِيلَ يَغْتَسِلُونَ عُرَاةً، يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ، وَكَانَ مُوسَى
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْتَسِلُ وَحْدَهُ، فَقَالُوا: وَاللَّهِ مَا يَمْنَعُ
مُوسَى أَنْ يَغْتَسِلَ مَعَنَا إِلَّا أَنَّهُ آدَرُ، فَذَهَبَ مَرَّةً يَغْتَسِلُ،
فَوَضَعَ ثَوْبَهُ عَلَى حَجَرٍ، فَفَرَّ الحَجَرُ بِثَوْبِهِ، فَخَرَجَ مُوسَى فِي
إِثْرِهِ، يَقُولُ: ثَوْبِي يَا حَجَرُ، حَتَّى نَظَرَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ إِلَى
مُوسَى، فَقَالُوا: وَاللَّهِ مَا بِمُوسَى مِنْ بَأْسٍ، وَأَخَذَ ثَوْبَهُ، فَطَفِقَ
بِالحَجَرِ ضَرْبًا»
“Bani
Isroil biasa mandi telanjang, satu sama lain saling melihat. Sementara Musa
mandi sendiri. Mereka berkata: ‘Tidak ada yang menghalangi Musa untuk mandi
bersama kita selain buah dzakarnya cacat.’ Pada suatu kesempatan, Musa
meletakkan pakaiannya di atas batu (untuk mandi). Tiba-tiba batu tersebut lari
membawa kabur pakaian musa. Maka Musa mengejarnya sambil berkata: ‘Pakaianku
hai batu!’ hingga Bani Isroil melihat Musa dan mereka berkata: ‘Demi Allah,
badan Musa tidak ada cacat. Beliau berhasil mengambil pakaiannya dan memukul
batu tersebut dengan keras.”
فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: وَاللَّهِ إِنَّهُ لَنَدَبٌ بِالحَجَرِ، سِتَّةٌ
أَوْ سَبْعَةٌ، ضَرْبًا بِالحَجَرِ
Abu
Huroiroh berkata: “Demi Allah, ia benar-benar memukul batu tersebut, enam atau
tujuh pukulan dengan keras.” (HR. Bukhori no. 278 dan Muslim no. 339)
Perhatian
Menjaga Aurot
195. Hadits
Jabir bin Abdillah Rodhiyallahu ‘Anhuma,
«أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَنْقُلُ مَعَهُمُ الحِجَارَةَ لِلْكَعْبَةِ
وَعَلَيْهِ إِزَارُهُ»، فَقَالَ لَهُ العَبَّاسُ عَمُّهُ: يَا ابْنَ أَخِي، لَوْ حَلَلْتَ
إِزَارَكَ فَجَعَلْتَ عَلَى مَنْكِبَيْكَ دُونَ الحِجَارَةِ، قَالَ: «فَحَلَّهُ فَجَعَلَهُ
عَلَى مَنْكِبَيْهِ، فَسَقَطَ مَغْشِيًّا عَلَيْهِ، فَمَا رُئِيَ بَعْدَ ذَلِكَ عُرْيَانًا
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»
Rosulullah ﷺ ikut
memindahkan batu-batu bersama orang-orang Quroisy dalam merenovasi Ka’bah,
sambil mengenakan sarung. Al-Abbas pamannya
berkata kepadanya: “Hai putra saudaraku, seandainya kamu melepas
sarungmu dan meletakkannya ke dua pundakmu untuk mengangkut batu? Maka beliau
melepasnya dan meletakkannya ke kedua pundaknya. Tiba-tiba beliau pingsan.
Setelah itu, beliau tidak pernah terlihat telanjang. (HR. Bukhori no. 364 dan
Muslim no. 340)
Air
(Wajibnya Mandi) Hanyalah dari Air (Keluarnya Mani)
196. Hadits
Abu Said Al-Khudri Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rosulullah ﷺ
mengirim utusan kepada seorang Anshor lalu ia datang dalam keadaan kepalanya
basah (mandi jinabat). Nabi ﷺ berkata kepadanya:
«لَعَلَّنَا أَعْجَلْنَاكَ؟»،
فَقَالَ: نَعَمْ؛ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا
أُعْجِلْتَ أَوْ قُحِطْتَ فَعَلَيْكَ الْوُضُوءُ»
“Mungkin
kami membuatmu tergesa-gesa (hingga mencabut kemaluan sebelum keluar mani).”
Dia menjawab: “Benar.” Maka Rosulullah ﷺ bersabda: “Apabila kamu
tergesa-gesa atau tidak keluar mani maka cukup wudhu (tidak wajib mandi).” (HR.
Bukhori no. 180 dan Muslim no. 345)
197. Hadits
Ubai bin Ka’ab Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
يَا رَسُولَ اللهِ إِذَا جَامَعَ الرَّجُلُ الْمَرْأَةَ فَلَمْ يُنْزِلْ قَالَ:
«يَغْسِلُ مَا مَسَّ الْمَرْأَةَ مِنْهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وَيُصَلِّي»
“Wahai
Rosulullah, apabila seseorang menjimak istrinya tetapi tidak sampai keluar
mani, bagaimana?” Jawab beliau: “Cukup mencuci apa yang mengenai wanita (yakni
kemaluan) lalu wudhu dan sholat.” (HR. Bukhori no. 293 dan Muslim no. 346)
198. Hadits
Utsman bin Affan Rodhiyallahu ‘Anhu, Zaid bin Kholid berkata kepadanya:
“Bagaimana pendapatmu jika seseorang berjimak tetapi tidak sampai keluar mani?”
Jawab Utsman:
يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ وَيَغْسِلُ ذَكَرَهُ
“Cukup
berwudhu seperti wudhu hendak sholat dan mencuci kemaluannya.”
Utsman
berkata: aku mendengar demikian dari Nabi ﷺ. (HR. Bukhori no. 179 dan
Muslim no. 347)
Lalu hadits
ini dihapus dengan hadits Abu Huroiroh setelah ini sehingga sekedar bertemu dua
kemaluan menjadikan jinabat meskipun belum keluar mani.
Dihapusnya
“air dari air” dan Wajibnya Mandi dengan Sekedar Bertemunya Dua Kemaluan
199. Hadits
Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
«إِذَا جَلَسَ
بَيْنَ شُعَبِهَا الأَرْبَعِ ثُمَّ جَهَدَهَا فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْل»
“Apabila
seseorang duduk di empat cabang dari istrinya lalu menekannya maka telah wajib
mandi.” (HR. Bukhori no. 348 dan Muslim no. 291)
Dihapusnya
Kewajiban Wudhu Karena Makan Hasil Bakaran Api
200. Hadits
Abdullah bin Abbas Rodhiyallahu ‘Anhuma
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكَلَ كَتِفَ شَاةٍ
ثُمَّ صَلَّى وَلَمْ يَتَوَضَّأْ
Rosulullah ﷺ
makan paha kambing lalu sholat tanpa berwudhu lagi. (HR. Bukhori no. 207 dan Muslim
no. 354)
201. Hadits
Amr bin Umayyah Rodhiyallahu ‘Anhu,
أَنَّهُ رَأَى رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْتَزُّ مِنْ
كَتِفِ شَاةٍ، فَدُعِيَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَلْقَى السِّكِّينَ، فَصَلَّى وَلَمْ يَتَوَضَّأْ
Ia melihat Rosulullah
ﷺ
makan paha kambing lalu diseru untuk sholat. Maka beliau meletakkan pisau untuk
sholat tanpa berwudhu lagi. (HR. Bukhori no. 208 dan Muslim no. 355)
202.
Hadits Maimunah Rodhiyallahu ‘Anha
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكَلَ عِنْدَهَا كَتِفًا،
ثُمَّ صَلَّى وَلَمْ يَتَوَّضَّأْ
Nabi ﷺ
makan paha kambing di sisinya lalu sholat tanpa berwudhu lagi. (HR. Bukhori no.
210 dan Muslim no. 356)
203. Hadits
Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhuma
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَرِبَ لَبَنًا فَمَضْمَضَ
وَقَالَ: «إِنَّ لَهُ دَسَمًا»
Rosulullah ﷺ
minum susu lalu berkumur-kumur dan berkata: “Susu mengandung minyak.” (HR.
Bukhori no. 211 dan Muslim no. 358)
Dalil
Siapa yang Yakin Suci Lalu Ragu Apakah Berhadats Maka Ia Sholat Saja
204. Hadits
Abdullah bin Zaid bin Ashim Al-Anshori bahwa ia mengadukan seseorang yang
seakan-akan merasakan ada sesuatu (yang keluar dari anus) ketika sholat? Beliau
menjawab:
«لاَ يَنْفَتِلْ
أَوْ لاَ يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا»
“Jangan
berpaling (membatalkan sholat) kecuali mendengar suara (kentut) atau mencium
aroma (kentut).” (HR. Bukhori no. 137 dan Muslim no. 361)
Sucinya
Kulit Bangkai dengan Disamak
205. Hadits
Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhuma, ia berkata:
وَجَدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَاةً مَيِّتَةً، أُعْطِيَتْهَا
مَوْلاَةٌ لِمَيْمُونَةَ مِنَ الصَّدَقَةِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «هَلَّا انْتَفَعْتُمْ بِجِلْدِهَا؟» قَالُوا: إِنَّهَا مَيْتَةٌ: قَالَ:
«إِنَّمَا حَرُمَ أَكْلُهَا»
Nabi ﷺ
menjumpai kambing yang sudah mati, yang disedekahkan untuk maulah (bekas
budak) milik Maimunah. Nabi ﷺ bersabda: “Kenapa tidak kalian manfaatkan kulitnya?” Mereka
berkata: “Ia bangkai.” Beliau bersabda: “Yang harom hanyalah dimakan.” (HR.
Bukhori no. 1492 dan Muslim no. 363)
Tayammum
206. Hadits
Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, istri Nabi ﷺ, ia berkata:
خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ
أَسْفَارِهِ، حَتَّى إِذَا كُنَّا بِالْبَيْدَاءِ أَوْ بِذَاتِ الجَيْشِ انْقَطَعَ
عِقْدٌ لِي، فَأَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى التِمَاسِهِ،
وَأَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ، فَأَتَى النَّاسُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ
الصِّدِّيقِ، فَقَالُوا: أَلاَ تَرَى مَا صَنَعَتْ عَائِشَةُ؟ أَقَامَتْ بِرَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسِ وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ، وَلَيْسَ
مَعَهُمْ مَاءٌ، فَجَاءَ أَبُو بَكْرٍ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَاضِعٌ رَأْسَهُ عَلَى فَخِذِي قَدْ نَامَ، فَقَالَ: حَبَسْتِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسَ، وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ، وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ،
فَقَالَتْ عَائِشَةُ: فَعَاتَبَنِي أَبُو بَكْرٍ، وَقَالَ: مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ
يَقُولَ وَجَعَلَ يَطْعُنُنِي بِيَدِهِ فِي خَاصِرَتِي، فَلاَ يَمْنَعُنِي مِنَ التَّحَرُّكِ
إِلَّا مَكَانُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى فَخِذِي، «فَقَامَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ أَصْبَحَ عَلَى غَيْرِ مَاءٍ،
فَأَنْزَلَ اللَّهُ آيَةَ التَّيَمُّمِ فَتَيَمَّمُوا»، فَقَالَ أُسَيْدُ بْنُ الحُضَيْرِ:
مَا هِيَ بِأَوَّلِ بَرَكَتِكُمْ يَا آلَ أَبِي بَكْرٍ، قَالَتْ: فَبَعَثْنَا البَعِيرَ
الَّذِي كُنْتُ عَلَيْهِ، فَأَصَبْنَا العِقْدَ تَحْتَهُ
Kami keluar
bersama Rosulullah ﷺ
pada sebuah safar. Ketika kami tiba di Baida atau di perkumpulan pasukan,
kalungku lepas. Maka Rosulullah ﷺ singgah untuk mencarinya.
Orang-orang akhirnya singgah bersama beliau. Mereka tidak berada di sekitar
air. Mereka mendatangi Abu Bakar dan berkata: “Tidakkah kamu melihat perbuatan
Aisyah yang menyebabkan Rosulullah ﷺ dan manusia singgah,
sementara mereka tidak berada di sekitar air dan tidak pula membawa air?” Maka
Abu Bakar datang saat Rosulullah ﷺ meletakkan kepalanya di
pahaku dalam keadaan tidur. Ia berkata: “Kamu telah menahan Rosulullah ﷺ dan
manusia dalam keadaan mereka tidak di sekitar air dan tidak pula memiliki
persediaan air!” Abu Bakar memarahiku dan mengataiku menurut yang Allah
kehendaki dia katakan dan juga mencubitku dengan tangannya pada pinggangku.
Tidak ada yang menghalangiku bergerak selain posisi Rosulullah ﷺ di
atas pahaku. Pagi harinya Rosulullah ﷺ bangun dalam keadaan tidak
ada air lalu Allah menurunkan ayat tayammum dan akhirnya mereka tayammum. Usaid
bin Hudhoir berkata: “Ini bukanlah awal barokah kalian wahai keluarga Abu Bakar!” Ketika orang-orang mengangkat onta
yang kunaiki, kami menemukan kalung tersebut di bawah onta. (HR. Bukhori no. 334
dan Muslim no. 367)
Dalil
Bahwa Muslim Tidak Najis
210. Hadits
Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
لَقِيَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا جُنُبٌ،
فَأَخَذَ بِيَدِي، فَمَشَيْتُ مَعَهُ حَتَّى قَعَدَ، فَانْسَلَلْتُ، فَأَتَيْتُ الرَّحْلَ،
فَاغْتَسَلْتُ ثُمَّ جِئْتُ وَهُوَ قَاعِدٌ، فَقَالَ: «أَيْنَ كُنْتَ يَا أَبَا هِرٍّ؟»،
فَقُلْتُ لَهُ، فَقَالَ: «سُبْحَانَ اللَّهِ يَا أَبَا هِرٍّ إِنَّ المُؤْمِنَ لاَ
يَنْجُسُ»
Rosulullah ﷺ menjumpaiku saat aku junub lalu
memegang tanganku. Aku berjalan bersamanya sampai duduk. Aku pergi pelan-pelan
dari beliau. Aku mendatangi tempat mandi untuk mandi. Lalu aku datang kembali
saat beliau duduk. Beliau bertanya: “Kemana saja kamu hai Abu Hir?” Kujawab
bahwa junub. Beliau bersabda: “Subhanallah, hai Abu Hir, orang beriman tidak
najis.” (HR. Bukhori no. 285 dan Muslim no. 371)
Apa
yang Dibaca Jika Masuk Tempat Buang Hajat
211. Hadits
Anas Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: apabila Nabi ﷺ
memasuki tempat buang hajat membaca:
«اللهم إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ»
“Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan jantan dan setan betina.” (HR.
Bukhori no. 142 dan Muslim no. 375)
Dalil
Atas Tidurnya Orang yang Duduk Tidak Membatalkan Wudhu
212. Hadits
Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
«أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ
وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنَاجِي رَجُلًا فِي جَانِبِ المَسْجِدِ،
فَمَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ حَتَّى نَامَ القَوْمُ»
Sholat diiqomati
sementara Nabi ﷺ
berbisik-bisik dengan seseorang di pojok Masjid. Beliau tidak berdiri menuju
sholat kecuali orang-orang masih tidur. (HR. Bukhori no. 642 dan Muslim no. 376)
***
[1]
Makna lain: agar menutupi
kemaluan. Sehingga ahli ilmu berselisih pendapat: (1) boleh mencumbui semua
bagian tubuh istrinya kecuali antara pusar sampai lutut, (2) kecuali kemaluan
saja.
[2]
Yakni jika sudah tiba masa
suci, –baik dengan tanda keluarnya qushtul baidho (cairan bening
lengket), berlalu durasi 6 atau 7 hari, atau bisa dibedakan mana darah haidh
dari istihadhoh–, maka mandilah sebagai mandi besar. Lalu sholatlah. Ummu
Habibah dengan inisiatif sendiri mandi setiap hendak sholat tanpa perintah Nabi
ﷺ.