Kitab Bersuci - Lu'lu' wal Marjan

 


KITAB BERSUCI

Wajib Bersuci Untuk Sholat

134. Hadits Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi bersabda:

«لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ صَلاَةَ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ»

“Allah tidak menerima sholat seorang dari kalian yang berhadats[1] sampai berwudhu.” (HR. Bukhori no. 6954 dan Muslim no. 225)[2]

Cara Berwudhu yang Sempurna

135. Hadits Utsman bin Affan Rodhiyallahu ‘Anhu,

دَعَا بِإِنَاءٍ، فَأَفْرَغَ عَلَى كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مِرَارٍ، فَغَسَلَهُمَا، ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِينَهُ فِي الإِنَاءِ، فَمَضْمَضَ، وَاسْتَنْشَقَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا، وَيَدَيْهِ إِلَى المِرْفَقَيْنِ ثَلاَثَ مِرَارٍ، ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلاَثَ مِرَارٍ إِلَى الكَعْبَيْنِ، ثُمَّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»

Ia meminta diambilkan wadah air lalu ia menuangkannya ke dua telapak tangannya sebanyak tiga kali untuk mencucinya. Lalu ia memasukkan tangan kananya ke dalam wadah air untuk berkumur-kumur dan menghirup-kannya ke hidung. Lalu ia membasuh wajahnya tiga kali dan dua tangannya sampai siku-siku sebanyak tiga kali. Lalu ia mengusap kepalanya. Lalu membasuh dua kakinya sampai mata kaki sebanyak tiga kali. Lalu ia berkata: Rosulullah bersabda:

“Siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini lalu sholat dua rokaat tanpa ngobrol dengan jiwanya (yakni khusyu) maka diampuni dosanya yang lalu.” (HR. Bukhori no. 159 dan Muslim no. 226)[3]

Wudhu Nabi

136. Hadits Abdullah bin Zaid Rodhiyallahu ‘Anhu,

سُئلَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ وُضُوءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَعَا بِتَوْرٍ مِنْ مَاءٍ، فَتَوَضَّأَ لَهُمْ وُضُوءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «فَأَكْفَأَ عَلَى يَدِهِ مِنَ التَّوْرِ، فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثَلاَثًا، ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي التَّوْرِ، فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ، ثَلاَثَ غَرَفَاتٍ، ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا، ثُمَّ غَسَلَ يَدَيْهِ مَرَّتَيْنِ إِلَى المِرْفَقَيْنِ، ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَمَسَحَ رَأْسَهُ، فَأَقْبَلَ بِهِمَا وَأَدْبَرَ مَرَّةً وَاحِدَةً، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ إِلَى الكَعْبَيْنِ»

Ia ditanya wudhu Nabi lalu meminta sewadah air lalu memperagakan kepada orang-orang wudhu Nabi . Ia mengucurkan air dari wadah ke dua telapak tangannya untuk dicuci sebanyak tiga kali. Lalu ia memasukkan tangannya ke wadah air untuk berkumur dan memasukkan air ke hidung serta mengeluarkannya sebanyak tiga cidukan tangan. Lalu ia memasukkan tangannya ke wadah air lalu membasuh wajahnya sebanyak tiga kali. Lalu ia membasuh dua tangannya sampai ke dua siku. Lalu ia memasukkan tangannya untuk mengusap kepalanya dari depan sampai ke belakang sekali usapan. Lalu ia membasuh dua kakinya sampai mata kaki. (HR. Bukhori no. 186 dan Muslim no. 235)

Ganjil dalam Istintsar dan Istijmar

137. Hadits Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , bersabda:

«مَنْ تَوَضَّأَ فَلْيَسْتَنْثِرْ، وَمَنِ اسْتَجْمَرَ فَلْيُوتِرْ»

“Siapa yang berwudhu, seharusnya istintsar[4]. Siapa yang istijmar, seharusnya ganjil.” (HR. Bukhori no. 161 dan Muslim no. 237)

138. Hadits Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi bersabda:

«إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ مَنَامِهِ فَتَوَضَّأَ فَلْيَسْتَنْثِرَ ثَلاَثًا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَبِيتُ عَلَى خَيْشُومِهِ»

“Jika seorang dari kalian bangun tidur lalu berwudhu, seharusnya istintsar tiga kali, karena setan bermalam di hidungnya.” (HR. Bukhori no. 3295 dan Muslim no. 238)

Wajib Membasuh Dua Kaki dengan Sempurna

139. Hadits Abdullah bin Amr Rodhiyallahu ‘Anhuma, ia berkata:

تَخَلَّفَ عَنَّا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفْرَةٍ سَافَرْنَاهَا فَأَدْرَكَنَا - وَقَدْ أَرْهَقَتْنَا الصَّلاَةُ - وَنَحْنُ نَتَوَضَّأُ، فَجَعَلْنَا نَمْسَحُ عَلَى أَرْجُلِنَا، فَنَادَى بِأَعْلَى صَوْتِهِ: «وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ» مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا

Rosulullah pernah tertinggal dari kami dalam sebuah safar lalu berhasil menyusul kami. Ketika tiba waktu sholat maka kami berwudhu dengan hanya mengusap[5] kaki kami. Maka Nabi menyeru dengan suara tinggi: “Celaka tumit-tumit dari Neraka.” Beliau mengucapkannya dua atau tiga kali. (HR. Bukhori no. 60 dan Muslim no. 241)

140. Hadits Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa ia melewati orang-orang yang sedang berwudhu dari tempat wudhu lalu ia berkata:

أَسْبِغُوا الْوُضوءَ، فَإِنَّ أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «وَيْلٌ لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ»

Sempurnakanlah wudhu kalian karena Abul Qosim bersabda: “Celaka tumit-tumit dari Neraka.” (HR. Bukhori no. 165 dan Muslim no. 242)

Disukai Memanjangkan Basuhan Pada Anggota Wudhu

141. Hadits Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: aku mendengar Nabi bersabda:

«إِنَّ أُمَّتِي يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارٍ الْوُضُوءِ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ»

“Umatku akan dipanggil pada hari Kiamat dalam keadaan bercahaya pada bekas anggota wudhu. Siapa dari kalian mampu memanjangkan cahayanya maka lakukan.” (HR. Bukhori no. 136 dan Muslim no. 246)[6]

Bersiwak

Hadits Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, Rosulullah bersabda:

«لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلاَةٍ»

“Seandainya tidak memberatkan umatku atau memberatkan manusia, sungguh aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap sholat.” (HR. Bukhori no. 887 dan Muslim no. 252)

143. Hadits Abu Musa Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:

أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدْتُهُ «يَسْتَنُّ بِسِوَاكٍ بِيَدِهِ يَقُولُ أُعْ أُعْ، وَالسِّوَاكُ فِي فِيهِ، كَأَنَّهُ يَتَهَوَّعُ»

Aku mendatangi Nabi . Aku mendapati beliau sedang bersiwak dengan siwak di tangannya sambil bersuara: ‘Uk uk,” sementara siwak masih di mulutnya, seakan beliau akan muntah. (HR. Bukhori no. 244 dan Muslim no. 254)[7]

144. Hadits Hudzaifah Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:

كَانَ النَّبيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوص فَاهُ بِالسِّوَاكِ

Apabila Nabi bangun di malam hari, beliau membersihkan mulutnya dengan siwak. (HR. Bukhori no. 245 dan Muslim no. 255)

Termasuk Fithroh (Kesucian)

145. Hadits Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi bersabda:

«الْفِطْرَة خَمْسٌ أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ: الْخِتَانُ، وَالاِسْتِحْدَادُ، وَنَتْفُ الإِبْطِ، وتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ، وَقَصُّ الشَّارِبِ»

“Fithroh ada lima atau lima hal termasuk fithroh: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, menipiskan kumis.” (HR. Bukhori no. 5889 dan Muslim no. 257)[8]

146. Hadits Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma, dari Nabi , ia berkata:

«خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ، وَفِّرُوا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ»

“Berbedalah dengan orang-orang musyrik, biarkan jenggot, dan tipiskan kumis.” (HR. Bukhori no. 5892 dan Muslim no. 259)

147. Hadits Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma, Rosulullah bersabda:

«أَنْهِكُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى»

“Tipiskan kumis dan biarkan jenggot.” (HR. Bukhori no. 5893 dan Muslim no. 259)

Cebok

148. Hadits Abu Ayyub Al-Anshori Rodhiyallahu ‘Anhu, Nabi bersabda:

«إِذَا أَتَيْتمُ الْغَائِطَ فَلاَ تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلاَ تَسْتَدْبِرُوهَا، وَلكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا»

“Jika kalian mendatangi tempat buang hajat, janganlah menghadap qiblat atau membelakanginya. Akan tetapi menghadaplah ke timur atau barat.”

قَالَ أَبُو أَيُّوبَ: فَقَدِمْنَا الشَّأْمَ فَوَجَدْنَا مَرَاحِيضَ بُنِيَتْ قِبَلَ الْقِبْلَةِ، فَنَنْحَرِفُ وَنَسْتَغْفِرُ اللهَ تَعَالَى

Abu Ayyub berkata: saat aku tiba di Syam, aku mendapati tempat buang hajat dibangun menghadap qiblat, maka aku merubahnya dan memohon ampun kepada Allah E. (HR. Bukhori no. 394 dan Muslim no. 264)

149. Hadits Abdullah bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma, ia berkata:

إِنَّ نَاسًا يَقُولُونَ: «إِذَا قَعَدْتَ عَلَى حَاجَتِكَ فَلاَ تَسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ وَلاَ بَيْتَ الْمَقْدِسِ»، فَقَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ: لَقَدِ ارْتَقَيْتُ يَوْمًا عَلَى ظَهْرِ بَيْتٍ لَنَا، فَرَأَيْتُ رسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى لَبِنَتَيْنِ مُسْتَقْبِلاً بَيْتَ الْمَقْدِسِ لِحَاجَتِهِ

Orang-orang berkata: “Jika kamu jongkok untuk buang hajat, jangan menghadap qiblat maupun Baitul Maqdis.”

Abdullah bin Umar berkata: “Pada suatu hari aku naik di atas rumah kami. Aku melihat Rosulullah di antara dua tembok menghadap Baitul Maqdis untuk buang hajat.” (HR. Bukhori no. 145 dan Muslim no. 266)

150. Hadits Abdullah bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma, ia berkata:

ارْتَقَيْتُ فَوْقَ ظَهْرِ بَيْتِ حَفْصَةَ لِبَعضِ حَاجَتِي فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْضِي حَاجَتَهُ مُسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةِ مُسْتَقْبِلَ الشَّامِ

Aku menaiki atap rumah Hafshoh (saudarinya, istri Nabi ) untuk suatu keperluanku. Aku melihat Rosulullah buang hajat membelakangi qiblat menghadap Syam (Baitul Maqdis).” (HR. Bukhori no. 148 dan Muslim no. 266)[9]

Larangan Istinja dengan Tangan Kanan

151. Hadits Abu Qotadah Rodhiyallahu ‘Anhu, Rosulullah bersabda:

«إِذَا شَرِبَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَتَنَفَّسْ فِي الإِنَاءِ، وَإِذَا أَتَى الْخَلاَءَ فَلاَ يَمَسَّ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ وَلاَ يَتَمَسَّحْ بِيَمِينِهِ»

“Apabila seorang dari kalian minum maka jangan bernafas di dalam wadah air.[10] Jika ia mendatangi tempat buang hajat maka jangan menyentuh kemaluannya dengan tangan kanannya maupun istinja (cebok) dengan tangan kanannya.” (HR. Bukhori no. 153 dan Muslim no. 267)

Tangan Kanan dalam Bersuci dan Lainnya

152. Hadits Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ، وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ

Nabi suka menggunakan atau mendahulukan bagian kanan dalam memakai sandal, menyisir rambut, bersuci, maupun dalam semua urusannya.” (HR. Bukhori no. 168 dan Muslim no. 268)

Instinja dengan Air Setelah Buang Hajat

153. Hadits Anas Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ الْخَلاَءَ فَأَحْمِلُ أَنَا وَغُلاَمٌ إِدَاوَةً مِنْ مَاءٍ وَعَنَزَةً؛ يَسْتَنْجِي بِالْمَاءِ

Rosulullah memasuki tempat buang hajat, sementara aku dan bocah (seusiaku) membawakan sewadah air dan tombak. Beliau istinja dengan air. (HR. Bukhori no. 152 dan Muslim no. 271)

154. Hadits Anas Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَبَرَّزَ لِحَاجَتِهِ أَتَيْتُهُ بِمَاءٍ فَيَغْسِلُ بِهِ

Apabila Nabi membuang hajat, aku membawakan air untuk beliau gunakan bersuci. (HR. Bukhori no. 217 dan Muslim no. 271)

Mengusap Khuffain

155. Hadits Jarir bin Abdillah Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa

«بَالَ، ثُمَّ تَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى خُفَّيْهِ، ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى» فَسُئِلَ، فَقَالَ: «رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَنَعَ مِثْلَ هَذَا»

Ia kencing lalu berwudhu dan mengusap khuffain (dua sepatunya/ kaos kakinya, sebagai ganti mengusap dua kaki), lalu berdiri sholat. Ia ditanya dan menjawab: “Aku melihat Nabi melakukan seperti ini.” (HR. Bukhori no. 387 dan Muslim no. 272)[11]

156. Hadits Hudzaifah Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:

رَأَيْتُنِي أَنَا وَالنَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَتَمَاشَى، فَأَتَى سُبَاطَةَ قَوْمٍ خَلْفَ حَائِطٍ فَقَامَ كَمَا يَقُومُ أَحَدُكُمْ، فَبَالَ، فَانْتَبَذْتُ مِنْهُ، فَأَشَارَ إِلَيَّ فَجِئْتُهُ، فَقُمْتُ عِنْدَ عَقِبِهِ حَتَّى فَرَغَ

Aku ingat bersama Nabi berjalan lalu beliau mendatangi tempat pembuangan sampah suatu kaum di belakang tembok. Beliau berdiri seperti kalian berdiri lalu kencing. Aku pun menjauh dari beliau. Beliau berisyarat kepadaku hingga aku mendekat kepadanya. Aku berdiri di belakangnya hingga beliau selesai (dari hajatnya). (HR. Bukhori no. 225 dan Muslim no. 273)

157. Dari Al-Mughiroh bin Syu’bah Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Rosulullah , bahwa

أَنَّهُ خَرَجَ لِحَاجَتِهِ فَاتَّبَعَهُ الْمُغِيرَةُ بِإِدَاوَةٍ فِيهَا مَاءٌ، فَصَبَّ عَلَيْهِ حِينَ فَرَغَ مِنْ حَاجَتِهِ، فَتَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ

Beliau keluar untuk buang hajat lalu diikuti Al-Mughiroh dengan membawa sewadah air. Beliau mengguyur bekas kencingnya setelah buat hajat kecil. Lalu beliau berwudhu dan mengusap khuffain. (HR. Bukhori no. 203 dan Muslim no. 274)

158. Hadits Al-Mughiroh bin Syu’bah Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:

كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَقَالَ: «يَا مُغِيرَةُ خُذِ الإِدَاوَةَ»، فَأَخَذْتُهَا، فَانْطَلَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تَوَارَى عَنِّي، فَقَضَى حَاجَتَهُ، وَعَلَيْهِ جُبَّةٌ شَأْمِيَّةٌ، فَذَهَبَ لِيُخْرِجَ يَدَهُ مِنْ كُمِّهَا فَضَاقَتْ، فَأَخْرَجَ يَدَهُ مِنْ أَسْفَلِهَا، فَصَبَبْتُ عَلَيْهِ، فَتَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلاَةِ، وَمَسَحَ عَلَى خُفَّيْهِ، ثُمَّ صَلَّى

Aku safar bersama Nabi lalu berkata: “Hai Mughiroh, ambilkan wadah berisi air.” Aku mengambilkannya. Rosulullah pergi menjauh hingga tidak terlihat dariku untuk buang hajat dengan memakai jubah syamiyah (dari negeri Syam). Beliau berusaha mengeluarkan tangannya dari lubang lengannya tetapi terlalu sempit hingga mengeluarkannya dari bagian bawah jubahnya. Aku tuangkan air kepadanya untuk berwudhu sholat dan mengusap khuffainnya lalu sholat. (HR. Bukhori no. 363 dan Muslim no. 274)

159. Hadits Al-Mughiroh bin Syu’bah Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: aku bersama Nabi dalam sebuah safar di malam hari. Beliau bertanya: “Kamu punya air?” Jawabku: “Ya.” Beliau turun dari kendaraannya dan berjalan hingga tidak terlihat dariku di kegelapan malam. Lalu beliau datang dan aku menuangkan air ke beliau untuk membasuh wajahnya dan dua tangannya (yakni berwudhu), sementara beliau memakai mantel wol dan tidak bisa mengeluarkan dua lengannya dari mantelnya hingga beliau mengeluarkan dua tangannya dari bagian bawah mantel. Lalu beliau membasuh dua lengannya lalu mengusap kepalanya lalu aku membungkuk untuk melepas khuffainnya dan berkata:

«دَعْهُمَا فَإِنِّي أَدْخَلْتُهُمَا طَاهِرَتَيْنِ فَمَسَحَ عَلَيْهِمَا»

“Biarkan keduanya karena aku memasukkan keduanya dalam keadaan suci.” Lalu beliau mengusap keduanya. (HR. Bukhori no. 5799 dan Muslim no. 274)

Hukum Jilatan Anjing

160. Hadits Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, Rosulullah bersabda:

«إِذَا شَرِبَ الْكَلْبُ فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْسِلْهُ سَبْعًا»

“Apabila anjing minum di wadah air milik seorang dari kalian maka cucilah tujuh kali.” (HR. Bukhori no. 172 dan Muslim no. 279)[12]

Larangan Kencing di Air Menggenang

161. Hadits Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, ia mendengar Rosulullah bersabda:

«لاَ يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ في الْمَاءِ الدَّائِمِ الَّذِي لاَ يَجْرِي ثُمَّ يَغْتَسِلُ فِيهِ»

“Jangan sesekali seorang dari kalian kencing di air yang tidak mengalir (yakni air menggenang) lalu mandi (atau bersuci) di dalamnya.” (HR. Bukhori no. 239 dan Muslim no. 282)

Wajib Membersihkan Kencing atau Najis Apapun yang Mengotori Masjid, dan Tanah Menjadi Suci dengan Air Tanpa Perlu Mengeriknya

162. Hadits Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu,

أَنَّ أَعْرَابِيًّا بَالَ فِي الْمَسْجِدِ فَقَامُوا إِلَيْهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ تُزْرِمُوهُ» ثُمَّ دَعَا بِدَلْوٍ مِنْ مَاءٍ فَصُبَّ عَلَيْهِ

Arob baduwi kencing di Masjid lalu orang-orang berdiri menujunya (untuk mencegahnya) lalu Rosulullah bersabda: “Jangan mencegahnya.” Lalu beliau meminta diambilkan sewadah air dan dituang dari atasnya. (HR. Bukhori no. 6025 dan Muslim no. 284)

Hukum Air Kencing Bayi yang Masih Menyusu dan Cara Membersihkannya

163. Hadits Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِالصِّبْيَانِ، فَيَدْعُو لَهُمْ، فَأُتِيَ بِصَبِيٍّ فَبَالَ عَلَى ثَوْبِهِ، فَدَعَا بِمَاءٍ فَأَتْبَعَهُ إِيَّاهُ وَلَمْ يَغْسِلْهُ

Biasa didatangkan anak-anak kecil ke Nabi dan beliau mendoakan kebaikan untuknya. (Suatu hari) didatangkan balita lalu kencing di pakaian beliau lalu beliau meminta diambilkan air lalu mengguyurnya tanpa mencucinya (menguceknya). (HR. Bukhori no. 6355 dan Muslim no. 286)

164. Hadits Ummu Qois bin Mihshon Rodhiyallahu ‘Anha, bahwa:

أَنَّهَا «أَتَتْ بِابْنٍ لَهَا صَغِيرٍ، لَمْ يَأْكُلِ الطَّعَامَ، إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَجْلَسَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجْرِهِ، فَبَالَ عَلَى ثَوْبِهِ، فَدَعَا بِمَاءٍ، فَنَضَحَهُ وَلَمْ يَغْسِلْهُ»

Dia mendatangi Rosulullah sambil membawa balitanya yang belum makan (yakni masih dominasi ASI). Rosulullah mendudukkannya di pangkuan beliau lalu kencing di pakaian beliau. Beliau meminta diambilkan air lalu mengguyurnya tanpa mencucinya (menguceknya). (HR. Bukhori no. 223 dan Muslim no. 287)

Mencucui Mani di Pakaian dan Mengeriknya

165. Hadits Aisyah Rodhiyallahu ‘Anhuma, ia ditanya tentang mani (sperma) yang mengenai pakaian lalu menjawab:

كُنْتُ أَغْسِلُهُ مِنْ ثَوْبِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَخْرُجُ إِلَى الصَّلاَةِ وَأَثَرُ الغَسْلِ فِي ثَوْبِهِ، بُقَعُ الْمَاءِ

Aku pernah mencuci mani dari pakaian Rosulullah lalu beliau keluar menuju sholat sementara bekas cucian masih ada di pakaiannya, yakni bekas air mani. (HR. Bukhori no. 230 dan Muslim no. 289)[13]

Najisnya Darah dan Cara Membersihkannya

166. Hadits Asma Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:

جَاءَتِ امْرَأَةٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: أَرَأَيْتَ إِحْدَانَا تَحِيضُ فِي الثَّوْبِ، كَيْفَ تَصْنَعُ؟ قَالَ: «تَحُتُّهُ، ثُمَّ تَقْرُصُهُ بِالْمَاءِ، وَتَنْضَحُهُ، وَتُصَلِّي فِيهِ»

Seorang wanita mendatangi Nabi dan berkata: “Apa pendapatmu jika seorang dari kami haid mengenai pakaiannya, apa yang harus dilakukannya?” Jawab beliau: “Keriklah (dengan kuku jika kering) lalu gosoklah dengan air lalu guyurlah lalu sholatlah dengan pakaian tersebut. (HR. Bukhori no. 227 dan Muslim no. 291)

Dalil Najisnya Kencing dan Wajib Membersihkannya

161. Hadits Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhuma, ia berkata:

مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ، فَقَالَ: «إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ البَوْلِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ» ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً، فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ، فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لِمَ فَعَلْتَ هَذَا؟ قَالَ: «لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا»

Nabi melewati dua kuburan dan berkata: “Keduanya sedang disiksa. Keduanya disiksa bukan karena perkara besar (yakni dosa besar tetapi sebenarnya tidak sulit menjauhinya). Salah satu dari keduanya tidak bersuci dari kencing, sementara orang kedua gemar menebar namimah (adu domba, fitnah).” Lalu beliau mengambil sebuah  pelepah kurma yang basah lalu membelahnya menjadi dua. Lalu ditanam pada masing-masing kuburan satu belahan tersebut. Orang-orang bertanya: “Wahai Rosulullah, kenapa Anda berbuat ini?” Jawab beliau: “Mudah-mudahan keduanya menjadi sebab diringankan kuburnya selama belum kering.” (HR. Bukhori no. 218 dan Muslim no. 292)

***


[1] Hadats: keadaan yang menghalangi seseorang dari sholat dan apa saja yang mensyaratkan suci. Hadats ada dua: hadats besar dan kecil. Sebab hadats besar: (1) keluar mani, (2) bertemunya dua kemaluan meskipun tidak keluar mani, (3) suci dari haidh dan nifas. Sebab hadats kecil: (1) apa saja yang keluar dari dubur (anus) ataupun qubul (kemaluan), (2) hilangnya akal seperti gila, kesurupan, mabuk; (3) menyentuh kemaluan dengan syahwat, (4) menyentuh wanita dengan syahwat. Hadats besar dihilangkan dengan mandi sementara hadats kecil dihilangkan dengan wudhu. Jika tidak ada air, maka tayammum.

[2] Hadits yang lebih umum adalah apa yang diriwayatkan Ibnu Umar L dalam Shohih Muslim: “Sholat tidak diterima tanpa bersuci.”

[3] Jika hadits Utsman dan Abdullah bin Zaid di bawah digabung, menghasilkan informasi wudhu sempurna: (1) mencuci tangan 3x, (2) berkumur dan menghirup air ke hidung serta mengeluarkannya 3x, (3) membasuh muka 3x, (4) membasuh tangan sampai siku 3x, (5) mengusap kepala sekali lalu dua telapak tangannya diusapkan ke bagian depan sampai ke tengkuk lalu kembali ke dahi, (6) membasuh dua kaki sampai mata kaki.

[4] Istintsar: memasukkan air hidung lalu mengeluarkannya. Istijmar: cebok dengan batu atau semisalnya.

[5] Mengusap: membasahi telapak tangan lalu disapukan ke kaki, yang kemungkinan ada bagian kaki yang tidak terkena air. Berbeda dengan membasuh yang membawa cidukan air di telapak tangan atau air dialirkan ke bagian kaki.

[6] Bagian “siapa dari kalian mampu memanjangkan cahayanya maka lakukan” menurut penelitian ahli hadits bukan sabda Nabi tetapi pendapat Abu Huroiroh I dan ini disebut dengan hadits mudroj. Sebagian ulama menyukai melebihkan basuhan merujuk kepada pendapat Abu Huroiroh I ini.

[7] Yakni Nabi bersungguh-sungguh dalam bersiwak; dan bersiwak dalam setiap keadaan, terutama: hendak wudhu, akan sholat, baca Quran, masuk rumah, bangun tidur di malam hari.

[8] Disebutkan dalam hadits Anas I bahwa batas maksimal menunda mencukur: 40 hari. Untuk kumis, pendapat yang kami ikuti adalah tidak mencukur habis tetapi merapikan dan memendekkan, dan ini yang banyak diamalkan sekarang oleh beberapa ulama di beberapa negeri.

[9] Hadits Abu Ayyub berkaitan larangan di tempat terbuka tanpa penutup. Sementara hadits Ibnu Umar merupakan keringanan saat berada di tempat tertutup.

[10] Makna lain: jangan meniup minuman yang sedang panas, karena khawatir bercampur bakteri atau semisalnya.

[11] Syariat memberi keringanan jika sedang memakai sepatu atau kaos kaki lalu berwudhu maka bagian tersebut cukup diusap. Makna diusap adalah telapak tangan dibasahi air lalu diusapkan pada bagian atas sepatu/ kaos kaki. Durasi sahnya khuffain adalah 24 jam untuk mukim dan 3x24 jam untuk musafir.

[12] Manusia (hidup/mati) dan binatang (hidup) adalah suci, baik bulunya, tulangnya, air liurnya, kecuali air liur anjing dan babi.

[13] Adapun jika mani sudah kering cukup dikerik, karena mani suci.

Komentar

Artikel Terpopuler

Al-Quran Obat Rohani dan Jasmani

Bacaan Setelah Al-Fatihah dalam Sholat

Doa Naik Kendaraan dan Safar

Hukum Tiyaroh (Anggapan Sial)

Duduk Istirahat dalam Sholat Menurut 4 Madzhab