44 Faidah 10 Awal Dzulhijjah | Dr. Muhammad Sholih Al-Munajjid
44 Faidah 10 Awal Dzulhijjah
Dr. Muhammad Sholih Al-Munajjid
﷽
1. Allah menjadikan
sebagian makhluk-Nya lebih utama dari makhluk lainnya, mengangkat kedudukan
sebagian makhluk-Nya atas makhluk lainnya. Allah menjadikan sebagian hari dan
bulan lebih utama dari selainnya, lalu menjadikan 10 awal Dzulhijjah lebih
utama dari semua hari, lalu menjadikan hari terbaik adalah hari Nahr (hari
Qurban/ Idul Adha/ 10 Dzulhijjah), dan menjadikan hari Jum’at sebagai hari terbaik
dalam sepekan. Sementara malam terbaik adalah 10 akhir Romadhon, dan malam
terbaik dari 10 tersebut adalah Lailatul Qodr (Malam Kemuliaan).
2. Pada hari-hari
sepanjang tahun, Allah memiliki hari-hari istimewa yang dikaruniakan kepada
hamba-hamba-Nya yang bertauhid, yaitu 10 awal Dzulhijjah, yang merupakan musim
besar untuk ketaatan, yang orang-orang beriman mendekatkan dirinya kepada
Allah, yang dirindukan oleh hamba-hamba Allah yang bertauhid, untuk menaikkan
derajat, menutup kekosongan, mengisi kekurangan, dan mengganti apa yang
terluput. Maka kita harus bersungguh-sungguh di hari-hari tersebut dan harus
mencari rohmat Allah yang banyak.
3. Sepuluh awal
Dzulhijjah merupakan hari terbaik sepanjang tahun secara mutlak. Disebutkan
dalam hadits:
«مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ
أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ»
“Tidak ada hari-hari
sepanjang tahun yang amal sholih lebih dicintai Allah pada hari-hari tersebut
melebihi 10 awal Dzulhijjah?”
Para Shohabat bertanya: “Wahai
Rosulullah, tidak pula jihad di jalan Allah?” Jawab beliau:
«وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا
رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ»
“Tidak pula jihad di
jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar berjihad membawa jiwa dan hartanya
dan tidak ada yang kembali pulang[1].”[2]
Dalam riwayat lain:
“Tidak ada amal yang paling utama.” Dalam riwayat lain: “... yang paling
diharapkan pahalanya (أَرْجَى).”
Dalam riwayat lain: “... yang lebih suci (أَزْكَى).”
4. Amal fardhu pada 10
hari ini lebih utama dari amal fardhu di hari selainnya, dan pelipatan
pahalanya jauh lebih besar. Begitu juga amal sunnah di 10 hari ini lebih utama
dari amal sunnah di hari selainnya. Akan tetapi amal sunnah tetap tidak bisa
lebih utama dari amal fardhu, meskipun dikerjakan di 10 hari ini.
5. Maka sholat di 10 hari
ini lebih utama dari sholat di hari manapun sepanjang tahun. Demikian pula
puasa, membaca Al-Quran, berdzikir, berdoa, merendah kepada Allah, berbakti
kepada orang tua, menyambung tali rahim, menyelesaikan hajat manusia,
mengunjungi orang sakit, mengiringi jenazah, berbuat baik kepada tetangga,
memberi makan, dan amal-amal sosial lainnya.
6. Keutamaan 10 hari ini dan
amal sholih di dalamnya, mencakup di siang hari maupun malam hari. Akan tetapi
10 akhir malam[3]
Romadhon lebih utama dari 10 awal siang[4] Dzulhijjah, karena
mengandung Laulatul Qodr. Sementara siang dari 10 awal Dzulhijjah lebih utama
karena mengandung hari Nahr (hari ke-10), hari Arofah (ke-9), dan hari Tarwiyah
(ke-8).
7. Pada 10 awal
Dzulhijjah terkumpul berbagai jenis ibadah besar yang tidak ada pada hari-hari
selainnya yaitu haji dan kurban, disamping sholat, puasa, dan sedekah.
8. Di antara keutamaan 10
Dzulhijjah adalah Allah bersumpah dengan malam-malamnya yang utama:
﴿وَالْفَجْرِ
(1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ﴾
“Demi fajar[5] dan demi 10 malam
(Dzulhijjah).” (QS. Al-Fajr: 1-2)
Yang dimaksud 10 malam
adalah 10 malam Dzulhijjah, menurut pendapat jumhur (mayoritas) ulama Salaf dan
ahli tafsir.
9. Termasuk keutamaan 10
Dzulhijjah adalah ayyāmul ma’lūmāt (hari-hari yang telah diketahui),
penuh barokah yang Allah perintahkan untuk memperbanyak dzikir padanya, atas
karunia kurban binatang ternak (unta, sapi, kambing), sebagaimana firman Allah:
﴿لِيَشْهَدُوا
مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا
رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ﴾
“Agar mereka menyaksikan
manfaat (karunia) Allah untuk mereka, dan agar mereka berdzikir (menyebut) nama
Allah pada hari-hari yang sudah diketahui, atas binatang ternak yang
dikaruniakan kepada mereka.” (QS. Al-Hajj: 28)
Yang dimaksud hari-hari
yang diketahui adalah 10 awal Dzulhijjah, menurut jumhur (mayoritas) ulama
dan ahli tafsir.
10. Sepuluh Dzulhijjah
ini merupakan penutup bulan yang dimaklumi yaitu bulan haji, yang Allah
berfirman:
﴿الْحَجُّ
أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ﴾
“Haji (dilaksanakan pada)
bulan-bulan yang sudah dimaklumi.” (QS. Al-Baqoroh: 197)
Yaitu Syawwal,
Dzulqo’dah, dan 10 Dzulhijjah[6], sebagaimana yang
diriwayatkan dari banyak Shohabat, seperti Umar, Abdullah bin Umar, Ali, Ibnu
Mas’ud, Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, dan lain-lain, dan ini pendapat mayoritas
Tabiin[7].
11. Termasuk keutamaan 10
Dzulhijjah adalah terdapat hari Arofah, yang pada hari itu Allah menyempurnakan
agama Islam dan menyempurnakan nikmat atas kaum Muslimin, sebagaimana
firman-Nya:
﴿الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي
وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا﴾
“Pada hari ini (Arofah, 9
Dzulhijjah) telah Aku sempurnakan agama untukmu, Aku sempurnakan nikmat-Ku
atasmu, dan Aku ridhoi Islam sebagai agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3)
12. Termasuk keutamaan 10
Dzulhijjah adalah terdapat hari Nahr (hari kurban), yaitu hari Haji Akbar, dan
ia merupakan hari terbaik di sisi Allah, seperti disebutkan dalam hadits:
«إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ، ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ»
“Sungguh hari paling
agung di sisi Allah adalah hari Nahr lalu hari Qorr[8].”[9]
13. Amal sholih pada 10
Dzulhijjah lebih utama dari selainnya, karena keutamaan waktu bagi manusia, dan
keutamaan waktu dan tempat bagi jamaah haji di Baitul Harom.
14. Dahulu para Salaf
sangat bersungguh-sungguh mengisi 10 Dzulhijjah dengan berbagai ketaatan.
Mereka sangat mengagungkannya.
Sa’id bin Jubair Rohimahullah apabila memasuki 10 Dzulhijjah sangat
bersungguh-sungguh hingga hampir ia tidak mampu (menambah ibadah lagi). Ia
mendorong orang-orang untuk mengisi 10 malam Dzulhijjah dengan berkata:
«لَا تُطْفِئُوا سُرُجَكُمْ لَيَالِي الْعَشْرِ»
“Kalian jangan memadamkan
lampu pada malam-malam 10 Dzulhijjah.”[10]
Abu Utsman An-Nahdi Rohimahullah berkata:
«كَانُوا
يُعَظِّمُونَ ثَلَاثَ عَشَرَاتٍ: الْعَشْرُ الْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ،
وَالْعَشْرُ الْأُوَلُ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَالْعَشْرُ الْأُوَلُ مِنَ الْمُحَرَّمِ»
“Dahulu orang-orang (di
masa Shohabat) mengagungkan tiga yang 10 hari, yaitu 10 akhir Romadhon, 10 awal
Dzulhijjah, dan 10 awal Muharrom.”[11]
15. Hendaknya Muslim
bersegera memanfaatkan 10 Dzulhijjah ini baik siang maupun malamnya, dengan
ibadah dan amal sholih, serta mengisi waktu-waktunya dengan berbagai ketaatan
dan ibadah.
Aneh sekali, kita sangat
semangat beramal pada Romadhon lalu malas beramal pada 10 Dzulhijjah, padahal
ia lebih utama dari siang Romadhon, amal pada hari-hari itu lebih dicintai dan
lebih agung di sisi Allah.
16. Waspadalah dari
menyia-nyiakan waktu di 10 Dzulhijjah ini dengan tidur dan ngrumpi, serta
disibukkan menyaksikan potongan video dan medsos, karena musim tersebut
merupakan ghonimah (harta berharga) dan kesempatan yang tidak ada gantinya.
17. Amal terbaik di 10
Dzulhijjah adalah haji mabrur, dan:
«الحَجُّ
المَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الجَنَّةُ»
“Tidak ada balasan atas haji
mabrur selain Surga.”[12] Terutama jika itu haji
wajib (haji pertama).
Ia telah melaksanakan
amal sholih yang sempurna, baik berupa melaksanakan kewajiban, menjauhi
larangan, ditambah dengan berbuat baik kepada manusia, menyebarkan salam,
memberi makan, ditambah dengan banyak berdzikir kepada Allah serta mengeraskan
bacaan ketika talbiyah dan menggiring binatang hadyu.
18. Disunnahkan
memperbanyak dzikir kepada Allah, pada setiap waktu dan semua keadaan, baik
dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring, berkendara maupun berjalan.
19. Hendaknya
memperbanyak membaca tahlil (لاإله إلا الله), takbir (الله أكبر), dan tahmid (للهِ الحَمْدُ).[13] Nabi ﷺ bersabda:
«فَأَكْثِرُوا
فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ، وَالتَّكْبِيرِ، وَالتَّحْمِيدِ»
“Perbanyaklah pada
hari-hari itu membaca tahlil, takbir, dan tahmid.”[14]
Allah berfirman tentang
jamaah haji Baitul Harom: “Agar mereka menyaksikan manfaat (karunia) Allah untuk
mereka, dan agar mereka berdzikir (menyebut) nama Allah pada hari-hari yang
sudah diketahui, atas binatang ternak yang dikaruniakan kepada mereka.” (QS.
Al-Hajj: 28)
20. Takbir yang disertai
tasbih, tahmid, dan tahlil merupakan bāqiyātus shōlihāt (amal sholih
yang kekal pahalanya), tanaman Surga, kalimat yang paling Allah cintai, lebih
dicintai Nabi ﷺ dari
apa yang matahari terbit atasnya (dunia dan seisinya). Dianjurkan mengeraskan
dzikir pada hari-hari ini baik dalam keadaan berdiri maupun duduk, berkendara
maupun berjalan, di rumah maupun di jalan, di pasar maupun di tempat kerja.
21. Dianjurkan bagi
orang-orang yang ditokohkan maupun masyarakat awam untuk menampakkan takbir di
perkumpulan, bus, dan rumah. Tidak mengapa mengumumkannya dengan bantuan alat
elektronik (medsos) yang bisa menjangkau tempat-tempat yang berbeda.
22. Dahulu Ibnu Umar dan
Abu Huroiroh ﭫ keluar
ke pasar pada 10 Dzulhijjah dengan bertakbir, lalu orang-orang ikut bertakbir mengikuti
takbir keduanya.[15]
Maimun bin Mihron Rohimahullah berkata:
“Aku menjumpai
orang-orang bertakbir pada 10 Dzulhijjah, hingga aku menyerupakannya dengan
gelombang karena saking banyaknya.”
23. Saat bertakbir di 10
Dzulhijjah ini, kita menghadirkan kegembiraan akan dekatnya pertolongan Allah.
Dengan takbir, ditaklukannya Khoibar dan ditaklukannya kota lain, dikalahkannya
musuh, dengan izin Allah.
24. Takbir ada dua, yaitu
mutlak[16]
dan muqoyyad. Takbir mutlak bisa
dilaksanakan pada setiap hari dari 10 Dzulhijjah dan berakhir pada akhir hari Tasyriq[17], boleh dilaksanakan
kapanpun, bagaimanapun, dan di manapun. Di tempat manapun boleh berdzikir
kepada Allah, dengan suara keras. Allah berfirman: “Agar mereka menyaksikan
manfaat (karunia) Allah untuk mereka, dan agar mereka berdzikir (menyebut) nama
Allah pada hari-hari yang sudah diketahui, atas binatang ternak yang
dikaruniakan kepada mereka.” (QS. Al-Hajj: 28)
25. Takbir muqoyyad
dilaksanakan setiap selesai sholat fardhu, dimulai dari fajar hari Arofah bagi
selain jamaah haji[18] dan berakhir setelah
Ashar[19] pada tanggal 13
Dzulhijjah.
26. Lafazh takbir mutlak
maupun muqoyyad berdasarkan atsar yang beragam dari Shohabat Rosulullah ﷺ dan ulama Salaf. Contoh lafazh yang
terkenal berdasarkan atsar adalah:
«اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ
أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ
الْحَمْدُ»
Lafazh-lafazh takbir ada
kelonggaran (boleh dengan lafazh selain ini, asal shohih).
27. Dianjurkan puasa 9
hari Dzulhijjah atau terserah berapa hari yang mudah baginya. Anjuran ini
terdapat dalam beberapa hadits dan tsabit (ada riwayatnya) dari beberapa
Salaf.
Puasa menghapus
dosa-dosa, tameng dari Neraka dan dosa, dan:
«مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، بَعَّدَ
اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا»
“Siapa yang berpuasa
sehari di jalan Allah, maka Allah menjauhkan wajahnya dari Neraka sejarak 70
tahun.”[20]
28. Puasa Arofah, bagi
selain jamaah haji, merupakan sunnah Nabi ﷺ dan ghonimah agung. Ia menghapus dosa dua tahun:
«صِيَامُ
يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ،
وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ»
“Aku berharap kepada
Allah puasa Arofah menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya.”[21]
29. Yang lebih utama
dalam puasa sunnah yang telah ditentukan —contohnya puasa Arofah— adalah
berniat di malam hari, agar pahalanya sempurna, tanpa dikurangi.
30. Dianjurkan
memerintahkan istri, anak, dan siapa saja yang di bawah kuasanya, agar berpuasa
di hari Arofah. Dahulu Sa’id bin Jubair Rohimahullah berkata:
«أَيْقِظُوا خَدَمَكُمْ يَتَسَحَّرُونَ لِصَوْمِ
يَوْمِ عَرَفَةَ»
“Bangunkan pembantu
kalian agar sahur untuk puasa hari Arofah.”[22]
31. Berusaha agar
dosa-dosanya ditenggelamkan pada hari Arofah bersama dengan tenggelamnya
matahari.
32. Termasuk perdagangan
menguntungkan pada 10 Dzulhijjah adalah menghatamkan Al-Quran 30 juz, disertai
tadabbur dan memahami. Karena Allah memberi pahala pada tiap hurufnya sampai 10
kali lipatnya. Bahkan pelipatan pahala di hari-hari ini sangat banyak sekali
dibanding hari-hari selainnya.
33. Sholat terbaik
setelah sholat fardhu adalah sholat malam. Semestinya Muslim tidak membatasi
semangatnya hanya pada 10 akhir malam Romadhon saja, tetapi juga menghidupkan
10 malam Dzulhijjah juga.
34. Hendaknya kamu
memiliki kesempatan pada 10 Dzulhijjah seperti firman Allah:
﴿وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ﴾
“... dan orang-orang yang
meminta ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imrōn: 17)
Dan firman-Nya:
﴿كَانُوا
قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ﴾
“Mereka sedikit sekali
tidur di malam hari. Mereka memohon ampun di waktu sahur.” (QS.
Adz-Dzāriyāt: 18)
Waktu sahur (akhir malam)
adalah waktu turunnya Allah, diterimanya istighfar, dijawabnya doa, diberinya
permintaan. Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari karunia-Mu.
35. Sedekah termasuk
ketaatan paling mulia. Ia bukti iman pelakunya. Ia menjadi naungan untuk
pelakunya pada hari Kiamat. Ia menjaga pelakunya dari bahaya. Ia menghapus
dosa-dosa. Ia memadamkan murka Allah. Ia sebab barokahnya harta dan
bertambahnya rizki. Allah akan mengganti sedekahnya. Sedekah di 10 Dzulhijjah
lebih utama dari sedekah di hari-hari selainnya.
36. Termasuk amal yang
dicintai Allah adalah memasukkan kebahagiaan kepada orang Islam, dengan
silaturohim, sedekah, maupun membantu keperluannya. Lantas bagaimana
(pahalanya) jika dilakukan di 10 Dzulhijjah?
37. Termasuk kebaikan
adalah menjamu jamaah haji, berbuat baik kepada mereka, merawat anak-anaknya.
«مَنْ جَهَّزَ حَاجًّا أَوْ خَلَفَهُ فِي أَهْلِهِ
كَانَ لَهُ مِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقِصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ»
“Siapa yang menyiapkan
bekal haji atau merawat keluarga yang ditinggalkannya, maka ia mendapatkan
pahala seperti pahalanya, tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.”[23]
38. Termasuk ibadah agung
di 10 Dzulhijjah adalah sholat Id, lalu mendekatkan diri kepada Allah dengan
berkurban. Keduanya termasuk sunnah petunjuk. Allah berfirman:
﴿فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ﴾
“Maka sholatlah (Id)
kepada Allah dan berkurbanlah.” (QS. Al-Kautsar: 2)
39. Pada 10 Dzulhijjah
tidak memotong kuku bagi yang ingin berkurban, sebagai ibadah yang dimulai dari
tenggelamnya matahari pada akhir bulan Dzulqo’dah. Disebutkan dalam hadits:
«إِذَا رَأَيْتُمْ هِلَالَ ذِي الْحِجَّةِ، وَأَرَادَ
أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ، فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ»
“Jika kalian melihat
hilal (awal bulan) Dzulhijjah dan ingin berkurban, maka tahanlah dirinya dari
memotong rambut/bulu atau kuku.”[24] Dalam riwayat lain ada
tambahan: “... sampai ia menyembelih.”
40. Siapa yang mengenali
apa yang ia buru maka akan mudah baginya meraihnya. Ketahuilah bahwa dagangan
Allah itu mahal, dan dagangan Allah adalah Surga. Hendaknya kita bersegera
beramal sholih, bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha (jujur), dengan meninggalkan dosa dan
maksiat, berhenti darinya, menyesalinya, dan bertekad kuat tidak mengulanginya.
Tentunya disertai mengembalikan hak yang ia zolimi kepada pemiliknya, jika
memang dosanya berkaitan dengan hak manusia. Kita berusaha menjadikan 10
Dzulhijjah sebagai babak baru berjanji kepada Allah:
﴿يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ
عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ﴾
“Wahai orang-orang
beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat nasuha. Mudah-mudahan
Rob kalian mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke Surga-Surga
yang sungat-sungai mengalir di bawahnya (bawah istana dan tamannya).” (QS.
At-Tahrīm: 8)
41. Termasuk tingginya
pemahaman seorang Muslim adalah ia menggabungkan antara ibadah khusus seperti
dzikir dan sholat, dengan ibadah sosial pada 10 Dzulhijjah, agar bertambah
manfaat dan pahalanya.
42. Di samping beramal
sholih pada 10 Dzulhijjah, juga meninggalkan maksiat. Hal ini akan mendidik
seorang Muslim untuk mengagungkan syiar Allah, menjaga batasan-Nya, karena ia
salah satu bulan harom[25] yang Allah firmankan:
﴿فَلَا
تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ﴾
“Maka janganlah kamu
menzholimu dirimu sendiri pada bulan-bulan tersebut.” (QS. At-Taubah: 36)
Allah berfirman:
﴿وَمَنْ
يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ﴾
“Siapa yang mengagungkan
syiar-syiar Allah maka itu berasal dari taqwa hatinya.” (QS. Al-Hajj: 32)
Allah juga berfirman:
﴿وَمَنْ
يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ﴾
“Siapa yang mengagungkan
harom-harom Allah[26] maka itu lebih baik
baginya di sisi Rob-nya.” (QS. Al-Hajj: 30)
43. Beramal sholih pada
10 Dzulhijjah ditambah ketaatan dan kebaikan serta memanfaatkan kesempatan yang
tidak berulang dalam setahun, merupakan didikan terbaik untuk jiwa agar di senantiasa
atas ketaatan kepada Allah dan menambah iman, agar ia mendorongnya beramal
sholih sepanjang tahun.
44. Istri dan anak-anak
adalah amanah di lehar kita, sebagaimana dalam hadits:
«كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ»
“Setiap kalian adalah
pemimpin, dan setiap kaian akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya.”[27]
Maka hendaknya kita
bersungguh-sungguh mendidik anak-anak kita untuk mengagungkan 10 Dzulhijjah,
memotifasinya beramal di dalamnya, melatihnya demikian, serta mengajari mereka
keutamannya sebelum masuk bulan agar mereka bisa bersiap-siap, serta kita
berusaha menjadi teladan bagi mereka dalam mengagungkannya.
Inilah ghonimah sejati
dan hendaknya kita segera beramal sebelum ajal tiba.
Kita memohon kepada Allah
agar memberi taufiq (pertolongan) kepada kita dan kaum Muslimin untuk
memanfaatkan musim kebaikan ini, menolong kita untuk senantiasa mengingat-Nya,
bersyukur kepada-Nya, dan beribadah terbaik kepada-Nya.
Segala puji milik Allah
Rob seluruh alam.[]
[1] Yakni hartanya dibawa
untuk biaya perang dan dirinya mati syahid.
[2] HR. Al-Bukhori dan ini
lafazh At-Tirmidzi no. 757.
[3] Awal malam tenggelamnya
matahari dan berakhir sampai terbitnya fajar.
[4] Maksud siang di sini
adalah dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.
[5] Yakni fajar hari Nahr, di
mana orang-orang akan melaksanakan sholat Idul Adha.
[6] Dahulu orang-orang
melakukan safar haji dari Syawwal, karena jauhnya perjalanan menggunakan unta
atau jalan kaki. Adapun hari haji hanya lima hari yaitu tanggal 8 Dzulhijjah
sampai 12 Dzulhijjah.
[7] Ulama dari generasi setelah Shohabat.
[8] Artinya menetap, yaitu
hari-hari setelah hari kurban, yang bisa dikenal hari-hari Tasyriq (11, 12, 13
Dzulhijjah). Ia disebut qorr (menetap), karena jamaah haji menepat di Mina,
setelah selesai Thowaf Ifadhoh, berkurban, dan beristirahat.
[9] HR. Abu Dawud no. 1765
dengan sanad shohih.
[10] Hilyatul
Auliyā, 4/281, Abu Nu’aim.
[11] Mukhtashor
Qiyāmil Lail, hal. 247, Muhammad Nashr Marwazi.
[12] HR. Al-Bukhori no. 1773 dan Muslim no. 1349.
[13] Tiga lafazh ini jika digabung maka menjadi
takbiran yang kita kenal:
«اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ»
[14] HR. Ahmad no. 5444 dengan sanad shohih.
[15] Yakni mengajari orang-orang pasar agar bertakbir,
bukan memipin takbir berjamaah. Takbiran dikerjakan sendiri-sendiri, meskipun
berjamaah, dan tanpa dipimpin.
[16] Yakni tanpa terikat bilangan, waktu, dan tempat.
Berbeda dengan muqoyyad yang ditentukan waktunya.
[17] Tenggelamnya matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah.
[18] Adapun jamaah haji memulai dari waktu zuhur pada
hari Nahr (kurban).
[19] Yakni tenggelamnya matahari, akhir Ashar.
[20] HR. Al-Bukhori no. 2840 dan Muslim no. 1153.
[21] HR. Muslim no. 1162.
[22] Hilyatul
Auliyā, 4/281, Abu Nu’aim.
[23] HR. Ibnu Khuzaimah 2064 dengan sanad shohih.
[24] HR. Muslim no. 1977.
[25] Dzulqo’dah,
Dzulhijjah, Muharrom, dan Rojab.
[26] Yaitu batasan-batasan Allah berupa menjauhi larangan-Nya.
[27] HR. Al-Bukhori no. 893.