40 Hadits Keutamaan Al-Qur’an | Syaikh Abu Muhammad Al-Biqa’i Asy-Syami

40 Hadits Keutamaan Al-Qur’an

أَرْبَعُوْنَ حَدِيْثاً فِي فَضَائِلِ الْقُرْآنِ

Syaikh Abu Muhammad Al-Biqa’i Asy-Syami

Mendekatlah kepada Allah! Sungguh tidak ada yang lebih mendekatkan Anda kepada Allah dengan sesuatu yang paling dicintai-Nya melebihi Kalam-Nya.

Segala puji milik Allah yang Maha Esa, tempat bersandar segala urusan, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada yang sepadan dengan-Nya. Semoga sholawat dan salam tercurah kepada sebaik-baik manusia di permukaan bumi, kepada keluarganya dan para Sahabatnya sebagai umat terbaik, dan yang mengikuti mereka dengan baik.

Seseorang yang sangat kami hormati dan kami cintai karena Allah Al-Qori` Asy-Syaikh Abu Abdillah Abdurrohman meminta kami untuk mengumpulkan sebagian hadits-hadits pilihan tentang keutamaan Al-Qur`an. Lalu, aku mulai mencurahkan perhatian dalam melaksanakannya dan bertawakal kepada Allah semata dan Dia-lah tempat meminta pertolongan. Maka, untuk mewujudkan itu aku berdoa, meminta pertolongan dan mengesakan-Nya dalam ilmu, tujuan, dan keyakinan.

1. Tidak Akan Tersesat

1» Telah tsabit (shohih) dalam Shohîh Ibnu Hibbân dari Abu Syuroih Al-Khuza’i Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah keluar menemui kami lalu bersabda:

«أَبْشِرُوا! وَأَبْشِرُو! أَلَيْسَ تَشْهَدُونَ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللّٰهِ؟» قَالُوا: نَعَمْ، قَالَ: «فَإِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ سَبَبٌ طَرَفُهُ بِيَدِ اللّٰهِ وَطَرَفُهُ بِأَيْدِيكُمْ، فَتَمَسَّكُوا بِهِ، فَإِنَّكُمْ لَنْ تَضِلُّوا وَلَنْ تَهْلِكُوا بَعْدَهُ أَبَدًا»

“Bergembiralah dan bergembiralah kalian! Bukankah kalian bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan aku adalah Rosulullah?” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya Al-Qur`an ini ujungnya terhubung di Tangan Allah dan ujung yang lain terhubung di tangan kalian, maka pegang teguhlah ia, karena kalian tidak akan tersesat dan binasa setelah itu selamanya.” [1]

2. Perintah Berdoa Setelah Tilawah

2» Dari Imron bin Hushoin Rodhiyallahu Anhu, dia melewati seorang tukang cerita sedang membaca Al-Qur`an untuk meminta-minta, lalu Imron membaca istirja’ (innā lillāhi wa innā ilaihi rōji’ūn) kemudian berkata: aku mendengar Rosulullah bersabda:

«مَنْ قَرَأَ القُرْآنَ فَلْيَسْأَلِ اللّٰهَ بِهِ، فَإِنَّهُ سَيَجِيءُ أَقْوَامٌ يَقْرَءُونَ القُرْآنَ يَسْأَلُونَ بِهِ النَّاسَ»

“Barangsiapa yang membaca Al-Qur`an, hendaklah meminta kepada Allah. Sungguh akan datang beberapa kaum yang membaca Al-Qur`an untuk meminta-minta kepada manusia.” [2]

3. Membaca Untuk Upah Dunia

3» Dari Jabir bin Abdillah Rodhiyallahu ‘Anhuma, dia berkata: Rosulullah keluar menemui kami saat kami sedang membaca Al-Qur`an dan di tengah kami ada orang Arob dan orang non-Arob, lalu beliau bersabda:

«اقْرَءُوا فَكُلٌّ حَسَنٌ، وَسَيَجِيءُ أَقْوَامٌ يُقِيمُونَهُ كَمَا يُقَامُ الْقِدْحُ، يَتَعَجَّلُونَهُ وَلاَ يَتَأَجَّلُونَهُ»

“Bacalah Al-Qur’an, dan masing-masing adalah kebaikan[3]. Akan datang nanti beberapa kaum yang membacanya dengan tegak (sesuai tajwid) sebagaimana tegaknya busur. Akan tetapi mereka meminta disegerakan upahnya di dunia, bukan di Akhirat.”[4]

4. Ancaman Pamer Tilawah

4» Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah menceritakan kepadaku:

«أَنَّ اللّٰهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا كَانَ يَوْمُ القِيَامَةِ نَزَلَ إِلَى العِبَادِ لِيَقْضِيَ بَيْنَهُمْ وَكُلُّ أُمَّةٍ جَاثِيَةٌ، فَأَوَّلُ مَنْ يَدْعُو بِهِ رَجُلٌ جَمَعَ القُرْآنَ وَرَجُلٌ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ وَرَجُلٌ كَثِيرُ الْمَالِ، فَيَقُولُ اللّٰهُ لِلْقَارِئِ: أَلَمْ أُعَلِّمْكَ مَا أَنْزَلْتُ عَلَى رَسُولِي؟ قَالَ: بَلَى يَا رَبِّ. قَالَ: فَمَاذَا عَمِلْتَ فِيمَا عُلِّمْتَ؟ قَالَ: كُنْتُ أَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ، فَيَقُولُ اللّٰهُ لَهُ: كَذَبْتَ! وَتَقُولُ الْمَلاَئِكَةُ لَهُ: كَذَبْتَ! فَيَقُوْلُ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَرَدْتَ أَنْ يُقَالَ فُلاَنٌ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ. وَيُؤْتَى بِصَاحِبِ الْمَالِ فَيَقُولُ: أَلَمْ أُوَسِّعْ عَلَيْكَ حَتَّى لَمْ أَدَعْكَ تَحْتَاجُ إِلَى أَحَدٍ؟ قَالَ: بَلَى، قَالَ: فَمَاذَا عَمِلْتَ فِيمَا آتَيْتُكَ؟ قَالَ: كُنْتُ أَصِلُ الرَّحِمَ وَأَتَصَدَّقُ، فَيَقُولُ اللّٰهُ: كَذَبْتَ! وَتَقُولُ الْمَلاَئِكَةُ: كَذَبْتَ! وَيَقُولُ اللّٰهُ: بَلْ أَرَدْتَ أَنْ يُقَالَ فُلاَنٌ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ذَاكَ. وَيُؤْتَى بِالرَّجُلِ الَّذِي قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ فَيُقَالُ لَهُ: فِيمَ قُتِلْتَ؟ فَيَقُولُ: أُمِرْتُ بِالجِهَادِ فِي سَبِيلِكَ فَقَاتَلْتُ حَتَّى قُتِلْتُ، فَيَقُولُ اللّٰهُ: كَذَبْتَ! وَتَقُولُ الْمَلاَئِكَةُ لَهُ: كَذَبْتَ! وَيَقُولُ اللّٰهُ: بَلْ أَرَدْتَ أَنْ يُقَالَ فُلاَنٌ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ذَاكَ»

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla pada hari Kiamat turun kepada para hamba untuk mengadili di antara mereka dalam keadaan setiap umat berlutut. Orang pertama yang dipanggil adalah seseorang yang mempelajari Al-Qur`an, seseorang yang terbunuh di jalan Allah, dan seseorang yang banyak hartanya. Allah bertanya kepada yang membaca Al-Qur`an, ‘Bukankah Aku telah mengajarimu apa yang telah Aku turunkan kepada Rosul-Ku?’ Dia menjawab, ‘Benar, wahai Rob.’ Allah berkata, ‘Maka apa yang telah kamu amalkan dari apa yang telah diajarkan kepadamu?’ Dia menjawab, ‘Aku mengamalkannya pada malam hari dan siang hari.’ Lalu Allah berkata kepadanya, ‘Kamu dusta!’ Lalu para Malaikat berkata kepadanya, ‘Kamu dusta!’ Lanjut Allah Azza wa Jalla, ‘Sebaliknya kamu ingin dikatakan, ‘Si fulan pandai baca Al-Qur`an! Sungguh telah dikatakan itu.’ Lalu didatangkan pemilik harta lalu Dia berkata, ‘Bukankah Aku telah memberi kelapangan bagimu hingga Aku menjadikanmu tidak butuh kepada seorang pun?’ Dia menjawab, ‘Benar.’ Allah bertanya, ‘Maka apa yang telah kamu perbuat dari apa yang telah aku berikan kepadamu?’ Dia menjawab, ‘Aku menyambung tali silaturohmi dan bersedekah.’ Lalu Allah berkata, ‘Kamu dusta!’ Lalu para Malaikat berkata, ‘Kamu dusta!’ lanjut Allah, ‘Sebaliknya kamu ingin dikatakan, ‘Si fulan sangat dermawan!’ Sungguh telah dikatakan itu.’ Lalu didatangkanlah seseorang yang terbunuh di jalan Allah, lalu ditanyakan kepadanya, ‘Karena apa kamu terbunuh?’ Dia menjawab, ‘Aku diperintah berjihad di jalan-Mu lalu aku berperang hingga terbunuh.’ Lalu Allah berkata, ‘Kamu dusta!’ Para Malaikat berkata kepadanya, ‘Kamu dusta!’ lanjut Allah, ‘Sebaliknya kamu ingin disebut si fulan pemberani.’ Sungguh telah disebut itu!

Kemudian Rosulullah menepuk lututku seraya bersabda:

«يَا أَبَا هُرَيْرَةَ! أُولَئِكَ الثَّلاَثَةُ أَوَّلُ خَلْقِ اللّٰهِ تُسَعَّرُ بِهِمُ النَّارُ يَوْمَ القِيَامَةِ»

“Hai Abu Huroiroh! Mereka bertiga adalah makhluk Allah pertama kali yang karena mereka Neraka dinyalakan pada hari Kiamat.” [5]

5. Ruh di Langit dan Pujian di Bumi

5» Dari Abu Sa’id Al-Khudri Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa seseorang datang kepadanya seraya berkata, “Berilah aku wasiat!” Lalu dia berkata, “Kamu telah meminta kepadaku apa yang dulu aku minta kepada Rosulullah sebelummu:

«أُوصِيكَ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَإِنَّهُ رَأْسُ كُلِّ شَيْءٍ، وَعَلَيْكَ بِالْجِهَادِ فَإِنَّهَا رَهْبَانِيَّةُ الْإِسْلَامِ، وَعَلَيْكَ بِذِكْرِ اللّٰهِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْآنِ فَإِنَّهُ رُوْحُكَ فِي السَّمَاءِ وذِكْرُكَ فِي الْأَرْضِ»

“Aku wasiatkan kamu untuk bertakwa kepada Allah karena ia merupakan poros segala sesuatu, hendaklah kamu berjihad karena ia merupakan kerohiban[6] dalam Islam, dan hendaklah kamu berdzikir kepada Allah dan membaca Al-Qur`an karena itu merupakan ruhmu di langit dan kemuliaanmu di bumi.” [7]

6. Qur’an Adalah Hujjah

Dari Abu Malik Al-Asy’ari Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah bersabda:

«الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ، وَسُبْحَانَ اللّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَآنِ أَوْ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ، كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَايِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا»

“Bersuci adalah sebagian dari iman. Alhamdulillâh memenuhi timbangan. Subhânallâh dan Alhamdulillâh keduanya memenuhi antara langit-langit dan bumi. Sholat adalah cahaya[8], sedekah adalah bukti[9], sabar adalah lentera[10], dan Al-Qur`an adalah hujjah yang membelamu (jika mengikutinya) atau yang melawanmu (jika menyelisihinya). Setiap manusia memasuki waktu pagi dalam keadaan menjual dirinya[11], lalu dia memerdekakannya atau membinasakannya.”[12]

7. Jika Munafik Baca Quran

7» Dari Abu Musa Al-Asy’ari Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi bersabda:

«مَثَلُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ، وَالَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا، وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ، وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلاَ رِيحَ لَهَا»

“Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur`an seperti buah utrujah yang enak rasanya dan harum aromanya, orang yang tidak membaca Al-Qur`an seperti kurma yang enak rasanya tetapi tidak beraroma. Perumpamaan orang fajir yang membaca Al-Qur`an seperti buah roihanah yang harum aromanya tetapi pahit rasanya, dan perumpamaan orang fajir yang tidak membaca Al-Qur`an seperti buah hanzholah yang pahit rasanya dan tidak beraroma.”[13]

8. Sepuluh Pahala Per Huruf

8» Dari Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah bersabda:

«مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللّٰهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُولُ ﴿اٰلمٓ حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ»

“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka dia mendapatkan satu kebaikan, dan kebaikan itu dilipatgandakan sepuluh yang serupa. Aku tidak mengatakan bahwa alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.”[14]

9. Keluarga Allah di Bumi

9» Dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah bersabda:

«إِنَّ لِلّٰهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللّٰهِ، مَنْ هُمْ؟ قَالَ: «هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ، أَهْلُ اللّٰهِ وَخَاصَّتُهُ»

“Sesungguhnya Allah memiliki beberapa keluarga dari kalangan manusia.” Mereka bertanya, “Wahai Rosulullah! Siapakah mereka?” Beliau menjawab, “Mereka adalah ahli Al-Qur`an. Mereka keluarga Allah dan keistimewaan-Nya.”[15]

10. Syafaat Al-Quran

10» Dari Abu Umamah Al-Bahili Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: aku mendengar Rosulullah bersabda:

«اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ، اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافٍّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا، اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ»

“Bacalah Al-Qur`an karena dia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pemiliknya. Bacalah az-Zahrowain yakni Al-Baqoroh dan surat Ali Imron karena keduanya akan datang pada hari Kiamat bagaikan dua awan atau bagaikan dua naungan atau bagaikan dua sayap burung yang menaungi pemiliknya. Bacalah surat Al-Baqoroh karena mengambilnya adalah berkah, meninggalkannya adalah kerugian dan tukang sihir (dukun, paranormal) tidak mampu melawannya.”[16]

11. Satu Ayat Lebih Mahal Dari Satu Ekor Unta

11» Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah bersabda:

«أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ أَنْ يَجِدَ فِيهِ ثَلَاثَ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ؟» قُلْنَا: نَعَمْ. قَالَ: «فَثَلَاثُ آيَاتٍ يَقْرَأُ بِهِنَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلَاثِ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ»

Apakah seorang dari kalian suka saat pulang menuju keluarganya mendapati tiga ekor unta yang besar dan gemuk?” Kami menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Tiga ayat yang dibaca oleh seorang dari kalian di dalam sholatnya lebih baik daripada tiga unta yang besar dan gemuk.”[17]

12. Orang Terbaik

12» Dari Utsman bin Affan Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , beliau bersabda:

«خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ»

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan yang mengajarkannya.”[18]

Dalam riwayat Al-Bukhari yang lain: dari Utsman Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah bersabda:

«أَفْضَلُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمُهُ»

“Seutama-utama kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.”

13. Orang Pilihan

13» Dari Ali bin Abi Thalib Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah bersabda:

«خِيَارُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ»

“Yang terpilih di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.”[19]

14. Derajat Tertinggi di Surga

14» Dari Abdullah bin Amr Rodhiyallahu ‘Anhuma, dari Nabi , beliau bersabda:

«يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ: اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا»

“Akan dikatakan kepada pemilik Al-Qur`an: Baca dan naiklah, dan bacalah dengan tartil seperti dahulu kamu membacanya dengan tartil di dunia. Sesungguhnya tempatmu adalah di akhir ayat yang pernah kamu baca.”[20]

15. Mahkota Kemuliaan

15» Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , beliau bersabda:

«يَجِيءُ القُرْآنُ يَوْمَ القِيَامَةِ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ حَلِّهِ! فَيُلْبَسُ تَاجَ الكَرَامَةِ، ثُمَّ يَقُولُ: يَا رَبِّ زِدْهُ! فَيُلْبَسُ حُلَّةَ الكَرَامَةِ، ثُمَّ يَقُولُ: يَا رَبِّ ارْضَ عَنْهُ! فَيَرْضَى عَنْهُ. فَيُقَالُ لَهُ: اِقْرَأْ وَارْقِ! وَيُزَادُ بِكُلِّ آيَةٍ حَسَنَةً»

“Al-Qur`an akan datang pada hari Kiamat lalu berkata, ‘Ya Rob, berilah dia hiasan!’ Maka dia dipakaikan mahkota kemuliaan, kemudian Al-Qur`an berkata lagi, ‘Ya Rob, Tambahlah! Maka dipakaikan kepadanya hiasan kemuliaan. Kemudian dia berkata lagi, ‘Ya Rob, ridhoilah dia!’ Maka Allah meridhoinya. Lalu dikatakan kepadanya, ‘Bacalah dan naiklah!’ Dan ditambah dengan setiap ayat satu kebaikan.”[21]

16. Belajar Satu Ayat

16» Dari Uqbah bin Amir Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah keluar menemui kami saat kami di Shuffah[22], lalu bersabda:

«أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ بُطْحَانَ أَوْ الْعَقِيقَ فَيَأْتِيَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِي غَيْرِ إِثْمٍ بِاللّٰهِ وَلَا قَطْعِ رَحِمٍ؟»

“Siapakah dari kalian yang suka pergi pada waktu pagi setiap hari ke pasar Buthhân atau Aqîq lalu mendapat dua unta bunting tanpa melakukan dosa kepada Allah dan memutus silaturrohim?” Kami menjawab, “Kami semua suka hal itu.” Beliau bersabda:

«فَلَئِنْ يَغْدُو أَحَدُكُمْ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَتَعَلَّمُ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ وَثَلَاثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلَاثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنْ الْإِبِلِ»

“Seandainya seorang dari kalian pergi pada waktu pagi setiap hari ke Masjid untuk mempelajari dua ayat dari Kitabullah Azza wa Jalla lebih baik baginya daripada dua unta bunting, tiga lebih baik baginya daripada tiga, empat lebih baik baginya darpada empat, begitu seterusnya sebanyak hitungan unta.”[23]

17. Memperindah Bacaan

17» Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah bersabda:

«لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ»

“Bukanlah termasuk dari kami siapa yang tidak melagukan Al-Qur`an. Dalam riwayat lain menambahkan, dengan menyaringkannya[24].”[25]

18. Aromanya Semerbak

18» Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah mengutus beberapa orang yang banyak jumlahnya, lalu beliau menunjuk imam untuk mereka. Beliau menunjuk masing-masing seorang dari mereka yang memiliki hafalan Al-Qur`an, lalu beliau mendatangi seorang lelaki yang masih belia umurnya di antara mereka, lalu bertanya, “Berapa yang kamu hafal, hai Fulan?” Dia menjawab, “Aku hafal ini dan ini serta surat Al-Baqoroh.” Beliau bertanya, “Benar kamu hafal surat Al-Baqoroh?” Dia menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Pergilah dan kamu menjadi pemimpin mereka.” Lalu seseorang yang mulia di antara mereka berkata, “Demi Allah, wahai Rosulullah! Tidak ada yang menghalangiku untuk mempelajari surat Al-Baqoroh kecuali karena takut tidak bisa mengamalkannya.” Maka, Rosulullah bersabda:

«تَعَلَّمُوا القُرْآنَ فَاقْرَءُوهُ وَأَقْرِئُوهُ، فَإِنَّ مَثَلَ القُرْآنِ لِمَنْ تَعَلَّمَهُ فَقَرَأَهُ وَقَامَ بِهِ كَمَثَلِ جِرَابٍ مَحْشُوٍّ مِسْكًا يَفُوحُ بِرِيحِهِ كُلُّ مَكَانٍ، وَمَثَلُ مَنْ تَعَلَّمَهُ فَيَرْقُدُ وَهُوَ فِي جَوْفِهِ كَمَثَلِ جِرَابٍ أُوكِئَ عَلَى مِسْكٍ»

“Pelajarilah Al-Qur`an, bacalah dan ajarkanlah, karena perumpamaan Al-Qur`an bagi yang mempelajarinya lalu membacanya dan mengamalkannya seperti botol berisi penuh minyak misik yang semerbak aromanya ke segala tempat, dan perumpamaan seseorang yang mempelajarinya dan tidur padahal hafal maka seperti botol yang berisi minyak misik.”[26]

19. Mahar Al-Quran

19» Dari Sahl bin Sa’ad Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: seorang wanita mendatangi Nabi lalu mengatakan bahwa dirinya telah menghibahkan[27] dirinya kepada Allah dan Rosul-Nya , lalu beliau menjawab, “Aku sedang tidak memiliki hajat terhadap wanita.” Seorang lelaki berkata, “Nikahkan saja ia kepadaku.” Beliau bersabda, “Berilah dia pakaian (sebagai maharnya).” Dia menjawab, “Aku tidak punya.” Beliau bersabda, “Berilah dia meskipun cincin besi.” Dia tidak juga mendapatkan lalu beliau bersabda, “Kamu hafal apa dari Al-Qur`an?” Dia menjawab, “Ini dan itu.” Beliau bersabda:

«فَقَدْ زَوَّجْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ»

“Aku menikahkannya[28] kepadamu dengan hafalan Al-Qur`an yang ada padamu.”[29]

20. Jika Budak Hafal Quran

20» Nafi bin Abdul Haris bertemu dengan Umar Rodhiyallahu ‘Anhu di Asfan. Umar telah mengangkatnya menjadi amir atas Makkah, lalu dia berkata, “Siapa yang kamu angkat untuk menjadi pemimpin bagi penduduk Wadi?” Dia menjawab, “Ibnu Abza.” Umar bertanya, “Siapa Ibnu Abza itu?” Dia menjawab, “Dia salah satu dari budak-budak kami yang dimerdekakan.” Umar bertanya, “Kamu menjadikannya pemimpin atas mereka?” Dia menjawab, “Dia seorang qori[30] Kitabullah Azza wa Jalla dan yang pandai tentang Faroidh[31].” Umar berkata, “Ketauhuilah! Sesungguhnya Nabi kalian telah bersabda:

«إِنَّ اللّٰهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ»

‘Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Al-Kitab ini beberapa kaum dan merendahkan[32] beberapa kaum dengannya pula.’”[33]

21. Jika Lupa Ayat

21» Dari Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Nabi bersabda:

«بِئْسَ مَا لِأَحَدِهِمْ أَنْ يَقُولَ نَسِيتُ آيَةَ كَيْتَ وَكَيْتَ بَلْ نُسِّىَ، وَاسْتَذْكِرُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنْ صُدُورِ الرِّجَالِ مِنَ النَّعَمِ»

“Seburuk-buruk seorang dari mereka adalah yang mengatakan aku lupa ayat ini dan ini, tetapi sebenarnya dia dilupakan. Selalu ulangi hafalan Al-Qur`an karena ia lebih mudah lepas dari dada-dada manusia daripada binatang lepasnya unta (dari talinya).”[34]

22. Murojaah

22» Dari Uqbah bin Amir Rodhiyallahu ‘Anhu, Rosulullah bersabda:

«تَعَلَّمُوا كِتَابَ اللّٰهِ وَتَعَاهَدُوا وَاقْتَنُوهُ وَتَغَنُّوا بِهِ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ الْمَخَاضِ فِي الْعُقُلِ»

“Pelajarilah Kitabullah, murajaahlah (mengulangi hafalan), amalkanlah, dan lagukanlah. Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh dia lebih mudah lepas daripada anak unta dari ikatannya.”[35]

23. Rutin Mengulang Hafalan

23» Dari Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma, Rosulullah bersabda:

«إِنَّمَا مَثَلُ صَاحِبِ الْقُرْآنِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الإِبِلِ الْمُعَقَّلَةِ، إِنْ عَاهَدَ عَلَيْهَا أَمْسَكَهَا وَإِنْ أَطْلَقَهَا ذَهَبَتْ»

“Sesungguhnya perumpamaan pemilik Al-Qur`an seperti pemilik unta yang tertambat. Jika dia diikat akan tenang dan jika dilepas ikatannya akan pergi.”[36]

24. Memperbagus Bacaan

24» Dari Al-Baro` bin Azib Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: aku mendengar Rosulullah bersabda:

«حَسِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ فَإِنَّ الصَّوْتَ الْحَسَنَ يَزِيدُ الْقُرْآنَ حُسْنًا»

“Perindahlah Al-Qur`an dengan suara kalian, karena suara yang merdu menambah keindahan Al-Qur`an.”[37]

Dalam riwayat Ibnu Hibban, An-Nasa`i, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi berbunyi:

«زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ»

“Hiasilah Al-Qur`an dengan suara-suara kalian.”

25. Suara Merdu

25» Dari Ibnu Mas’ud Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: aku mendengar Rosulullah bersabda:

«حُسْنُ الصَّوْتِ زِينَةُ الْقُرْآنِ»

“Suara merdu bisa memperindah Al-Qur`an.”[38]

26. Malaikat Mendengarkan Tilawah

26» Dari Usaid bin Hudhoir Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa dia membaca Al-Qur`an di dalam rumahnya, dan suaranya amat merdu. Lalu dia datang kepada Rosulullah , lalu berkata, “Ketika aku membaca Al-Qur`an tiba-tiba sesuatu meliputiku seperti awan, sementara istriku di rumah dan kudaku di kandang. Aku khawatir kudaku berlarian lalu membuat istriku terkejut hingga keguguran.” Lalu Rosulullah bersabda kepadanya:

«اِقْرَأْ يَا أُسَيْدُ! فَإِنَّمَا هُوَ مَلَكٌ اسْتَمَعَ الْقُرْآنَ»

“Bacalah wahai Usaid! sesungguhnya dia adalah Malaikat yang sedang mendengarkan Al-Qur`an.”[39]

27. Anjuran Hasad Kepada Ahli Quran

27» Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rosulullah bersabda:

«لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللّٰهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ فَسَمِعَهُ جَارٌ لَهُ فَقَالَ لَيْتَنِى أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِىَ فُلاَنٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللّٰهُ مَالاً فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِى الْحَقِّ فَقَالَ رَجُلٌ لَيْتَنِى أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِىَ فُلاَنٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ»

“Tidak boleh hasad kecuali kepada dua jenis orang: seseorang yang Allah ajarkan Al-Qur`an sementara dia membacanya pada malam hari dan siang hari lalu tetangganya mendengarnya lalu berkata, ‘Andai saja aku diberi seperti yang diberikan kepada fulan tentu aku akan mengerjakan seperti yang dikerjakannya’, dan seseorang yang diberi Allah harta lalu dia menghabiskannya di dalam kebenaran lalu seseorang berkata, ‘Andai saja aku diberi seperti yang diberikan kepada fulan tentu aku akan mengerjakan seperti apa yang dikerjakannya.’”[40]

28. Larangan Makan dari Quran

28» Dari Abdurrahman bin Syabl Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: aku mendengar Rosulullah bersabda:

«تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ. فَإِذَا عَلِمْتُمُوهُ فَلَا تَغْلُوا فِيهِ، وَلَا تَجْفُوا عَنْهُ، وَلَا تَأْكُلُوا بِهِ، وَلَا تَسْتَكْثِرُوا بِهِ»

“Pelajarilah Al-Qur`an. Apabila kalian telah berilmu tentangnya maka jangan berlebih-lebihan terhadapnya[41], jangan meremehkannya[42], jangan mencari makan dengannya[43], dan jangan memperbanyak harta dengannya[44].”[45]

29. Syafaat Al-Baqoroh dan Ali Imron

29» Dari An-Nawwas bin Sam’an Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: aku mendengar Rosulullah bersabda:

«يُؤْتَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِالْقُرْآنِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ فِي الدُّنْيَا، تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَآلُ عِمْرَانَ»

“Pada hari Kiamat Al-Qur`an dan ahlinya yang dahulu mengamalkannya sewaktu di dunia didatangkan. Ia dikawal oleh surat Al-Baqoroh dan Ali Imron (menuju Surga).” Rosulullah membuat perumpamaan keduanya dengan tiga perumpamaan tetapi aku lupa, sepertinya beliau bersabda bahwa seolah-olah keduanya adalah dua awan atau dua naungan hitam yang di antara keduanya ada cahaya atau seolah-olah keduanya kelompok burung berbaris yang menaungi pemilik keduanya.”[46]

30. Tujuh Huruf

30» Dari Abdullah bin Abbas Rodhiyallahu ‘Anhuma, bahwa Rosulullah bersabda:

«أَقْرَأَنِى جِبْرِيلُ عَلَى حَرْفٍ فَرَاجَعْتُهُ، ثُمَّ لَمْ أَزَلْ أَسْتَزِيدُهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ»

“Jibril membacakan kepadaku Al-Qur`an dengan suatu qiroah (bacaan) lalu aku berkali-kali menemui Jibril untuk meminta tambahan (qiroah) lagi kepadanya, lalu dia pun menambah untukku hingga menjadi tujuh qiraah[47].”[48]

31. Terbata Membaca

31» Dari Aisyah Rodhiyallahu Anha, dari Nabi , beliau bersabda:

«الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ يَشْتَدُّ عَلَيْهِ لَهُ أَجْرَانِ»

“Seseorang yang mahir dalam Al-Qur`an bersama dengan Malaikat yang mulia lagi taat, dan seseorang yang membaca Al-Qur`an dengan terbata-bata mendapat dua pahala.”[49]

32. Mengganti Wirid yang Terlewat

32» Dari Umar bin Khoththob Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah bersabda:

«مَنْ نَامَ عَنْ حِزْبِهِ أَوْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ فَقَرَأَهُ فِيمَا بَيْنَ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الظُّهْرِ كُتِبَ لَهُ كَأَنَّمَا قَرَأَهُ مِنْ اللَّيْلِ»

“Barangsiapa tidur dengan (membaca) satu hizb Al-Qur`an atau sebagian darinya lalu membacanya antara sholat Subuh dan sholat Zhuhur, maka dia akan dicatat seperti orang yang membacanya pada malam hari. [50]

33. Minimal Hatam dalam Sebulan

33» Dari Abdullah bin Amr Rodhiyallahu ‘Anhuma, dia berkata: Rosulullah bersabda, “Hatamkan Al-Qur`an dalam sebulan.” Aku berkata, “Aku sanggup lebih dari itu,” hingga beliau bersabda:

«اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى شَهْرٍ» قُلْتُ: إِنِّى أَجِدُ قُوَّةً حَتَّى قَالَ: «اقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ وَلاَ تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ»

Hatamkan ia dalam tujuh hari[51] dan jangan kurang dari itu.”[52]

34. Larangan Hatam Kurang dari Tiga Hari

34» Dari Abdullah bin Amr Rodhiyallahu ‘Anhuma, dia berkata: Rosulullah bersabda:

«مَنْ قَرَأَ القُرْآنَ فِي أَقَلَّ مِنْ ثَلاَثٍ لَمْ يَفْقَهْهُ»

“Barangsiapa menghatamkan Al-Qur`an kurang dari tiga hari tidak akan bisa memahaminya[53].”[54]

35. Ahli Quran Sangat Dermawan

35» Dari Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhuma, dia berkata, “Rosulullah adalah manusia yang paling dermawan. Keadaan beliau paling dermawan adalah pada bulan Romadhon saat ditemui oleh Jibril. Dia menemui beliau setiap malam di bulan Romadhon untuk tadarrus Al-Qur`an. Sungguh Rosulullah adalah yang paling dermawan dalam kebaikan melebihi angin yang berhembus.”[55]

36. Memutus Per Ayat

36» Dari Ummu Salamah Rodhiyallahu ‘Anha, dia berkata, “Apabila Rosulullah membaca Al-Qur`an beliau memutus per ayat. Alhamdu lillâhi Robil âlamîn lalu berhenti, ar-rohmânir rohîm lalu berhenti.”

Ibnu Abi Malikah berkata, “Ummu Salamah membacanya maliki (bukan māliki).”[56]

37. Bentuk Memuliakan Allah

37» Dari Abu Musa Al-Asy’ari Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah bersabda:

«إِنَّ مِنْ إِجْلاَلِ اللّٰهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ، وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَالْجَافِي عَنْهُ، وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ»

“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah adalah memuliakan Muslim yang sudah tua, para penghafal Qur`an tanpa berlebihan dan meremehkan[57], dan memuliakan penguasa yang adil.”[58]

38. Larangan Tanpa Mentadaburi

38» Dari Uqbah bin Amir Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah bersabda:

«سَيَخْرُجُ أَقْوَامٌ مِنْ أُمَّتِي يَشْرَبُونَ الْقُرْآنَ كَشُرْبِهِمُ اللَّبَنَ»

“Akan keluar beberapa kaum dari umatku yang meminum Al-Qur`an seperti mereka meminum susu[59].”[60]

39. Mendebat Qur’an Kekufuran

39» Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rosulullah bersabda:

«الْجِدَالُ فِي الْقُرْآنِ كُفْرٌ»

“Berdebat dalam Al-Qur`an adalah kekufuran[61].”[62]

40. Didahulukan Dikubur

40» Dari Jabir bin Abdillah Rodhiyallahu ‘Anhuma, bahwa Rosulullah menggabungkan dalam satu kubur dua orang yang gugur dalam perang Uhud, lalu beliau bersabda:

«أَيُّهُمْ أَكْثَرُ أَخْذًا لِلْقُرْآنِ؟»

“Siapa di antara mereka yang lebih banyak hafal Al-Qur`an?” Ketika ditunjukkan kepada salah seorang dari keduanya, beliau mendahulukannya[63] di liang lahat.[64]

Selesai dengan pertolongan Allah dan karuania-Nya pada hari Rabu 11 Syawal 1427 dari hijrohnya Al-Musthofa .

Saya memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar menjadikannya ikhlas dan diterima oleh-Nya, dan menjadikan hadits-hadits ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Saya memohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk mengampuniku, guru-guruku, sahabat-sahabatku yang telah membantu, dan sahabat-sahabatku lain yang mendoakanku. Segala puji bagi Allah Rob semesta alam.

Abu Muhammad Al-Biqo’i Asy-Syami Al-Atsari

 



[1] Shohih: Shahîh Ibnu Hibbân (no. 122, I/329), Mushannaf Ibnu Abî Syaibah (no. 30006, VI/125), Al-Mu’jam Al-Kabîr Ath-Thobaronî (no. 491, XXII/108), dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 201, II/352).

[2] Hasan: Sunan At-Tirmidzî (no. 2917, V/175), Al-Mu’jam Al-Kabîr Ath-Thobaronî (no. 374, XVIII/167), dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 2627, II/533).

[3] Yakni bacaan dari orang Arob maupun non-Arob adalah sama-sama bagus dan berpahala, meskipun bacaaan orang non-Arob terkadang tidak sesuai makhroj dan tajwidnya. Kelak akan datang generasi yang mahir dalam membaca sesuai makhroj dan tajwid, bacaannya lurus sekali bagaikan busur panah yang hendak melesat, akan tetapi mereka membacanya bukan karena Allah tetapi untuk upah di dunia.

[4] Hasan: Sunan Abû Dâwud (no. 830, I/220), Musnad Ahmad (no. 14898, III/257), dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 2642, II/835).

[5] Shohih: Sunan At-Tirmidzî (no. 2382, IV/591) dan berkata, “Hasan gharib,” Al-Mustadrak Al-Hâkim (no. 1527, I/579) dan berkata, “Sanadnya shohih hanya saja Al-Bukhori dan Muslim tidak mencantumkannya,” dan Shahîh Ibnu Hibbân (no. 408, II/125).

[6] Yakni bersungguh-sungguh dalam berjuang sebagaimana rohib bersungguh-sungguh dalam ibadah.

[7] Hasan: Musnad Ahmad (no. 11791, III/82).

[8] Yakni cahaya di dunia dengan meneranginya kepada jalan ketaatan dan menjauhkannya dari kegelapan maksiat, juga cahaya di alam barzakh yang gelap, juga cahaya di Shirot menuju Surga.

[9] Yakni bukti iman, karena tabiat manusia bakhil sehingga untuk mengeluarkan hartanya untuk sedekah butuh pendorongnya, yaitu iman.

[10] Yakni panas sebagaimana lentera, sehingga butuh kekuatan jiwa untuk mengendalikan amarah.

[11] Yakni beramal, baik amal baik maupun amal jelek. Beramal diibaratkan menjual karena ada kemiripan dari sisi untung rugi. Jika untung, berarti ia memerdekakan dirinya dari api Neraka dan jika rugi berarti ia membinasakan dirinya di Neraka.

[12] Shohih: Shohîh Muslim (no. 223, I/203), Shohîh Ibnu Hibbân (no. 844, III/124), Sunan At-Tirmidzî (no. 3517, V/535), Sunan Al-Kubrō An-Nasâ`î (no. 2217) Sunan Ibnu Mâjah (no. 280, I/102), dan Sunan Ad-Dârimî (no. 653, I/174).

[13] Muttafaqun ‘Alaihi: Shohîh Al-Bukhōrî (no. 5020, IV/1917), Shohîh Muslim (no. 797, I/549), Shohîh Ibnu Hibbân (no. 770, III/47), Sunan At-Tirmidzî (no. 2856), Sunan An-Nasâ`î Al-Kubrō (no. 11769, VI/538), Sunan Abû Dâwud (no. 4829), Sunan Ibnu Mâjah (no. 214, I/77), Musnad Ahmad (no. 19630, IV/403), dan Sunan Ad-Dârimî (no. 3364, II/535).

[14] Shohih: Sunan At-Tirmidzî (no. 2910, V/175) dengan lafazh ini dan berkata, “Hadits hasan shohih gharib,” dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 1984, II/342).

[15] Shohih: Sunan Ibnu Mâjah (no. 215, I/78), Musnad Ahmad (no. 13566, II/242), Sunan Ad-Dârimî (no. 3326, II/525), Musnad Ath-Thayâlisî (no. 2124, I/283), dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 2688, II/551).

[16] Shohih: Shohîh Muslim (no. 804, I/553), Musnad Ahmad (no. 22246, V/254), Sunan as-Sughrâ Al-Baihaqî (no. 998, I/547), dan Al-Mu’jam Al-Ausath Ath-Thobaronî (no. 468, I/150).

[17] Shohih: Shohîh Muslim (no. 802, I/552), Sunan Ibnu Mâjah (no. 3782, II/1243), Musnad Ahmad (no. 9141, II/296), dan Sunan Ad-Dârimî (no. 3314, II/523).

[18] Shohih: Shohîh Al-Bukhōrî (no. 4739, IV/1919), Shohîh Ibnu Hibbân (no. 118, I/324), Sunan At-Tirmidzî (no. 2907), Sunan Al-Kubrō An-Nasâ`î (no. 8037, V/19), Sunan Abû Dâwud (no. 1452, II/70, V/173), Musnad Ahmad (no. 500, I/69), dan Sunan Ad-Dârimî (no. 3337, II/528).

[19] Shohih: Musnad Ahmad (no. 1317, I/153), Sunan Ad-Dârimî (no. 3337, II/528), dan Mushannaf Ibnu Abî Syaibah (no. 30072, VI/132).

[20] Shohih: Sunan At-Tirmidzî (no. 3914, V/177) dan Sunan Abû Dâwûd (no. 1464, II/73).

[21] Hasan: Sunan At-Tirmidzî (no. 2915, V/178) dan berkata, “Hasan shohih,” Al-Mustadrak Al-Hakim (no. 2029, I/738) dan berkata, “Sanadnya shohih tetapi Al-Bukhori dan Muslim tidak mencantumkannya,” Sunan Ad-Dârimî (no. 3311, II/522), dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (2996, II/346).

[22]  Tempat tinggal khusus bagi kaum miskin Muhajirin di serambi masjid Nabawi.

[23] Shohih: Shohîh Muslim (no. 803, I/552), Shohîh Ibnu Hibbân (no. 115, I/321), Sunan Ash-Shugrâ An-Nasâ`î (no. 985, I/542), Sunan Abû Dâwûd (no. 1456, II/71), dan Musnad Ahmad (no. 15444, IV/154).

[24] Yakni maksud melagukan adalah menyaringkan suara.

[25] Shohih: Shohîh Al-Bukhōrî (no. 7089, VI/737), Shohîh Ibnu Hibbân (no. 120, I/326), Sunan ash-Shugrâ An-Nasâ`î (no. 1042, I/558), Sunan Abû Dâwûd (no. 1469), Musnad Ahmad (no. 1512), Sunan Ad-Dârimî (no. 1491, I/417), dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 2613, II/528).

[26] Hasan: Sunan At-Tirmidzî (no. 2876, V/156) dan berkata, “Hadits hasan,” dan Sunan Ash-Shughrâ An-Nasâ`î (no. 8749).

[27] Yakni minta dinikahi. Termasuk kekhususan Nabi adalah boleh menikahi wanita yang menghibahkan dirinya kepada beliau tanpa mahar.

[28] Nabi menikahkannya karena beliau sebagai penguasa yang memiliki wewenang menikahkan wanita yang tidak memiliki wali. Atau ini kekhususan Nabi karena sebagaimana istri beliau adalah ibu kaum Muslimin, maka beliau adalah bapak kaum Muslimin, dan bapak adalah wali anaknya.

[29] Shohih: Shohîh Al-Bukhōrî (no. 4741, IV/1919), Sunan At-Tirmidzî (no. 1114, III/421), Sunan Ash-Shughrâ An-Nasâ`î (no. 3200, VI/54), Sunan Abû Dâwûd (no. 3111, II/236), Sunan Ibnu Mâjah (no. 6680, II/179), Al-Muwaththa` Al-Mâlik (no. 1096, II/526), dan Sunan Ad-Dârimî (no. 2201, II/190).

[30] Yakni hafal Al-Qur’an dan bacaannya bagus. Istilah qori juga digunakan untuk orang yang hafal dan mengerti tafsirnya.

[31] Faroidh memiliki dua arti: khusus dan umum. Arti khusus adalah warisan, dan arti umum adalah apa saja yang Allah wajibkan seperti sholat, zakat, puasa, haji, dan lain-lain. Nampaknya hadits ini mencakup keduanya.

[32] Yakni yang menyelisihi Al-Qur’an dan menentangnya.

[33] Shohih: Shohîh Muslim (no. 817, I/559), Sunan Ibnu Mâjah (no. 218, I/79), Musnad Ahmad (no. 232), Sunan Ad-Dârimî (no. 3365), dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 2682, II/550)

[34] Muttafaqun ‘Alaihi: Shohîh Al-Bukhōrî (no. 4744, IV/1921), Shohîh Muslim (no. 790, I/544), Shohîh Ibnu Hibbân (no. 763, III/41), Sunan At-Tirmidzî (no. 2942, V/193), Sunan Al-Kubrō An-Nasâ`î (no. 1015, I/327), Musnad Ahmad (no. 3620, I/381), dan Sunan Ad-Dârimî (no. 575, I/152).

[35] Shohih: Sunan Al-Kubrō An-Nasâ`î (no. 8049, V/21), Musnad Ahad (no. 17355, IV/146), dan Sunan Ad-Dârimî (no. 3349, II/521).

[36] Muttafaqun ‘Alaihi: Shohîh Al-Bukhōrî (no. 4743, IV/1920), Shohîh Muslim (no. 789, I/543), Shohîh Ibnu Hibbân (no. 764, II/41), Sunan Ash-Shugrâ An-Nasâ`î (no. 942, II/154), Musnad Ahmad (no. 5315, II/64), dan Al-Muwaththa` Al-Mâlik (no. 473, I/202).

[37] Shohih: Sunan Ad-Dârimî (no. 3501, II/565) dan Syu’abul Imam Al-Baihaqî (no. 2141, II/368).

[38] Hasan: Al-Mu’jam Al-Kabîr Ath-Thobaronî (no. 10023, X/82).

[39] Shohih: Mushannaf Abdrurrazzâq (no. 4182, II/486), Al-Mustadrak Al-Hakim (no. 5259, III/326), dan Al-Mu’jam Al-Kabîr Ath-Thobaronî (no. 563, I/207).

[40] Muttafaqun ‘Alaihi: Shohîh Al-Bukhōrî (no. 4738, IV/1919), Shohîh Muslim (no. 815, I/559), Shohîh Ibnu Hibbân (no. 90, I/292), Sunan At-Tirmidzî (no. 1936, IV/330), Sunan Al-Kubrō An-Nasâ`î (no. 5841, III/462), Sunan Ibnu Mâjah (no. 4209, II/1408), dan Musnad Ahmad (no. 4550, II/8).

[41] Yakni menghatamkannya kurang dari tiga hari, sehingga banyak kewajiban dan kegiatan belajar terganggu. Kecuali jika momen ibadah seperti Romadhon dan 10 Dzulhijjah maka boleh menghatamkannya kurang dari tiga hari dengan syarat tidak mengganggu kewajiban.

[42] Tidak mengulang hafalan dan tidak mengamalkannya.

[43] Membaca di acara atau jalan agar diberi uang. Adapun membaca untuk mengajar maka diperbolehkan mengambil upahnya dengan syarat fokus utamanya adalah ikhlas kepada Allah.

[44] Larangan ini kelanjutan dari larangan sebelumnya. Larangan ini lebih berat dari sebelumnya, karena sebelumnya hanya untuk makan dan yang ini untuk kemegahan.

[45] Shohih: Sunan An-Nasâ`î (no. 990, I/544), Musnad Ahmad (no. 15568, III/428), dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 2687, II/551).

[46] Shohih: Shohîh Muslim (no. 805, I/551) dan Sunan At-Tirmidzî (no. 2883, V/160).

[47] Tujuh huruf atau tujuh qiroah bukanlah tujuh qiroah sab’ah yang dikenal dalam ilmu qiroah. Akan tetapi maksudnya adalah kemudahan dalam membaca Al-Qur’an oleh berbagai kabilah di waktu itu. Masing-masing kabilah membaca Al-Qur’an sesuai dialeknya.

[48] Muttafaqun ‘Alaihi: Shohîh Al-Bukhōrî (no. 3047, III/1177), Shohîh Muslim (no. 818, I/561), Shohîh Ibnu Hibbân (no. 737, III/11), dan Sunan ash-Shugrâ An-Nasâ`î (no. 1045).

[49] Muttafaqun ‘Alaihi: Shohîh Al-Bukhōrî (no. 4653, IV/1882), Shohîh Muslim (no. 798, I/549), Shohîh Ibnu Hibbân (no. 767, III/44), Sunan At-Tirmidzî (no. 2904, V/171), Sunan ash-Shugrâ An-Nasâ`î (no. 986, I/542), Sunan Abû Dâwûd (no. 1453, II/70), Sunan Ibnu Mâjah (no. 3779, II/1242), Musnad Ahmad (no. 24257), dan Sunan Ad-Dârimî (no. 3368).

[50] Shohih: Shohîh Muslim (no. 747, I/515), Shohîh Ibnu Hibbân (no. 2643, VI/369), Sunan At-Tirmidzî (no. 581, II/474), Sunan Al-Kubrō An-Nasâ`î (no. 1643, I/457), Sunan Abû Dâwûd (no. 1313, II/34), Sunan Ibnu Mâjah (no. 1343), dan Sunan Ad-Dârimî (no. 1477, I/412).

[51] Dalam hadits lain Nabi memberinya keringanan menghatamkannya dalam tiga hari.

[52] Muttafaqun ‘Alaihi: Shohîh Al-Bukhōrî (no. 4767, IV/1924), Shohîh Muslim (no. 1159, II/418), Shohîh Ibnu Hibbân (no. 757, III/34), Sunan ash-Shugrâ An-Nasâ`î (no. 1035, I/561), Sunan Abû Dâwûd (no. 1390, III/54), Sunan Ibnu Mâjah (no. 1346, I/428), dan Musnad Ahmad (no. 6546, II/165).

[53] Sebagian ulama menghatamkan dalam 2 hari dan ada pula dalam 1 hari, bahkan Asy-Syafii hatam 2x dalam sehari dalam Romadhan. Para ulama berpendapat, jika mereka tetap bisa paham apa yang dibaca, maka itu tidak dilarang, juga dikarenakan mereka hanya membacanya di musim ibadah saja, tidak tiap hari.

[54] Shohih: Sunan At-Tirmidzî (no. 2946, V/196), Sunan ash-Shugrâ An-Nasâ`î (no. 1037), Sunan Ibnu Mâjah (no. 1347, I/428), dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 2168, II/394).

[55] Muttafaqun ‘Alaihi: Shohîh Al-Bukhōrî (no. 6, I/61) dan Shohîh Muslim (no. 2308, IV/1803), Shohîh Ibnu Hibbân (no. 3440, VIII/225), Sunan Al-Kubrō An-Nasâ`î (no. 2406, II/64), dan Musnad Ahmad (no. 2042, I/230).

[56] Shohih: Al-Mustadrak Al-Hâkim (no. 2910, II/252), Sunan Abû Dâwûd (no. 4001, IV/37), Musnad Ahmad (no. 26625, VI/302), dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 2587, II/520).

[57] Berlebihan dan meremehkan ini mengandung dua sudut pandang: (1) penghafal Qur’an, yakni mereka yang tidak berlebihan dalam membacanya hingga melalaikan kewajiban dan tidak meremehkannya tanpa mengulang hafalannya sedikitpun, (2) orang yang memuliakan para penghafal Qur’an, mereka tidak berlebihan hingga mengkultuskannya dan mereka tidak pula meremehkannya hingga tidak dibantu saat butuh bantuan.

[58] Hasan: Sunan Abû Dâwûd (no. 4834, IV/261), Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 2685, II/550), Musnad Al-Bazzar (no. 3070, VIII/74), dan Mu’jam Al-Ausath Ath-Thobaronî (no. 6736, VII/21).

[59] Maksudnya, mereka membacanya dengan lisan mereka tanpa merenungi makna-maknanya dan tidak merenungkan hukum-hukumnya, tetapi sekedar lewat begitu saja di lisannya sebagaimana lewatnya susu yang diminum dengan cepat di tenggorokan.

[60] Hasan: Al-Mu’jam Al-Kabîr Ath-Thobaronî (no. 821, XVII/297), dan Musnad Ar-Rûyânî (no. 249, I/188).

[61] Yakni mempertentangkan antar ayat, seolah-olah ayat Al-Qur’an ada yang tidak singkron, padahal akalnya yang gagal paham. Atau maknanya berdebat yang niatnya untuk mempertentangkan Al-Qur’an, bukan untuk berusaha memahaminya.

[62] Shohih: Sunan Abû Dâwûd (no. 4603, IV/199), Al-Mustadrak Al-Hâkim (no. 2803, II/243), dan Syu’abul Iman Al-Baihaqî (no. 2256, II/416).

[63] Yakni orang yang hafal Qur’an dimasukkan lebih awal dan dirapatkan ke arah qiblat, lalu orang kedua dimasukkan dan diletakkan di belakangnya.

[64] Muttafaqun ‘Alaihi: Shohîh Al-Bukhōrî (no. 1282, I/452), Shohîh Muslim (no. 2296), Shohîh Ibnu Hibbân (no. 3183, VII/456), Sunan At-Tirmidzî (no. 1036, III/354), Sunan An-Nasâ`î (no. 2802, I/635) dan selain mereka.

Komentar

Artikel Terpopuler

Al-Quran Obat Rohani dan Jasmani

Bacaan Setelah Al-Fatihah dalam Sholat

Doa Naik Kendaraan dan Safar

Hukum Tiyaroh (Anggapan Sial)

Duduk Istirahat dalam Sholat Menurut 4 Madzhab