Kalam Allah dalam Kitab-Nya adalah Huruf dan Makna, Bukan Kalam Jiwa
Kalam Allah dalam Kitab-Nya adalah Huruf dan Makna, Bukan Kalam Jiwa
![]() |
Kalamullah |
Al-’Allāmah Hāfizh Al-Hakami (w.
1377 H) berkata dalam syarah bait Sullam Al-Wushūl:
وَالْقَوْلُ في كِتَابِهِ المُفَصَّلْ
… بِأَنَّهُ كَلامُهُ
الْمُنَزَّلْ
“Keyakinan kami terhadap Kitab-Nya yang
terperinci … bahwa itu adalah Kalam-Nya yang diturunkan.”
Beliau berkata:
“Bahwa ia (Al-Qur'an) adalah
Kalam Allah — secara hakiki bukan kiasan — baik hurufnya maupun maknanya. Bukan hanya huruf tanpa
makna, dan bukan hanya makna tanpa huruf.
Allah Ta’ālā berfirman:
﴿وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ
فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ﴾
“Jika salah seorang dari
orang-orang musyrik meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia agar
sempat mendengar Kalam Allah.” (QS.
At-Taubah: 6)
Dan firman-Nya:
﴿سَيَقُولُ الْمُخَلَّفُونَ إِذَا انطَلَقْتُمْ
إِلَىٰ مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوهَا ذَرُونَا نَتَّبِعْكُمْ يُرِيدُونَ أَن يُبَدِّلُوا
كَلَامَ اللَّهِ قُل لَّن تَتَّبِعُونَا كَذَٰلِكُمْ قَالَ اللَّهُ مِن قَبْلُ﴾
“Orang-orang yang tertinggal
(tidak ikut berperang) akan berkata ketika kalian berangkat menuju harta
rampasan untuk mengambilnya: ‘Biarkanlah kami mengikuti kalian.’ Mereka ingin
mengubah Kalam Allah. Katakanlah: ‘Kalian tidak akan ikut bersama kami.
Demikianlah Allah telah mengatakan sebelumnya.’” (QS. Al-Fatḥ:
15)
Ibnu Khuzaimah (w. 311 H)
meriwayatkan dari Nayyār bin Mukarrim Al-Aslamī, seorang Sahabat Nabi ﷺ, bahwa ketika turun
ayat:
الٓمٓ ﴿١﴾ غُلِبَتِ الرُّومُ ﴿٢﴾ فِي
أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُم مِّن بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ
“Alif Lām Mīm. Telah dikalahkan
bangsa Romawi, di negeri yang paling dekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu
akan menang kembali.” (QS.
Ar-Rūm: 1–2)
Rosulullah ﷺ keluar dan
terus-menerus mengucapkan:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الٓمٓ ﴿١﴾ غُلِبَتِ الرُّومُ ﴿٢﴾ فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُم مِّن بَعْدِ غَلَبِهِمْ
سَيَغْلِبُونَ فِي بِضْعِ سِنِينَ
“Dengan Nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Alif Lām Mīm. Telah dikalahkan bangsa Romawi …
dalam beberapa tahun lagi mereka akan menang kembali.”
Lalu para pemimpin Musyrikin
Mekah berkata: “Wahai anak Abu Quḥāfah
(yakni Abu Bakar)! Apakah ini termasuk yang dibawa oleh sahabatmu (Muhammad)?”
Abu Bakar menjawab: “Tidak, demi Allah, ini adalah Kalam Allah dan firman-Nya.”
(HR. Ibnu Khuzaimah, At-Tauḥīd,
1/404)
Ibnu Mas’ūd رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
mencium mushaf dan berkata:
كَلَامُ رَبِّي كَلَامُ رَبِّي
“Ini Kalam Rabb-ku, Kalam
Rabb-ku.”
(Riwayat ini dinisbatkan kepada ‘Ikrimah,
bukan Ibnu Mas’ūd. Lihat: ‘Abdullāh bin Ahmad, As-Sunnah, 1/140–141)
‘Umar bin Al-Khoṭṭāb
رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ berkata:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ كَلَامُ اللَّهِ
فَضَعُوهُ عَلَى مَوَاضِعِهِ
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini
adalah Kalam Allah, maka letakkanlah ia pada tempat-tempatnya yang semestinya.” (HR. Ahmad, Az-Zuhd, hlm. 35; dan
lain-lain)
Khabbāb bin Al-Arott (w. 37 H), seorang
Sahabat Nabi ﷺ,
berkata:
تَقَرَّبْ إِلَى اللَّهِ بِمَا اسْتَطَعْتَ
فَإِنَّكَ لَنْ تَتَقَرَّبَ إِلَيْهِ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ كَلَامِهِ
“Berdekatlah kepada Allah dengan
apa pun yang kau mampu, karena sesungguhnya engkau tidak akan mendekatkan diri
kepada-Nya dengan sesuatu yang lebih dicintai oleh-Nya daripada Kalam-Nya.” (HR.
Ibnu Abī Syaibah, Al-Muṣonnaf, 10/510)
‘Abdullāh bin Mas’ūd رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
berkata:
الْقُرْآنُ كَلَامُ اللَّهِ، فَمَنْ رَدَّ
مِنْهُ شَيْئًا فَإِنَّمَا يَرُدُّ عَلَى اللَّهِ
“Al-Qur’an adalah Kalam Allah.
Barangsiapa menolak sedikit pun darinya, sungguh dia telah menolak Allah.” (HR. Ad-Dārimī, Ar-Rodd ‘alā Al-Jahmiyyah, hlm.
171)
Dan beliau juga berkata:
إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلَامِ كَلَامُ اللَّهِ
“Sesungguhnya sebaik-baik kalam
adalah Kalam Allah.” (HR. ‘Abdullāh
bin Ahmad, As-Sunnah, 1/146)
Maka seluruh dalil dari
Al-Qur'an, As-Sunnah, dan Ijma’ Umat menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah Kalam
Allah secara hakiki. Allah benar-benar berbicara dengannya. Dan Dia-lah yang
mengatakan:
الٓمٓ، الٓمٓصٓ، الٓمٓر، كٓهيعٓصٓ، طه،
طس، طسم، حم، عسق
—
semuanya adalah Kalam Allah.
Maka Kalam Allah bukan hanya
makna tanpa huruf, dan bukan pula huruf tanpa makna, tetapi huruf dan maknanya
adalah Kalam Allah itu sendiri.
(Selesai perkataan Hafizh Hakami)