Mengangkat Tangan untuk Ruku dan Ketika Bangkit dari Ruku (I'tidal)
Mengangkat Tangan untuk Ruku dan Ketika Bangkit dari Ruku (I'tidal)
Ulama
terbagi dua: sunnah dan tidak sunnah.
Pendapat 1: Sunnah
Mayoritas ulama dari kalangan para Sohabat dan Tabi'in berpendapat bahwa
mengangkat tangan ketika ruku dan ketika bangkit dari ruku (i'tidal) adalah sunah
yang dianjurkan. Pendapat ini diriwayatkan dari sebagian besar Sohabat, Tabi'in, dan para
ulama, di antaranya adalah:
1. Imam Al-Auza‘i (w. 157 H)
2. Imam Abu Bakar Ibnu Mundzir (w. 318 H)
3. Imam Abu ‘Isa At-Tirmidzi (w. 279 H) - pemilik kitab Al-Jami'
4. Imam Al-Hasan Al-Bashri (w. 110 H)
5. Hamid bin Hilāl (w. 131 H)
6. Imam Abu ‘Abdillah Al-Bukhori (w. 256 H) - pemilik kitab Shahih
7. Imam Abu Bakar Al-Baihaqi (w. 458 H)
Adapun dari kalangan para Sohabat yang meriwayatkan dan berpendapat
demikian adalah sejumlah besar di antaranya:
1. ‘Umar bin Al-Khottab
(w. 23 H)
2. ‘Abdullah bin ‘Umar (w. 73 H)
3. ‘Abdullah bin ‘Abbas (w. 68 H)
4. Jabir bin ‘Abdillah (w. 78 H)
5. Anas bin Malik (w. 93 H)
6. ‘Abdullah bin Az-Zubair (w. 73 H)
7. Abu Huroiroh (w. 57 H)
8. Abu Hamid As-Sa‘idi (w. 61 H)
9. Abu Sa’id Al-Khudri (w. 74 H)
10.
Abu Qotadah Al-Anshori (w. 56 H)
11.
Abu Asid As-Sa‘idi Al-Badri
(w. 75 H)
12.
Muhammad bin Maslamah
Al-Badri (w. 63 H)
13.
Sahl bin Sa’d (w. 88 H)
14.
‘Abdullah bin Mas’ud (w. 32
H)
15.
‘Ali bin Abi Tholib (w. 40 H)
16.
‘Uqbah bin ‘Amir (w. 58 H)
17.
‘Abdullah bin Jabir
Al-Bayadhi (w. 73 H)
18.
Umma Darda' (w. 100 H)
Sedangkan di kalangan Tabi'in dan para ulama setelahnya,
banyak yang berpendapat sama, di antaranya adalah:
1. Thowus
(w. 106 H)
2. ‘Atho’
bin Abi Robah (w. 114
H)
3. Mujahid (w. 104 H)
4. Al-Hasan Al-Bashri (w. 110 H)
5. Salim bin ‘Abdillah (w. 106 H)
6. Sa’id bin Jubair (w. 95 H)
7. Nafi’ Maula
Ibn ‘Umar (w. 117 H)
8. Muhammad bin Sīrīn (w. 110 H)
9. Al-Qosim bin Muhammad (w. 106 H)
10.
‘Umar bin ‘Abdil ‘Azīz (w.
101 H)
11.
Mak-hul (w. 112 H)
12.
‘Abdullah bin Dīnār (w. 125
H)
13.
An-Nu‘man bin Abi ‘Ayāsh
(w. 130 H)
14.
‘Ubaidullah bin ‘Umar (w.
130 H)
15.
Al-Hasan bin Muslim (w. 131
H)
16.
Qois bin Sa‘id (w. 135 H)
17.
‘Abdullah bin Al-Mubarak
(w. 181 H)
18.
Al-Laits bin Sa’d (w. 175 H)
19.
Abu Tsaur (w. 240 H)
20.
Al-Auza‘i (w. 157 H)
21.
Imam Malik (w. 179 H)
22.
‘Abdullah bin Wahb (w. 197
H)
23.
Asy-Syafi‘i (w. 204 H)
24.
Isḥāq bin Rāhawaih (w. 238 H)
25.
Ahmad bin Hanbal (w. 241 H)
26.
Al-Bukhori (w. 256 H) - pemilik kitab Shahih
27.
Para ahli hadits dari Bukhora seperti ‘Isa bin Musa, Kab bin Sa’id,
Yahya bin Ma'in, ‘Abdullah bin Muhammad Al-Mashidi, Al-Humaidi, Ali bin
Al-Madini, Muhammad bin Salam, dan Isḥāq
bin Ibrohim.
Pendapat yang sama juga diriwayatkan dari:
1. Abu Qilabah (w. 104 H)
2. Abu Az-Zubair (w. 112 H)
3. Sufyan bin ‘Uyainah (w. 198 H)
4. Yahya bin Sa‘id Al-Qattan (w. 198 H)
5. ‘Abdurrahman bin Mahdi (w. 198 H)
6. Yahya bin Yahya (w. 234 H)
Pendapat 2: Tidak Dianjurkan
Abu Hanifah (w. 150 H), Sufyan At-Tsauri (w. 161 H), Ibnu Abi Laila (w. 148 H), dan para pengikut mereka
berpendapat bahwa mengangkat tangan dalam Sholat hanya dilakukan saat Takbiratul
Ihrom.
Pendapat ini diriwayatkan dari Imam Malik (w. 179 H) melalui
riwayat Ibnu Qosim dari
beliau. Imam Malik berkata: Saya tidak mengetahui adanya mengangkat tangan
dalam Sholat selain saat membuka Sholat dengan mengangkat tangan sedikit saja,
dan wanita dalam hal ini sama dengan pria. (Nampaknya ini pendapat lama, adapun pendapat baru: sunnah).
Pendapat yang sama juga diriwayatkan dari ‘Ali, ‘Abdullah
bin Mas’ud, Al-Baro’
bin ‘Azib, dan juga dari pengikut ‘Abdullah bin Mas’ud رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُم.
Referensi:
(Al-Majmu Syarhul Muhadzdzab 3/336)