Dosa Besar Ke-6: Durhaka kepada Kedua Orang Tua
Alloh ﷻ berfirman:
﴿وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا
فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا. وَاخْفِضْ لَهُمَا
جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا﴾
“Robb-mu
telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah
berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau
membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. rendahkanlah dirimu terhadap keduanya
dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Wahai Robb-ku, sayangilah keduanya karena
mereka berdua telah mentarbiyah (mendidik dan merawat) aku pada waktu
kecil.’” (QS. Al-Isro: 23-24)
Alloh ﷻ berfirman:
﴿وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا﴾
“Kami
perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya dengan
baik.” (QS. Al-Ankabuut: 8)
Nabi ﷺ
bersabda:
«أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ
الْكَبَائِرِ؟»
“Maukah aku
beritahukan kepada kalian tentang dosa besar yang paling besar?” Beliau
menyebutkan, di antaranya durhaka kepada kedua orang tua. (HR. Al-Bukhori
dan Muslim)
Beliau ﷺ
bersabda:
«رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا
الْوَالِدِ، وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ»
“Keridhoan
Alloh tergantung pada keridhoan orang tua, dan kemurkaan Alloh tergantung pada
kemurkaan orang tua.” (Hadits shohih)
Beliau ﷺ
bersabda:
«الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ، فَإِنْ شِئْتَ فَاحْفَظْ، وَإِنْ شِئْتَ فَضَيِّعْ»
“Orang tua
adalah pintu Jannah yang paling tengah, jika engkau mau, jagalah, dan jika
engkau mau, sia-siakanlah.” (Hadits ini dishohihkan oleh At-Tirmidzi)
Beliau ﷺ
bersabda:
«الْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الْأُمَّهَاتِ»
“Jannah itu
berada di bawah telapak kaki ibu-ibu.” (HR. An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan
Ahmad, namun sanadnya lemah. Meskipun maknanya shohih)
Beliau ﷺ
juga bersabda ketika seorang laki-laki meminta izin untuk ikut Jihad
bersamanya:
«أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟»
“Apakah
kedua orang tuamu masih hidup?” Laki-laki itu menjawab: “Ya.” Beliau bersabda:
«فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ»
“Maka,
berjihadlah pada keduanya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Nabi ﷺ
bersabda:
«أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ
وَأَدْنَاكَ أَدْنَاكَ»
“(Berbuat
baiklah kepada) ibumu, ayahmu, saudarimu, saudaramu, dan kerabatmu yang paling
dekat.” (Hadits ini shohih)
Diriwayatkan
dari Nabi ﷺ
bahwa beliau bersabda:
«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌّ، وَلَا مَنَّانٌ، وَلَا مُدْمِنُ خَمْرٍ، وَلَا مُؤْمِنٌ بِسِحْرٍ»
“Tidak akan
masuk Jannah orang yang durhaka, orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian,
orang yang pecandu khomr, dan orang yang membenarkan sihir.” (HR. Ad-Darimi
dan An-Nasa’i)
Dari
Abdulloh bin Amr Rodhiyallahu ‘Anhuma: “Seorang A’robi (Arab Badui)
datang dan berkata: ‘Wahai Rosululloh, apa itu dosa-dosa besar?’” Beliau
menjawab:
«الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ»
“Syirik
kepada Alloh.” Dia bertanya lagi: “Lalu apa lagi?” Beliau menjawab:
«ثُمَّ عُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ»
“Kemudian
durhaka kepada kedua orang tua.” Dia bertanya lagi: “Lalu apa lagi?” Beliau
menjawab:
«الْيَمِينُ الْغَمُوسُ»
“Sumpah
yang palsu (Al-Yamin Al-Ghomus).” (HR. Al-Bukhori)
Nabi ﷺ
bersabda:
«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌّ وَلَا مُكَذِّبٌ بِالْقَدَرِ»
“Tidak akan
masuk Jannah orang yang durhaka dan orang yang mendustakan takdir.” (HR. Ahmad)
Diriwayatkan
dari Amr bin Murroh Al-Juhani Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa seorang
laki-laki berkata: “Wahai Rosululloh, bagaimana pendapatmu jika aku Sholat lima
waktu, berpuasa di bulan Romadhon, menunaikan Zakat, dan berhaji ke Baitulloh,
apa yang akan aku dapatkan?” Beliau menjawab:
«مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ كَانَ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ؛ إِلَّا أَنْ يَعُقَّ وَالِدَيْهِ»
“Siapa yang
melakukan itu, dia akan bersama para Nabi, para Shiddiqin, dan para Syuhada’,
kecuali jika dia durhaka kepada kedua orang tuanya.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan
At-Thobroni dalam Al-Mu’jamul Kabiir)
Dari Bakkar
bin Abdul Aziz bin Abi Bakroh, dia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, dari
Abu Bakroh secara marfu’ (sampai kepada Nabi ﷺ):
«كُلُّ الذُّنُوبِ يُؤَخِّرُ اللَّهُ مِنْهَا مَا شَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ إِلَّا عُقُوقَ الْوَالِدَيْنِ، فَإِنَّهُ يُعَجِّلُ لِصَاحِبِهِ»
“Semua
dosa, Alloh akan mengakhirkan (hukumannya) sampai hari Kiamat sesuai
kehendak-Nya, kecuali durhaka kepada kedua orang tua. Sungguh Alloh
menyegerakan (hukuman) untuk pelakunya.” (HR. Al-Hakim)
Nabi ﷺ
bersabda:
«لَا يَجْزِي وَلَدٌ وَالِدًا إِلَّا أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوكًا فَيَشْتَرِيَهُ فَيُعْتِقَهُ»
“Seorang
anak tidak dapat membalas jasa orang tuanya, kecuali jika dia mendapati orang
tuanya dalam keadaan budak, lalu dia membelinya dan memerdekakannya.” (HR.
Muslim)
Beliau ﷺ
bersabda dengan sanad hasan:
«لَعَنَ اللَّهُ الْعَاقَّ لِوَالِدَيْهِ»
“Alloh
melaknat orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya.” (HR. Ahmad dan Ibnu
Majah)
Beliau ﷺ
bersabda:
«الْخَالَةُ بِمَنْزِلَةِ الْأُمِّ»
“Bibi (saudari
kandung ibu) itu sama seperti ibu.” (Hadits ini dishohihkan oleh At-Tirmidzi)
Wahb bin
Munabbih berkata: “Sungguh Alloh berkata: ‘Wahai Musa, muliakanlah kedua orang
tuamu. Karena siapa yang memuliakan kedua orang tuanya, maka Aku akan
panjangkan umurnya dan memberinya anak yang berbakti kepadanya. siapa yang durhaka kepada kedua orang
tuanya, maka Aku akan persingkat umurnya dan memberinya anak yang durhaka
kepadanya.’”
Ka’b
berkata: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh Alloh akan
memberikan adzab kepada seorang hamba yang durhaka kepada kedua orang tuanya. sungguh Alloh akan menambah umur
seorang hamba yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan menambah kebaikan
baginya.”
Abu Bakar
bin Abi Maryam berkata: “Aku membaca di Taurot: ‘Siapa yang memukul ayahnya,
dia akan dibunuh.’”
Wahb
berkata: “Di dalam Taurot (tertulis): ‘Bagi siapa yang menampar orang tuanya,
maka hukumannya adalah rajam.’”