Al-Quran Berbicara Fakta Ilmiah

Al-Quran Berbicara Fakta Ilmiah

Perlu diketahui bahwa al-Qur`an selamanya tidak akan bertentangan dengan fakta ilmiah, begitu pula sebaliknya. Namun ada 3 kaidah penting dalam masalah ini yang harus diketahui.

1.         Al-Qur`an adalah kitab pedoman hidup manusia untuk selamat di akhirat dan di dunia, bukan kitab ilmu pengetahuan sains.

2.         Selamanya wahyu tidak akan bertentangan dengan fakta ilmiah karena wahyu berasal dari Allâh, sementara alam semesta berjalan sesuai dengan sunnatullah.

3.         Fakta ilmiah (sunnatullah) berbeda dengan teori (ilmu pengetahuan sains). Al-Qur`an  tidak harus sesuai dengan ilmu pengetahuan sains, karena penelitian manusia sangat memungkinkan salah sehingga menyelisihi al-Qur`an, atau boleh jadi ayat tersebut memang tidak menunjukkan fakta ilmiah.

Kesimpulannya, fakta ilmiah dan ilmu pengetahuan sains adalah dua hal yang berbeda. Fakta ilmiah dikenal dalam agama dengan istilah sunnatullah yaitu keteraturan alam semesta yang berjalan sesuai dengan  yang ia diciptakan. Adapun ilmu pengetahuan sains adalah hasil pengamatan manusia yang bisa benar dan bisa salah.

Fakta ilmiah yang dipublikasikan para ilmuwan terutama orang Barat, diperlakukan sama dengan kabar isra`iliyat dari ahli kitab. Para ‘ulama, di antaranya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Ushûl fît Tafsîr dan Ibnu Katsir dalam muqaddimah kitab tafsirnya, menjelaskan 3 keadaan dalam menyikapi kabar isra`iliyat ini:

1.         Jika kabar itu sesuai dengan kabar nash (al-Qur`an dan Sunnah) maka diterima dan dibenarkan, seperti kabar mereka bahwa langit di hari kiamat nanti akan dilipat/digulung, Surga luasnya sejarak langit dan bumi, langit-langit diletakkan Allâh di Jari-Nya dan seluruh makhluk di Jari-Nya yang lain, dan lain-lain. Kabar-kabar itu sesuai dengan surat al-Anbiyâ` [20]: 104, Ali Imrân [3]: 133, dan hadits muttafaqun ‘alaih al-Bukhari (no. 4811) dan Muslim (no. 2786).

2.         Jika kabar itu bertentangan dengan kabar nash maka ditolak dan didustakan, seperti kabar mereka bahwa Nabi ‘Isa ‘alahissalam adalah putra Allâh atau jika menggauli istri dari arah depan akan lahir anak juling, dan lain-lain. Kedua kabar itu bertentangan dengan surat al-Mâ`idah [6]: 116-117 dan al-Baqarah [2]: 223.

3.         Jika kabar itu tidak dibenarkan nash dan tidak pula didustakan, maka kabar itu disikapi tawaqquf (tidak dibenarkan tetapi tidak juga didustakan), karena boleh jadi benar sehingga tidak mendustakannya dan boleh jadi dusta sehingga tidak membenarkannya. Hal ini berdasarkan riwayat shahih bahwa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:

كَانَ أَهْلُ الكِتَابِ يَقْرَءُونَ التَّوْرَاةَ بِالعِبْرَانِيَّةِ، وَيُفَسِّرُونَهَا بِالعَرَبِيَّةِ لِأَهْلِ الإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «لا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الكِتَابِ وَلا تُكَذِّبُوهُمْ، وَقُولُوا: «آمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ»»

“Ahli kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani lalu menafsirkannya dengan bahasa ‘Arab kepada kaum muslimin, lalu Rasûlullâh bersabda, ‘Janganlah kalian membenarkan ahli kitab dan jangan pula mendustakan mereka, tetapi ucapkanlah, ‘Kami beriman  kepada Allâh dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada kalian. Tuhan kami dan Tuhan kalian adalah satu, dan kita hanya kepadanya memasrahkan diri.’[1]’”[2]

Apakah kabar isra`iliyat yang bertipe seperti ini boleh diceritakan? Jawabannya, boleh asal tidak diimani pasti benar. Hal ini berdasarkan hadits Nabi :

«بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً، وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلاَ حَرَجَ، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»

“Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat dan tidak mengapa menceritakan (kabar) dari Bani Isra`il. Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di Neraka.”[3]

Oleh karena itu, apa yang akan kami sampaikan dari ayat-ayat yang sekilas membenarkan penemuan mereka, bukan berarti memutlakkan kebenaran hasil penelitian ilmuwan. Penulis membawakan ayat tersebut bukan untuk menafsirkannya ke fakta ilmiah tetapi untuk menunjukkan bahwa al-Qur`an memiliki kaidah umum yang bisa digunakan untuk menjelaskan fakta ilmiah, agar orang-orang kafir melihat bahwa al-Qur`an memang datangnya dari sisi Allâh pemilik alam semesta. Hal ini perlu dijelaskan agar manusia tidak mendustakan al-Qur`an karena ulah orang-orang yang gegabah mencomot ayat al-Qur`an untuk membenarkan penemuan ilmiah mereka saat muncul penemuan lain yang menentang penemuannya.



[1] QS. Al-‘Ankabût [29]: 46. Adapun dalam redaksi al-Bukhari adalah al-Baqarah [2]: 136.

[2] HR. Al-Bukhari (no. 4485, VI/20-21), an-Nasa`i (no. 11323, X/211), dan al-Baihaqi (no. 20615) keduanya dalam as-Sunan al-Kubrâ.

[3] HR. Al-Bukhari (no. 3461, IV/170), at-Tirmidzi (no. 2669), dan Ahmad (no. 6486) dalam Musnadnya, dan Ibnu Hibban (no. 6256) dalam Shahîhnya dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url