Al-Quran Berbicara Masa Lampau dan Masa Depan
Al-Quran Berbicara Masa Lampau dan Masa Depan
1. Bulan Pernah Terbelah Dua Kali
Allâh subhanahu wa ta’ala
berfirman:
«اقْتَرَبَتِ
السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ»
“Hari
Kiamat telah dekat dan bulan telah terbelah.”[1]
Allâh Mahatahu yang ghaib
mengabarkan bahwa bulan telah terbelah, karena asal kata kerja lampau (انْشَقَّ) menunjukkan peristiwa yang telah terjadi.
Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu berkata:
أَنَّ أَهْلَ مَكَّةَ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ ﷺ أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً، فَأَرَاهُمُ انْشِقَاقَ القَمَرِ
[مَرَّتَيْنِ]
“Penduduk Makkah meminta
Rasûlullâh ﷺ untuk memperlihatkan kepada mereka suatu
mu’jizat lalu beliau memperlihatkan kepada mereka terbelahnya bulan [sebanyak
dua kali].”[2]
Para ‘ulama telah berijma’
(sepakat tanpa berselisih) bahwa bulan telah terbelah di masa Rasûlullâh ﷺ sebagai mu’jizat dari beliau ﷺ, di antaranya para imam ahli hadits
semisal al-Bukhari dan Muslim yang membuat bab terbelahnya bulan. Al-Hafizh
Ibnu Katsir berkata, “Peristiwa ini benar terjadi di masa Rasûlullâh ﷺ sebagaimana yang tercantum dalam
hadits-hadits mutawatir lagi shahih.”[3]
Hingga Rasûlullâh ﷺ berkata kepada
penduduk Makkah, “Saksikanlah! Saksikanlah!” Kemudian mereka mendustakannya
dengan mengatakan bahwa ini hanyalah sihir dari Muhammad, tetapi sebagian
mereka menolak tuduhan ini karena sihir tidak mungkin berpengaruh di
tempat-tempat lain juga. Abu Jahal bertanya kepada kafilah dagang dari Syam dan
dijawab benar adanya bahwa bulan terbelah dilihat oleh mata mereka sendiri saat
di perjalanan.
Jika ada yang bertanya,
“Bagaimana mungkin bulan benda yang sangat besar terbelah lalu menyatu kembali?
Ini sangat bertentangan dengan ilmu fisika, gravitasi, dan geologi.” Maka
jawabannya, “Allâh Mahakuasa terhadap segala sesuatu.” Kewajiban kita adalah
tunduk patuh dan beriman kepada segala kabar dari Allâh dan Rasul-Nya jika
benar-benar shahih kabarnya, karena Allâh adalah haq dan Rasûlullâh adalah
utusan-Nya.
Pada tahun 1969, badan antariksa
Amerika NASA mengklaim berhasil mengambil foto bulan pada ketinggian 14 km dari
permukaan bulan. Mereka menemukan fenomena aneh pada permukaan bulan yang
memiliki kawah melingkar seperti cincin. Celah yang menyerupai kawah ini
memiliki panjang 125 km dan kedalaman 400 m serta lebar 1.500 m.
Adapun umat Islam, mereka
percaya 100 % bahwa bulan pernah terbelah sebagai mu’jizat Nabi ﷺ karena kabar terbelahnya bulan shahih dari
Allâh dan Rasul-Nya, dan tidak akan goyah dengan penemuan Barat yang
membenarkannya atau menyanggahnya, karena penemuan dan penelitian manusia bisa
salah dan bisa benar, apalagi jika mereka berbohong lalu kita membenarkannya,
seolah-olah benar adanya mereka pernah ke bulan! Mereka tidaklah sehebat dan
secanggih yang mereka gembor-gemborkan di media massa!
2. Romawi Akan Mengalahkan Persia
Kabar masa depan lainnya dan
telah terbukti kebenarannya adalah apa yang Allâh subhanahu wa ta’ala
firmankan:
«الم
(١) غُلِبَتِ الرُّومُ (٢) فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ
سَيَغْلِبُونَ (٣) فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ
وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (٤) بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ
وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ»
“Alif Lâm
Mîm. Romawi telah dikalahkan di adnâ bumi, dan mereka setelah
kekalahannya akan menang dalam bidh’ tahun. Milik Allâh sebelum dan
sesudahnya, dan pada hari itu orang-orang beriman bergembira karena pertolongan
Allâh. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dia Mahaperkasa lagi Maha
Penyayang.”[4]
Allâh subhanahu wa ta’ala
mengabarkan kepada orang-orang beriman bahwa Romawi (beragama Nashrani) akan
menang mengalahkan Persia (kaum paganisme, penyembah berhala) dalam bidh’.
Apa itu Bidh’? Ahli bahasa menyebutkan bahwa bidh’ untuk sebutan
bilangan antara 3 sampai 9. Itu artinya bangsa Romawi akan mengalahkan persia
dalam kurun waktu antara itu, dan terbukti 7 tahun setelah ayat ini turun
terjadi peperangan antara Romawi dan Persia dengan kemenangan di pihak Romawi.
Mengapa seolah-olah orang beriman mendukung Romawi padahal orang Nashrani telah
Allâh kafirkan dan tidak diterima agamanya? Jawabannya, dilihat dari sudut
pandang “yang lebih baik” di antara dua kubu, bukan karena dukungan ideologi
merestui agama Nashrani. Bangsa Romawi beragama Nashrani yang diturunkan kepada
mereka kitab Taurat dan Injil (agama samawi), sementara Bangsa Persia merupakan
bangsa paganisme yang menyembah berhala yang tidak beragama. Dilihat dari sini,
Romawi lebih utama daripada Persia. Ayat ini juga memberikan isyarat bahwa
Allâh akan selalu memenangkan yang paling mencocoki kebenaran di masa akhirnya.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma menceritakan tentang ayat tersebut, “Romawi (awalnya) dikalahkan
dan (akhirnya) mengalahkan. Orang-orang musyrik senang jika Persia menang atas
Romawi karena keduanya sama-sama paganis. Adapun orang-orang mukmin senang jika
Romawi menang atas Persia karena mereka ahli kitab. Kemudian kabar itu
disampaikan ke Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan Abu Bakar radhiyallahu
‘anhu menyampaikannya kepada Rasûlullâh ﷺ. Beliau bersabda, ‘Sungguh
mereka (Romawi) akan menang.’ Kemudian Abu Bakar menyampaikan itu kepada
orang-orang musyrik dan mereka berkata, ‘Mari kita taruhan sampai masa
tertentu. Jika kami menang kamu bayar sekian dan jika kamu yang menang kami
akan membayar sekian.’ Maka mereka pun menyepakati masa 5 tahun, tetapi
belum juga Romawi menang. Lalu diajukanlah
kepada Nabi ﷺ dan beliau bersabda, ‘Mengapa kamu tidak
menetapkan kurang dari 10 saja (Sa’id –salah satu perawi– mengatakan bahwa bidh’ artinya hitungan angka
kurang dari 10).’ Kemudian Ramawi menang setelah itu. Itulah firman Allâh subhanahu
wa ta’ala, ‘“Alif Lâm Mîm. Romawi telah dikalahkan di adnâ bumi,
dan mereka setelah kekalahannya akan menang dalam bidh’ tahun. Milik
Allâh sebelum dan sesudahnya, dan pada hari itu orang-orang mukmin bergembira
karena pertolongan Allâh. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dia
Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.’”[5]
Kemenangan Romawi adalah
kemenangan yang tidak pernah terduga sebelumnya, karena keadaan interen Romawi
yang pecah dan kekuatan militer yang melemah. Jangankan menyerang musuh,
mempertahankan negerinya sendiri sangat berat. Begitulah Allâh mengatur segala
sesuatu menurut kehendak-Nya.
Ada yang menakjubkan di ayat
ini, Allâh menyebutkan tempat pertempuran Romawi dengan Persia dengan lafazh adnâ.
Dalam bahasa ‘Arab lafazh (أَدْنَى) memilili dua arti:
dekat dan rendah. Dari situlah lafazh dunia (دُنْيَا) terbentuk. Dunia bermakna dekat karena
jaraknya sangat dekat dari akhirat (umurnya singkat), dan bermakna rendah
karena kenikmatannya sangat rendah (sedikit, lenyap, meninggalkan kotoran, dan
tidak sempurna) dibanding kenikmatan Surga (banyak, kekal, tanpa meninggalkan
kotoran, dan sempurna).
Para ahli sejarah menyebutkan
bahwa pertempuran tersebut terjadi di Laut Mati yang merupakan tempat paling
rendah dari permukaan laut, menurut penelitian terkini. Laut Mati memiliki
titik terendah di bumi sekitar 400 m di bawah permukaan laut. Disebut Laut Mati
karena tidak ada tanda kehidupan yang
dapat bertahan hidup di laut tersebut yang mengandung garam tertinggi dari
seluruh laut di dunia.
[1] QS. Al-Qamar [54]: 1.
[2] Muttafaqun ‘Alaih: HR. Al-Bukhari (no. 3637, IV/206)
dan Muslim (no. 2802). Dalam kurung tambahan riwayat Muslim.
[3] Tafsîr Ibnu Katsîr (VII/472).
[4] QS. Ar-Rûm [30]: 1-5.
[5] Shahih: HR. At-Tirmidzi (no. 3193, V/343), Ahmad
(no. 2495) dalam Musnadnya, dan al-Hakim (no. 3540) dalam al-Mustadrâk.
Sufyan berkata, “Aku mendengar bahwa mereka menang bertepatan perang Badar.”
Dinilai shahih oleh al-Albani dan al-Arna`uth. Al-Hakim berkata, “Hadits shahih
sesuai syarat al-Bukhari Muslim tetapi keduanya tidak mengeluarkannya,” dan
disepakati adz-Dzahabi.