Biografi Imam Muslim | Syaikh Abdul Muhsin Al-Abd Al-Badr
Biografi Imam Muslim | Syaikh Abdul Muhsin Al-Abd Al-Badr
1. Nasabnya
Nama lengkapnya
Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairi (nasab) An-Naisaburi
(negeri). Ibnu Atsir berkata dalam Al-Lubab fi Tahdzibil Ansab:
“Al-Qusyairi adalah nisbah (nasab) kepada Qusyair bin Ka’ab bin Robiah bin Amin
bin Sha’sho’ah yang merupakan kabilah besar yang banyak para ulama nasabnya
kembali kepadanya, —lalu ia menyebutkan beberapa nama di antaranya Imam Muslim—.
Nisbat Imam Muslim ini adalah nisbat (nasab) asli,
berbeda dengan Imam Al-Bukhori
yang nisbatnya kepada Ju’fiyyin adalah nisbat wala[1].
Oleh karena itu, Imam Abu Umar bin Sholah
ketika menyebutkan dalam kitabnya Ulumul Hadits bahwa yang pertama kali
menyusun kitab Shohih adalah Imam Al-Bukhori kemudian Imam Muslim, ia berkata: ‘Yang
pertama menyusun Kitab Shohih
adalah Imam Al-Bukhori Abu Abdillah
Muhammad bin Ismail Al-Ju’fi maula mereka[2]. Lalu
diikuti Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi Al-Qushoiri dari nasab mereka sendiri.’”
2. Kelahirannya
Imam Muslim
dilahirkan pada tahun 204 H seperti kesimpulan dalam Tahdzibul Kamal
karya Al-Khozroji, Tahdzib At-Tahdzib dan At-Taqrib karya
Al-Hafizh Ibnu Hajar, demikian pula di Al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu
Katsir dan ia berkata setelah menyebutkan tahun wafatnya 261 H: “Kelahirannya
pada tahun wafatnya Imam Asy-Syafii yaitu tahun 204 H dalam usia 56 tahun,
semoga Allah merahmatinya.” Ibnu Khollikan
menukil dalam kitabnya Wafayaul A’yan dari kitab Ulama Al-Amshor
karya Abu Abdillah Al-Hakim An-Naisaburi bahwa Muslim wafat di Naisabur tanggal
5 akhir bulan Rojab tahun 261 H dalam usia 55 tahun kemudian ia berkata:
“Sehingga ia dilahirkan pada tahun 206 H.”
3. Rihlah dan Mendengar Hadits
Ia mulai mendengar
hadits pada tahun 218 H seperti yang disebutkan Adz-Dzahabi dalam Tadzkirotul
Huffazh. Ia melakukan rihlah (safar menuntut ilmu) ke Iroq, Hijaz
(Makkah dan Madinah), Syam (Palestina, Suriah, Yordania, Lebanon), dan Mesir.
Dia meriwayatkan dari banyak ulama dan aku akan sebutkan berikut ini 10 orang
yang terbanyak diambil riwayatnya olehnya dan dicantumkan dalam kitab Shohihnya disertai jumlah hadits masing-masing, seperti yang dinukil Ibnu
Hajar dalam biografinya dalam kitabnya Tahdzib At-Tahdzib:
1) Abu Bakar bin Abi Syaibah:
1540 hadits.
2) Abu Khoitsamah Zuhair
bin Harb: 1281 hadits.
3) Muhammad bin
Al-Mutsanna yang dijuluki Az-Zaman: 772 hadits.
4) Qutaibah bin Said: 668
hadits.
5) Muhammad bin Abdullah
bin Numair: 573 hadits.
6) Abu Kuraib Muhammad bin
Al-Ala’: 556 hadits.
7) Muhammad bin Basysyar
yang dijuluki Bundar: 460.
8) Muhammad bin Rofi
An-Naisaburi: 362 hadits.
9) Muhammad bin Hatim yang
dijuluki As-Samin (si gemuk): 300 hadits.
10) Ali bin Hajar As-Sa’di:
188 hadits.
Sepuluh guru Imam
Muslim ini juga diriwayatkan haditsnya oleh Imam Al-Bukhori langsung tanpa pelantara kecuali Muhammad
bin Hatim. Jadilah mereka semua guru Syaikhoin (Al-Bukhori dan Muslim) bersama.
Imam Abu Amr Ibnu
Sholah berkata dalam kitabnya Ulumul Hadits:
“Muslim meskipun mengambil dari Al-Bukhori
dan banyak mengambil faidah darinya tetapi ia juga berserikat dengannya dalam
banyak gurunya.”
4. Berguru ke Imam Al-Bukhori
Imam Al-Bukhori dianggap sebagai guru Imam Muslim yang
agung yang banyak berperan baginya dalam faidah dan ilmu hadits serta kejelian
dalam menukil shohih.
Al-Hafizh Al-Khotib Al-Baghdadi berkata tentang biografi
Imam Muslim dalam kitabnya Tarikh Baghdad: “Muslim sebenarnya menempuh
jalan Al-Bukhori, memperhatikan
dengan seksama ilmunya dan mengambil langkahnya. Ketika Al-Bukhori singgah di
Naisabur di akhir hidupnya maka Muslim senantiasa menyertainya.”
Al-Hafizh Ibnu
Hajar berkata dalam penjelasan Nukhbatul Fikr saat memaparkan tarjih
(mengutamakan) Shohih Al-Bukhori atas Shohih Muslim: “Ulama telah sepakat bahwa
Al-Bukhori lebih utama dari Muslim dan lebih berilmu dalam hadits, apalagi
Muslim adalah muridnya dan alumnusnya. Ia senantiasa mengambil faidah darinya
dan mengikuti jejak langkahnya hingga Ad-Daruquthni berkata:
لولا البخاري
لما راح مسلم ولا جاء
‘Andai bukan karena
Al-Bukhori, Muslim tidak pergi
dan datang (yakni tidak akan sehebat ini).’”
Meskipun Imam
Muslim berguru kepada Imam Al-Bukhori dan selalu menyertainya serta mengambil
faidah-faidah darinya, tetapi ia tidak meriwayatkan darinya dalam Shohihnya
meski satu hadits. Nampaknya —Allahu a’lam— Muslim melakukan itu karena
beberapa alasan:
Pertama, tujuan meringkas jalur sanad, karena
Muslim berserikat dengan Al-Bukhori dalam banyak guru. Seandainya ia
meriwayatkan dari Al-Bukhori maka sanadnya akan semakin panjang. Namun, ia
lebih memilih sanad yang lebih pendek (uluwul isnad) dan lebih dekat
kepada Rosulullah ﷺ.
Kedua, keprihatinan Imam Muslim atas sebagian
ulama yang mencampur hadits lemah dengan hadits Shohih tanpa memisahkannya,
sehingga ia fokus membersihkan hadits Shohih dari selainnya, sebagaimana yang
dikatakannya sendiri dalam Muqoddimah Shohih Muslim. Sehingga apa yang
sudah dikumpulkan Al-Bukhori (dalam Shohihnya) sudah mencukupinya, dan ia bisa
fokus mengumpulkan hadits Shohih lainnya dengan versi kehati-hatian dan
ketelitian.
5. Murid-Muridnya
Imam Muslim memiliki banyak murid yang mendengar darinya, seperti yang
disebutkan dalam Tahdzib At-Tahdzib, diantaranya: Abul Fadhl Ahmad bin
Salamah, Ibrohim bin Abi Thalib, Abu Amr, Al-Khofaf, Husain bin Muhammad
Al-Qobbani, Abu Amr Al-Mustamli, Shalih bin Muhammad Al-Hafizh, Ali bin Hasan
Al-Hilali, Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Farro —keduanya juga gurunya—, Ali bin
Al-Husan bin Al-Junaid, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Shoid, Muhammad bin Abd bin Humaid
dan lain-lain.
Imam At-Tirmidzi
meriwayatkan darinya dalam Jaminya satu hadits yang dikeluarkan di Kitab
Ash-Shiyam bab Menghitung Hilal Syaban untuk Romadhon.
Dia berkata: Menceritakan kepada kami Muslim bin Al-Hajjaj: Menceritakan kepada
kami Yahya bin Yahya: Menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, dari Muhammad bin
Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda:
أحصوا هلال شعبان
لرمضان
“Hitunglah hilal Sya’ban untuk Romadhon.”
Al-Iroqi berkata —sebagaimana
yang dinukil Al-Mubarokfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi—: “At-Tirmidzi tidak
meriwayatkan dari Muslim penyusun Kitab Shohih kecuali hadits ini saja. Hadits
ini termasuk riwayat aqron (dua perawi yang seumuran) karena keduanya
berserikat dalam banyak guru.”
Ibnu Hajar juga
menyinggungnya dalam Tahdzib At-Tahdzib: “Dia tidak memiliki hadits
darinya dalam Al-Jami kecuali hanya hadits ini.” Al-Khozroji berkata
dalam Khulashoh Tahdzib Kamal: “At-Tirmidzi meriwayatkan darinya satu
hadits.”
Dalam kitab ini Al-Khulashoh,
Tahdzib At-Tahdzib, Taqrib At-Tahdzib disingggung hadits ini dalam
terjemah Muslim karena ia termasuk para perawi At-Tirmidzi dan dikarenakan
agungnya hadits satu yang dikeluarkannya ini.
6. Pujian Ulama Atasnya
Para ulama
membicarakan keutamaan Imam Muslim dan mengenalnya dengan kedalaman ilmu dan
ketinggian martabat.
Gurunya, Muhammad
bin Abdul Wahhab Al-Farro, berkata:
كان مسلم من علماء الناس وأوعية العلم ما علمته إلا خيرا
“Muslim termasuk
ulama manusia dan wadah ilmu. Aku tidak mengenalnya kecuali baik.”
Ibnul Akhrom
berkata:
إنما أخرجت مدينتنا هذه من رجال الحديث ثلاثة هم: محمد بن يحي وإبراهيم بن أبي
طالب ومسلم
“Negeri kami hanya
mengeluarkan tiga orang dalam Rijal Hadits (ilmu perawi), yaitu: Muhammad bin
Yahya (Adz-Dzuhli), Ibrohim bin Abi Thalib, dan Muslim.”
Ibnu Uqdah berkata:
قلما يقع الغلط لمسلم في الرجال لأنه كتب الحديث على وجهه
“Muslim jarang
keliru dalam Rijal karena ia menulis hadits apa adanya[3].”
Abu Bakar Ibnul
Jarudi berkata:
حدثنا مسلم بن
الحجاج وكان من أوعية العلم
“Telah menceritakan
kepadaku Muslim bin Al-Hajjaj dan ia adalah wadah ilmu.”
Maslamah bin Qosim
berkata:
ثقة جليل القدر
من الأئمة
“Dia tsiqoh, amat
mulia, dan termasuk para imam.”
Ibnu Abi Hatim
berkata:
كتبت عنه، وكان ثقة من الحفاظ له معرفة في الحديث وسئل عنه أبي فقال صدوق
“Aku menulis
darinya, ia tsiqoh, termasuk para hafizh, memiliki pengetahuan mendalam dalam
hadits, dan ayahku pernah ditanya tentangnya lalu menjawab: shoduq (orang
jujur).”
Bundar berkata:
الحفاظ أربعة أبو زرعة ومحمد بن إسماعيل والدارمي ومسلم
“Hufazh ada empat,
yaitu Abu Zur’ah, Muhammad bin Ismail, Ad-Darimi, dan Muslim.”
Ishaq bin Manshur
berkata kepada Muslim:
لن نعدم الخير
ما أبقاك الله للمسلمين
“Kami tidak
kehilangan kebaikan selagi Allah tetap menjadikamu bersama kaum Muslimin.”
Ahmad bin Salamah
berkata:
رأيت أبا زرعة وأبا حاتم يقدمان مسلم بن الحجاج في معرفة الصحيح على مشايخ عصرهما
“Aku melihat Abu
Zur’ah dan Abu Hatim mendahulukan Muslim bin Al-Hajjaj dalam pengetahuan keshohihan
atas seluruh syaikh di masa keduanya.”
“Para ulama telah
sepakat atas keagungannya, kepemimpinannya, dan tingginya martabatnya, dan
kecerdasannya dalam bidang hadits, serta didahulukan atas selainnya.” Ia juga
berkata: “Ketahuilah bahwa Muslim termasuk salah satu tokoh imam dalam bidang
ini, dan senior orang-orang yang mendalaminya, ahli menghafal, kokoh
hafalannya, dan banyak rihlah ke berbagai negeri, dan dikenal sebagai orang
terdepan tanpa perselisihan di antara ahli ilmu, dan sebagai orang yang
dipegang pada setiap zaman.”
Adz-Dzahabi
berkata: “Abul Husain An-Naisaburi adalah seorang hafizh dan salah satu tokoh
bidang hadits.”
7. Karya-Karyanya
Imam An-Nawawi
berkata dalam Tahdzibul Asma wal Lughot: Muslim menyusun banyak sekali
karya tulis, di antaranya:
1) Shohih Muslim, yang dengannya Allah Al-Karim memberi
anugrah kaum Muslimin, dan Muslim dikenang kebaikannya hingga hari Kiamat
beserta janji pahala untuknya di negeri Keabadian.
2) Beberapa bab kitab Al-Jami
Al-Kabir.
3) Kitab Al-Ilal.
4) Kitab Auhamul
Muhadditsin.
5) Kitab At-Tamyiz.
6) Kitab Man Laisa Lahu
Illa Rowin Wahid.
7) Kitab Thobaqoh
Tabiin.
8) Kitab Al-Mukhdhormin.
9) Dan lain-lain.
Adz-Dzahabi
menyebutkan dalam Tadzkirotul Huffazh nukilan dari Al-Hakim 20 karya Muslim,
itu ditambah:
10) Kitab Al-Asma wal
Kuna.
11) Kitab Al-Afrod.
12) Kitab Al-Aqron.
13) Kitab Sualat Ahmad
bin Hanbal.
14) Kitab Hadits Amr bin
Syu’aib.
15) Kitab Al-Intifa bi
Ahabis Siba’.
16) Kitab Masyayikh
Malik.
17) Kitab Masyayikh
Tsauri.
18) Kitab Masyayikh
Syu’bah.
19) Kitab Auladin
Shahabah.
20) Kitab Afrod
Asy-Syamiyyin.
8. Ujiannya
Imam Muslim terkena
penyakit diare sebagaimana dalam Tahdzib At-Tahdzib. Adz-Dzahabi berkata:
“Dia memiliki dagangan, dermawan, memiliki budak-budak, dan kekayaan.”
9. Perhatian Ulama dengan Biografinya
Para pakar sejarah
memberi perhatian atas biografi Imam Muslim Rohimahullah. Mereka
menyebutkan secara adil pujian yang baik atasnya. Sebagai contoh, aku akan
sebutkan sepuluh orang yang menulis biografinya disertai sejarah, wafat, dan
nama kitab mereka yang sudah dicetak, jumlah halaman, dan penjelasan halaman
pertama.
Aku sebutkan ini
dalam rangka mempermudah siapa yang ingin mendalami biografi imam yang
dikekalkan Allah namanya ini karena diberi taufik menyusun sebuah kitab hadits Shohih
dari Rosulullah ﷺ,
dalam sebuah tabel berikut ini.
No |
Nama |
Wafat |
Kitab |
Jumlah Halaman |
Halaman |
Tanggal Cetak |
1 |
Al-Khatib Al-Baghdadi |
463 H |
Tarikh Baghdad |
4 |
13/100 |
1349 H Mesir |
2 |
Al-Qodhi Muhammad bin Abi Ya’la |
526 H |
Thobaqot Hanabilah |
2 |
1/337 |
As-Sunnah Al-Muhammadiyah Mesir |
3 |
An-Nawawi |
676 H |
Tahdzib Al-Asma wal Lughot |
3 |
2/89 |
Al-Muniriyah Mesir |
4 |
Ibnu Khalikan |
671 H |
Wafayatul A’yan |
2 |
4/280 |
1367 H Mesir |
5 |
Adz-Dzahabi |
728 H |
Tadzkirotul Huffadz |
2 |
2/165 |
Haidar Abad India |
6 |
Ibnu Katsir |
774 H |
Al-Bidayah wan Nihayah |
2 |
11/33 |
As-Sa’adah Mesir |
7 |
Ibnu Hajar |
852 H |
Tahdzib At-Tahdzib |
2 |
10/126 |
Haidar Abad India |
8 |
Al-Ulaimi Al-Hanbali |
928 H |
Al-Minhaj Al-Ahmad |
1 |
1/146 |
1383 H Mesir |
9 |
Ibnul Imad Al-Hanbali |
1089 H |
Syadzaratul Dzahab |
1 |
2/144 |
1350 H Mesir |
10 |
Shidiq Hasan Khon |
1307 H |
At-Taj Al-Mukallal |
2 |
130 |
1382 H India |
10. Wafat dan Usianya
Imam Muslim wafat
pada Ahad pagi dan dikubur hari Senin pada lima hari tersisa dari bulan Rojab
tahun 261 H. Dia dimakamkan di Nashr Abad Zhohir di Naisabur. Ada yang mengatakan usianya
55 tahun dan ada pula yang mengatakan 56 tahun. Semoga Allah merohmatinya.
***
[1]
Yakni menisbatkan nasab kepada kabilah kaum yang menjadi sebab keislamannya.
Kakek Al-Bukhari yang bernama Al-Mughiroh masuk Islam di tangan orang dari
kabilah Ju’fi sehingga seluruh keturuan Al-Mughiroh termasuk Imam Al-Bukhari
dinasabkan kepadanya, yaitu Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Al-Mughiroh
Al-Ju’fi Al-Bukhari.―Penj
[2]
Maula artinya budak yang dimerdekakan. Tradisi zaman dahulu, nasab budak
dinasabkan kepada yang memerdekakannya.
[3]
Yakni tidak dipotong-potong
sebagaimana Al-Bukhori dalam Shohihnya.