Empat Muadzin Rosulullah ﷺ: Bilal, Ibnu Ummi Maktum, Abu Mahzhuroh, Sa'd
Empat Muadzin Rosulullah ﷺ
Adzan adalah seruan yang mulia, panggilan Sholat yang
dikumandangkan untuk mengingatkan manusia kepada Robb-nya.
Dalam sejarah
Islam, orang-orang pertama yang diberi kehormatan mengumandangkan adzan di masa
Rosulullah ﷺ adalah para muadzin terpilih,
para Shohabat Rodhiyallahu ‘Anhum yang dikenal karena keimanan,
keistiqomahan, dan kemuliaan akhlak mereka. Di antara mereka, ada empat nama
besar yang tercatat sebagai muadzin Rosulullah ﷺ.
1. Bilal bin Robah Rodhiyallahu
‘Anhu
Beliau adalah
muadzin utama Rosulullah ﷺ
dan dikenal sebagai muadzin pertama dalam Islam. Seorang mantan budak dari
Habasyah (Ethiopia), Bilal Rodhiyallahu ‘Anhu memeluk Islam sejak awal
dakwah dan terkenal karena keteguhannya di atas Tauhid meski disiksa oleh
majikannya. Rosulullah ﷺ
memilihnya menjadi muadzin karena suara beliau yang merdu dan menggetarkan
jiwa.
Setiap kali waktu Sholat tiba, Bilal-lah yang naik ke atas
bangunan tinggi untuk mengumandangkan adzan. Rosulullah ﷺ bersabda kepadanya:
«أَرِحْنَا
بِهَا يَا بِلَالُ»
“Tenangkanlah kami dengannya, wahai Bilal.” (HSR. Abu Dawud no. 498)
Setelah wafatnya Rosulullah ﷺ, Bilal berhenti
mengumandangkan adzan karena kesedihannya yang mendalam, dan hanya
mengumandangkannya sekali lagi ketika mengunjungi Madinah di masa pemerintahan
Umar bin Khoththob Rodhiyallahu ‘Anhu.
Lafazh adzan
Bilal adalah seperti yang kita kenal, dan lafazh ini mutawatir dari masa
ke masa tanpa ada yang mengingkarinya:
اللَّهُ أَكْبَرُ
، اللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُ أَكْبَرُ
أَشْهَدُ أَنْ لا
إِلَهَ إِلا اللَّهُ ، أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ
أَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
حَيَّ عَلَى الصَّلاةِ
، حَيَّ عَلَى الصَّلاةِ
حَيَّ عَلَى الْفَلاحِ
، حَيَّ عَلَى الْفَلاحِ
اللَّهُ أَكْبَرُ
، اللَّهُ أَكْبَرُ
لا إِلَهَ إِلا
اللَّهُ
Sementara lafazh
iqomah Bilal, mirip muadzin lainnya, dan bisa dilihat pada iqomat Abu
Mahzhuroh di bawah nanti.
2. ‘Amr bin Ummi Maktum Rodhiyallahu
‘Anhu
‘Amr bin Ummi Maktum adalah seorang Shohabat yang buta,
namun memiliki semangat tinggi dalam mengikuti ajaran Islam. Rosulullah ﷺ
mengangkatnya sebagai muadzin kedua di Madinah bersama Bilal Rodhiyallahu ‘Anhu.
Ketika Bilal bepergian atau tidak berada di Madinah, ‘Amr bin Ummi Maktum yang
menggantikan.
Ia juga dikenal sebagai salah satu imam pengganti Rosulullah
ﷺ
ketika beliau bepergian. Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang dirinya dalam QS.
‘Abasa: 1-10, saat Rosulullah ﷺ
ditegur karena berpaling darinya dan lebih memilih berdakwah kepada tokoh
Quraisy.
﴿عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ . أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ
...﴾
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah
datang seorang buta kepadanya...” (QS.
‘Abasa: 1–10)
Salah satu jadwal
adzan Ibnu Ummi Maktum adalah Sholat Shubuh, sebagaimana dalam hadits Ibnu
Umar: Rosulullah ﷺ
bersabda:
«إِنَّ بِلاَلًا
يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ، فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ»
“Sesungguhnya
Bilal mengumandangkan adzan di malam hari, maka makan dan minumlah hingga Ibn
Ummi Maktum mengumandangkan adzan.” (HR. Al-Bukhori no. 617 dan Muslim no.
1092)
Hadits ini
menunjukkan bahwa Bilal mengumandangkan adzan pertama (Tahajjud) sebelum fajar,
sedangkan adzan kedua dikumandangkan oleh Ibn Ummi Maktum sebagai penanda
masuknya waktu Subuh.
3. Abu Mahdzurah Rodhiyallahu
‘Anhu
Nama lengkapnya adalah Abu Mahdzurah Aus bin Mi’yar.
Beliau berasal dari Makkah dan awalnya mengejek adzan yang dikumandangkan kaum
Muslimin. Namun, suara beliau yang merdu justru menarik perhatian Rosulullah ﷺ,
lalu beliau ﷺ
mengajarkan adzan yang benar kepada Abu Mahdzurah dan menunjuknya sebagai
muadzin untuk wilayah Makkah.
Abu Mahdzurah Rodhiyallahu ‘Anhu terus menjadi
muadzin hingga masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan Rodhiyallahu ‘Anhu.
Ia dikenal karena meriwayatkan bentuk adzan yang digunakan di Makkah, yang
memiliki sedikit perbedaan dalam lafaz dari adzan Bilal.
Abu Mahdzurah
meriwayatkan bahwa Rosulullah ﷺ mengajarkan kepadanya lafazh adzan secara langsung. Dalam
hadits disebutkan:
Dari Abu
Mahdzurah Rodhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata:
عَلَّمَنِي رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ الْأَذَانَ كَلِمَةً كَلِمَةً، تِسْعَ عَشْرَةَ كَلِمَةً، وَالْإِقَامَةَ
سَبْعَ عَشْرَةَ كَلِمَةً
“Rosulullah
ﷺ
mengajarkan kepadaku adzan kalimat demi kalimat, sebanyak 19 kalimat, dan iqomah
sebanyak 17 kalimat.” (HR. An-Nasa’i no. 647)
Lafaz adzan yang
diajarkan kepada Abu Mahdzurah mencakup tarji’ (pengulangan syahadat
dengan suara pelan dan keras), sesuai dengan praktik di Makkah.
Dari Abu
Mahzhuroh, Rosulullah ﷺ
mengajarkan kepadanya adzan sebanyak sembilan belas kalimat dan Iqomah sebanyak
tujuh belas kalimat:
– Adzan –
Allohu Akbar,
Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar,
Asyhadu an lā
ilāha illallāh, Asyhadu an lā ilāha illallāh,
Asyhadu anna
Muḥammadan Rosūlullāh, Asyhadu anna Muḥammadan Rosūlullāh,
Lalu syahadatain
diulang lagi dengan suara lirih:
[Asyhadu an lā
ilāha illallāh, Asyhadu an lā ilāha illallāh,
Asyhadu anna
Muḥammadan Rosūlullāh, Asyhadu anna Muḥammadan Rosūlullāh,
Bagian ini
yang membedakan dengan adzan Bilal dan Ibnu Ummi Maktum]
Hayya ‘alaṣ-ṣolāh, Hayya ‘alaṣ-ṣolāh,
Hayya
‘alal-falāḥ, Hayya ‘alal-falāḥ,
Allohu Akbar,
Allohu Akbar,
Lā ilāha
illallāh.
– Iqomah –
Allohu Akbar,
Allohu Akbar,
Asyhadu an lā
ilāha illallāh,
Asyhadu anna
Muḥammadan Rosūlullāh,
Hayya ‘alaṣ-ṣolāh,
Hayya
‘alal-falāḥ,
Qod qoomatiṣ-ṣolāh, Qod qoomatiṣ-ṣolāh,
Allohu Akbar,
Allohu Akbar,
Lā ilāha
illallāh.” (HSR. Abu Dawud
no. 502)
Kesimpulannya:
Adzan Abu
Mahzhuroh sama dengan Bilal dan Ibnu Ummi Maktum, hanya saja syahadatin
diulang dengan suara lirih. Itu yang disebut tarji’ (mengulang).
Adapun lafazh
iqomah mereka: sama.
4. Sa’d Al-Qorzh Rodhiyallahu
‘Anhu
Rosulullah ﷺ menjadikan Sa’d sebagai muadzin di Masjid
Quba. Ketika Bilal memutuskan untuk tidak lagi memberikan adzan di Madinah
setelah wafatnya Rosulullah ﷺ, Abu Bakar memindahkan Sa’d ke Masjid Nabawi. Ia wafat pada
tahun 74 H.
Ibnu Hajar Al-’Asqolani (852 H) dalam Al-Ishobah
menyebutkan bahwa Sa’d adalah seorang muadzin yang ikut meriwayatkan Hadits dan
disepakati keutamaan serta ketakwaannya.
Penutup
Empat muadzin Rosulullah ﷺ adalah figur penting
dalam sejarah Islam. Mereka bukan hanya tukang adzan, tetapi penjaga waktu
Sholat, pembela Islam, dan pengingat umat terhadap kewajiban kepada Allah
Ta’ala. Suara mereka menggema bukan hanya di bumi, tapi dicatat dalam langit,
sebagaimana sabda Rosulullah ﷺ:
«إِنَّهُ لَا يَسْمَعُ صَوْتَ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ
وَلَا إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ إِلَّا شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
“Tidaklah suara muadzin didengar oleh jin, manusia, atau apa pun
melainkan semuanya akan menjadi saksi baginya pada Hari Kiamat.” (HR. Al-Bukhori no. 609 dan Muslim no.
382)
Semoga Allah meridhoi para muadzin mulia tersebut dan
menjadikan kita termasuk orang yang menjaga Sholat dengan semangat sebagaimana
mereka menyeru umat untuk menegakkannya.[]