Kisah Nabi Sholih dalam Quran dan Sunnah
Kisah Nabi Sholih dalam Quran dan Sunnah
1. Pendahuluan
Kisah Nabi Sholih
Alaihissalam diceritakan Al-Quran dalam 9 surat, yaitu surat:
1. Al-A’rof [7]: 73-79.
2. Hud [11]: 61-68.
3. Al-Hijr [15]: 80-84.
4. Al-Isro [17]: 59.
5. Asy-Syu’aro [26]: 141-159.
6. An-Naml [27]: 45-53.
7. Fushilat [41]: 17-18.
8. Al-Qomar [54]: 23-32.
9. Asy-Syamsy [91]: 11-15.
2. Kaum Tsamud
Allah mengutus Sholih kepada suatu
kaum yang bernama Tsamud. Allah berfirman:
﴿وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا﴾
“Dan (Kami utus) kepada Tsamud saudara
mereka yaitu Sholih.”[1]
Makna saudara di sini yaitu Sholih
bernasab ke Tsamud.
Kabilah yang terkenal ini, di mana Tsamud —yaitu
nenak moyang mereka— adalah putra Jatsir bin Irom bin Sam bin Nuh. Mereka orang
Arab asli yang tinggal di Al-Hijr antara Hijaz dan Tabuk. Rasulullah bersama
kaum Muslimin pernah melewatinya saat menuju Tabuk. Mereka adalah generasi
penerus kaum Ad dan menyembah berhala, seperti Ad, sehingga Allah mengutus
seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yaitu hamba dan utusanNya bernama Sholih
bin Abid bin Asif bin Masikh bin Abid bin Hadzir bin Tsamud bin Jatsir bin Irom
bin Sam bin Nuh. Sholih mengajak mereka untuk hanya menyembah Allah
semata dan meninggalkan berhala, lalu sebagian kecil dari mereka beriman,
sementara mayoritas mereka kafir. Mereka menyakiti Sholih dengan lisan
dan perbuatan bahkan berkeinginan membunuhnya, dan mereka membunuh onta bunting
yang dijadikan Allah sebagai mukjizat atas mereka sehingga Allah menyiksa
mereka dengan siksaan yang pedih.[2]
Kaum Tsamud diberi Allah nikmat seperti Ad
sebelum mereka, berupa kekuatan fisik dan keahlian membangun. Mereka membangun istana
di dataran rendah dan memahat gunung menjadi rumah dan bangunan indah. Sholih
berkata:
﴿وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ
بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي الْأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِنْ سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ
الْجِبَالَ بُيُوتًا فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ﴾
“Dan ingatlah ketika Allah menjadikan
kalian sebagai generasi penerus setelah Ad dan menyediakan bumi untuk kalian
bangun istana-istana di dataran rendahnya dan kalian memahat gunung-gunung
menjadi rumah-rumah. Ingatlah nikmat-nikmat Allah ini dan janganlah kalian
terus-menerus berbuat kerusakan di muka bumi.”[3]
Tidak sekedar membangun, tetapi membangun
yang indah dan kokoh karena Allah menjadikan mereka mahir membangun. Allah berfirman:
﴿وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا فَارِهِينَ﴾
“Dan kalian mahir memahat gunung-gunung
menjadi rumah-rumah.”[4]
Rumah dan istana yang mereka bangun itu
menjadi tempat tinggal dan tempat berlindung yang aman dari panas, hujan, dan
musuh. Allah berfirman:
﴿وَكَانُوا يَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا
آمِنِينَ﴾
“Dan mereka memahat gunung-gunung
menjadi rumah-rumah yang aman.”[5]
Tempat mereka tinggal, Al-Hijr, dekat
dengan perairan sehingga mereka leluasa minum dan memberi minum ternak-ternak
mereka serta ladang-ladang mereka. Sholih mengingatkan nikmat ini kepada
mereka:
﴿أَتُتْرَكُونَ فِي مَا هَاهُنَا آمِنِينَ * فِي
جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ * وَزُرُوعٍ وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ﴾
“Apakah kalian akan dibiarkan di tempat
ini selalu aman (tanpa musibah dan kematian)? (Dibiarkan begitu saja menikmati)
kebun-kebun dan sumber-sumber air yang ditumbuh subur tanaman dan kurma-kurma
yang lebat mayangnya?”[6]
3. Akhlak Mulia Nabi Sholih
Sholih
tumbuh sebagai pemuda yang tampan dan berakhlak mulia: jujur, amanah, sabar,
dermawan, pemberani, dan sifat-sifat lainnya. Hal ini menjadikan ia sangat
dicintai kaumnya yang kelak akan ditokohkan mereka menjadi pemimpin kaumnya.
Al-Quran mengisyaratkan ini lewat ucapan
kaumnya:
﴿قَالُوا يَا صَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا
قَبْلَ هَذَا﴾
“Mereka berkata: Wahai Sholih!
Kamu sebenarnya sebelum (dakwah) ini adalah orang yang diharapkan di
tengah-tengah kami.”[7]
Yakni diharapkan menjadi tokoh dan pemimpin
kami karena kejujuranmu, amanahmu, kecerdasanmu, dan keberanianmu.
Namun, setelah berdakwah, Sholih
dibenci kaumnya bahkan dituduh seperti para Nabi sebelumnya sebagai orang sesat
seperti Nuh, atau orang bodoh dan pendusta seperti Hud. Allah berfirman:
﴿كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
مِنْ رَسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ * أَتَوَاصَوْا بِهِ بَلْ هُمْ
قَوْمٌ طَاغُونَ﴾
“Demikianlah, tidak datang seorang Rasul
pun sebelum mereka melainkan mereka berkata: ‘Tukang sihir atau orang gila.’
Apakah mereka saling berwasiat? Bahkan mereka adalah kaum yang melampaui
batas.”[8]
4. Nabi Sholih Berdakwah
Setelah berlalu masa yang lama, Tsamud
mulai meninggalkan ajaran para Nabi sebelumnya, mereka menyembah
berhala-berhala disamping menyembah Allah. Mereka tidak lagi murni menyembah
Allah. Maka Allah mengutus Sholih untuk mengembalikan mereka kepada
Tauhid. Allah menceritakan:
﴿قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ
مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ
ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ﴾
“Sholih berkata: ‘Wahai kaumku!
Sembahlah Allah saja, tidak patut kalian memiliki sesembahan selainNya. Dia
telah menciptakan kalian dari tanah dan menjadikan kalian memakmurkannya, maka
mohonlah ampun kepadaNya lalu bertaubatlah kepadaNya. Sungguh Rabb-ku Mahadekat
lagi Maha Mengabulkan.”[9]
Demikianlah dakwah para Nabi dan Rasul,
seruan pertama mereka dan paling penting adalah mentauhidkan Allah. Allah
berfirman:
﴿وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا
أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ﴾
“Dan sungguh Kami mengutus seorang Rasul
pada setiap umat yang menyeru: ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thoghut (setiap
yang disembah selainNya).’”[10]
Mereka adalah kaum yang suka berbuat
kezaliman kepada sesama mereka, disamping kezaliman terbesar yaitu syirik.
Mereka menolak ajakan Sholih, lalu Sholih kembali mendakwahi
mereka dengan mengingatkan mereka akan nikmat Allah:
﴿هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ
فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ﴾
“Dia telah menciptakan bumi ini untuk
kalian dan menjadikan kalian memakmurkannya (dengan istana dan rumah), maka
mohonlah ampun kepadaNya lalu bertaubatlah kepadaNya. Sungguh Rabb-ku Maha
dekat lagi Maha Mengabulkan.”[11]
﴿وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ
بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي الْأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِنْ سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ
الْجِبَالَ بُيُوتًا فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ﴾
“Dan ingatlah ketika Allah menjadikan
kalian sebagai generasi penerus setelah Ad dan menyediakan bumi untuk kalian
bangun istana-istana di dataran rendahnya dan kalian memahat gunung-gunung
menjadi rumah-rumah. Ingatlah nikmat-nikmat Allah ini dan janganlah kalian
terus-menerus berbuat kerusakan di muka bumi.”[12]
﴿قَالُوا يَا صَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا
قَبْلَ هَذَا أَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِي
شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ * قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ
عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَآتَانِي مِنْهُ رَحْمَةً فَمَنْ يَنْصُرُنِي مِنَ اللَّهِ
إِنْ عَصَيْتُهُ فَمَا تَزِيدُونَنِي غَيْرَ تَخْسِيرٍ﴾
“Mereka berkata: ‘Wahai Sholih!
Kamu dahulu adalah orang yang kami harapkan di tengah kami sebelum ini. Apakah
kamu melarang kami menyembah apa yang telah disembah oleh nenek moyang kami?
Kami benar-benar ragu terhadap apa yang kamu dakwahkan.’ Sholih berkata:
‘Wahai kaumku! Apa menurut kalian jika aku berada di atas bukti dari Rabku dan
Dia memberiku rahmat dariNya. Siapa yang bisa menolongku dari adzab Allah jika
aku durhaka kepadaNya. Kalian tidak menambah diriku kecuali kerugian.’”[13]
Mereka menuduh Sholih berdakwah agar
pengikutnya memberinya upah atas dakwahnya atau agar menjadi pemimpin utama
sehingga menguasai harta kaumnya.
﴿إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ صَالِحٌ أَلَا تَتَّقُونَ
* إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ * فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ * وَمَا أَسْأَلُكُمْ
عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ * أَتُتْرَكُونَ
فِي مَا هَاهُنَا آمِنِينَ * فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ * وَزُرُوعٍ وَنَخْلٍ طَلْعُهَا
هَضِيمٌ * وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا فَارِهِينَ * فَاتَّقُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُونِ * وَلَا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ * الَّذِينَ يُفْسِدُونَ فِي
الْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ * قَالُوا إِنَّمَا أَنْتَ مِنَ الْمُسَحَّرِينَ * مَا
أَنْتَ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا فَأْتِ بِآيَةٍ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ﴾
“Ingatlah ketika saudara mereka, Sholih,
berkata kepada mereka: ‘Tidakkah kalian takut (kepada Allah). Sungguh aku
adalah utusan yang terpercaya untuk kalian. Bertakwalah kalian kepada Allah dan
taatlah kepadaNya. Dan aku tidak meminta upah dari kalian atas seruanku ini.
Upahku menjadi tanggungan Rabb semesta alam. Apakah kalian mengira akan
dibiarkan hidup aman terus di tempat ini? Aman di kebun-kebun dan sumber air,
tanaman, dan kurma yang mayangnya ranum-ranum? Dan kalian mahir memahat
gunung-gunung menjadi rumah. Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan taatlah
kepadaNya. Dan kalian jangan mengikuti perintah orang-orang yang melampaui
batas yaitu orang-orang yang suka membuat kerusakan di muka bumi dan tidak
memperbaikinya.’ Mereka menjawab: ‘Kamu hanyalah orang yang terkena sihir, dan
kamu hanyalah manusia biasa seperti kami. Datangkanlah bukti (mukjziat) jika
mau benar orang-orang yang benar.”[14]
﴿فَقَالُوا أَبَشَرًا مِنَّا وَاحِدًا نَتَّبِعُهُ
إِنَّا إِذًا لَفِي ضَلَالٍ وَسُعُرٍ * أَأُلْقِيَ الذِّكْرُ عَلَيْهِ مِنْ بَيْنِنَا
بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ * سَيَعْلَمُونَ غَدًا مَنِ الْكَذَّابُ الْأَشِرُ﴾
“Mereka berkata: ‘Apakah kami akan
disuruh mengikuti satu orang dari kami? Jika demikian, berarti kami benar-benar
sesat dan celaka. Apakah masuk akal wahyu diturunkan kepadanya di tengah-tengah
kami (yang kami
lebih berhak darinya)? Bahkan, dia seorang pendusta
yang jelek sekali.’ Kelak mereka akan mengetahui siapa yang pendusta yang jelek
sekali.”[15]
5. Membisikkan Keraguan kepada Pengikut Nabi Sholih
Setelah Sholih berdakwah, mayoritas
kaumnya menolaknya kecuali segelintir dari kalangan orang-orang miskin. Kaumnya
tidak puas menolak Sholih, mereka pun berusaha membendung pengikutnya
agar kembali ke ajaran nenek moyang dengan membisikkan keraguan.
﴿قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا
مِنْ قَوْمِهِ لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِمَنْ آمَنَ مِنْهُمْ أَتَعْلَمُونَ أَنَّ
صَالِحًا مُرْسَلٌ مِنْ رَبِّهِ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلَ بِهِ مُؤْمِنُونَ *
قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا بِالَّذِي آمَنْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ﴾
“Pemuka kaumnya yang sombong berkata
kepada orang-orang lemah yang beriman dari mereka: ‘Apakah kalian tahu bahwa Sholih
diutus dari Rabbnya?’ Mereka menjawab: ‘Kami beriman kepada apa yang dia diutus
dengannya.’ Orang-orang sombong itu berkata: ‘Kami kafir kepada apa yang kalian
imani.’”[16]
6. Mukjizat Onta Bunting
Kaum Tsamud meminta Sholih agar
mengeluarkan seeokor onta bunting 10 bulan dari sebuah batu besar. Mendengar
itu, Sholih diliputi rasa takut karena jika Allah sudah menunjukkan
mukjizat kepada suatu kaum lalu mereka tetap tidak beriman maka adzab akan
turun kepada mereka.
Maka Sholih menasihati kaumnya
tetapi mereka enggan kecuali hanya menginginkan onta. Mereka mengira dengan itu
akan berhasil mengejek dan menertawakan Sholih. Lalu Sholih shalat
dengan khusyuk dan merendahkan diri kepada Allah, meminta mukjizat yang mereka
minta. Lalu Allah menjawabnya dengan munculnya seekor onta bunting tersebut.
﴿قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ
هَذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ وَلَا
تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ﴾
“Telah datang mukjizat dari Rabb kepada
kalian. Inilah onta Allah untuk kalian sebagai tanda (kerasulanku). Biarkan dia
makan di bumi Allah dan janganlah kalian menyentuhnya untuk menyakiti karena
akan menyebabkan kalian ditimpa adzab yang pedih.”[17]
Onta yang keluar dari batu besar ini adalah
mukjizat yang menguatkan kerasulan Sholih dan melemahkan argumentasi
kaumnya. Namun onta ini juga sebagai ujian bagi mereka, apakah mereka beriman
kepada Sholih, atau justru menjadikannya bahan gurauan dan permainan.
﴿إِنَّا مُرْسِلُو النَّاقَةِ فِتْنَةً
لَهُمْ فَارْتَقِبْهُمْ وَاصْطَبِرْ * وَنَبِّئْهُمْ أَنَّ الْمَاءَ قِسْمَةٌ بَيْنَهُمْ
كُلُّ شِرْبٍ مُحْتَضَرٌ﴾
“Kami akan mengirim onta bunting sebagai
ujian untuk mereka. Maka awasi mereka dan bersabarlah kamu, dan kabarkan kepada
mereka bahwa air dibagi di antara mereka. Masing-masing yang akan minum ada
gilirannya.”[18]
﴿قَالَ هَذِهِ نَاقَةٌ لَهَا شِرْبٌ وَلَكُمْ
شِرْبُ يَوْمٍ مَعْلُومٍ﴾
“Sholih berkata: ‘Ini onta
buntingnya. Ia memiliki jatah minum dan kalian juga memiliki jatah minum pada
hari yang sudah dimaklumi.’”[19]
Sholih
memenuhi permintaan mereka dengan seekor onta serta mengabarkan mereka agar
membiarkan onta tersebut minum air mereka di satu hari dan hari berikutnya
giliran mereka. Sebagai ganti hari minum onta, mereka diperbolehkan memerah
susu onta tersebut dan meninumnya dan mencukupi semua kaumnya.
Namun, mereka bertambah jengkel dengan
kehadiran onta tersebut yang menjadikan sebagian orang beriman kepada Sholih
dan juga aturan yang dibikin Sholih kepada mereka. Maka mereka membuat
makar hendak menyembelih onta tersebut dan mereka tidak mempedulikan peringatan
Sholih sebelumnya.
﴿إِذِ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا * فَقَالَ
لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ نَاقَةَ اللَّهِ وَسُقْيَاهَا * فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا﴾
“Ingatlah ketika orang paling celaka di
antara mereka bangkit (hendak menyembelih onta) lalu Utusan Allah berkata
kepada mereka: ‘Biarkan onta Allah dan tempat minumannya.’ Mereka
mendustakannya lalu menyembelihnya.”[20]
﴿وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالْآيَاتِ
إِلَّا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الْأَوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً
فَظَلَمُوا بِهَا﴾
“Dan tidak ada yang menghalangi Kami
mengirim mukjizat-mukjizat kecuali orang-orang terdahulu sudah mendustakannya.
Dan Kami sudah memberikan Tsamud onta bunting sebagai mukjizat yang mereka
lihat langsung lalu mereka menzhaliminya (menyembelihnya).”[21]
7. Makar Membunuh Nabi Sholih
Mereka bersuka cita berhasil menyembelih
onta Allah. Sambil mengejek dan tertawa, mereka menyampaikan hal itu kepada Sholih.
Sholih langsung tertunduk takut sambil menangis, karena adzab akan
segera turun. Lalu kaumnya diperingatkan dengan datangnya adzab seperti yang
diperingatkan Sholih sebelumnya.
Kaumnya bertambah murka kepada Sholih,
bukan bertaubat kepada Allah. Lalu sembilan orang tokoh dari kaumnya berencana
membunuh Sholih dan keluarganya di malam hari.
﴿وَكَانَ فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ
يُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ * قَالُوا تَقَاسَمُوا بِاللَّهِ لَنُبَيِّتَنَّهُ
وَأَهْلَهُ ثُمَّ لَنَقُولَنَّ لِوَلِيِّهِ مَا شَهِدْنَا مَهْلِكَ أَهْلِهِ وَإِنَّا
لَصَادِقُونَ﴾
“Sembilan orang di kota tersebut
melakukan kerusakan di muka bumi dan tidak memperbaiki. Mereka berkata: ‘Kalian
harus bersumpah dengan nama Allah bahwa kita benar-benar akan membunuhnya dan
keluarganya di malam hari, kemudian kita akan mengatakan kepada walinya
(kerabatnya) bahwa kita tidak hadir dalam peristiwa pembunuhan keluarga
tersebut dan kita (meyakinkan mereka) bahwa kita orang-orang yang jujur.”[22]
Lalu mereka melaksanakan rencana jahat
mereka tetapi Allah menggagalkan makar mereka. Allah selamatkan Sholih
beserta pengikutnya.
﴿وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا
وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ * فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ
وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ * فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي
ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ * وَأَنْجَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا
يَتَّقُونَ﴾
“Mereka berbuat makar dan Kami membalas
makar mereka sementara mereka tidak menyadarinya. Lihatlah bagaimana akibat
buruk dari makar mereka bahwa kami menghancurkan mereka dan seluruh kaum
mereka. Itulah rumah-rumah mereka menjadi kosong akibat dari kezoliman mereka.
Pada peristiwa ini ada tanda bagi kaum yang mengetahui. Dan Kami selamatkan Sholih
dan pengikutnya yang beriman dan bertakwa.”[23]
8. Adzab Suara dan Gempa
Setelah mereka membunuh onta, dan ditambah
dengan makar jahat mereka membunuh Sholih, maka adzab akan segera
menimpa kepada mereka dalam waktu dekat.
﴿فَعَقَرُوهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوا فِي
دَارِكُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ ذَلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ﴾
“Mereka menyembelih onta tersebut dan Sholih
berkata: ‘Silahkan kalian bersenang-senang selama tiga hari di rumah kalian.
Itulah janji yang tidak akan didustakan.”[24]
Mendengar ancaman itu, mereka justru
menantang Sholih untuk menyegerakan adzab. Jika janjimu itu benar wahai Sholih,
kenapa harus menunggu tiga hari?
﴿وَقَالُوا يَا صَالِحُ ائْتِنَا بِمَا
تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ﴾
“Mereka berkata: ‘Wahai Sholih!
Datangkanlah adzab yang kamu janjikan kepada kami, jika kamu benar-benar
termasuk para Rasul.”[25]
﴿قَالَ يَا قَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ
بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
* قَالُوا اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ بَلْ
أَنْتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ﴾
“Sholih berkata: ‘Wahai kaumku!
Kenapa kalian justru meminta disegerakan adzab bukan nikmat. Bukankah lebih
baik jika kalian memohon ampun kepada Allah agar dirahmati?’ Mereka menjawab:
‘Kami sekarang sial gara-gara kamu dan pengikutmu.’ Sholih menjawab:
‘Kesialan kalian itu karena kehendak Allah. Sebenarnya kalian kaum yang
terfitnah.’”[26]
Di hari pertama wajah mereka berubah
menguning, dan di hari kedua memerah, dan di hari ketiga menghitam. Maka
sadarlah mereka bahwa adzab akan benar-benar mendatangi mereka. Adzab turun di
hari keempat di waktu pagi.
﴿فَعَقَرُوهَا فَأَصْبَحُوا نَادِمِينَ
* فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ
* وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ﴾
“Mereka menyembelih onta tersebut lalu
di pagi hari mereka menyesal. Adzab mengenai mereka. Sesungguhnya pada demikian
itu terdapat tanda, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Sesungguhnya
Rabb-mu benar-benar Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.”[27]
Di hari keempat di pagi hari, terdengar suara
mengglegar yang memecahkan telinga mereka. Mereka tersiksa karena hal itu.
﴿وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ
فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ * كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا أَلَا إِنَّ
ثَمُودَ كَفَرُوا رَبَّهُمْ أَلَا بُعْدًا لِثَمُودَ﴾
“Orang-orang zhalim ditimpa suara yang
menggelegar sehingga di pagi hari mereka binasa sambil berlutut di rumah-rumah
mereka. Seolah-olah mereka tidak ada sebelumnya. Ketahuilah sesungguhnya Tsamud
kafir kepada Rabb mereka dan ketahuilah bahwa kebinasaan atas Tsamud.”[28]
﴿فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُصْبِحِينَ
* فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ﴾
“Mereka tertimpa suara yang menggelegar
di pagi hari. Apa yang mereka usahakan (harta dan pengikut) tidak berguna bagi
mereka.”[29]
﴿وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا
الْعَمَى عَلَى الْهُدَى فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ﴾
“Dan adapun Tsamud, Kami beri mereka
petunjuk tetapi mereka justru menyukai kebutaan daripada petunjuk lalu suara
menggegelar mengadzab mereka dengan penuh kehinaan, disebabkan dosa-dosa yang
mereka perbuat.”[30]
Suara ini disertai dengan gempa yang
membelah pijakan tanah-tanah mereka. Hingga mereka bergoncang seperti orang
mabok.
﴿فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا
فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ * فَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ
رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلَكِنْ لَا تُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ﴾
“Mereka ditimpa gempa hingga di pagi
hari mereka binasa sambil berlutut di rumah mereka. Wahai Sholih!
Berpalinglah kamu dari mereka. Sholih berkata: ‘Wahai kaumku! Aku telah
menyampaikan risalah Rabbku kepada kalian dan telah menasihati kalian, tetapi
kalian memang tidak menyukai nasihat.”[31]
Adapun Sholih dan orang-orang
beriman, Allah selamatkan mereka. Sebelum adzab turun Allah menyuruh mereka
pergi meninggalkan kaumnya.
﴿فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا
صَالِحًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِئِذٍ إِنَّ
رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ﴾
“Ketika telah datang urusan kami maka
Kami selamatkan Sholih beserta orang-orang beriman bersamanya dengan
rahmat dari Kami dan Kami selamatkan dari kehinaan pada hari itu. Sesungguhnya
Rabb-mu adalah Mahakuat lagi Maha Perkasa.”[32]
/
Surabaya, 5
Pebruari 2020/1441 H
Selesai
dimurojaah kembali pada 1445 H/2024
[1] QS. Al-A’rof [7]: 73.
[2] Qoshoshul Anbiya, hal. 149, oleh Ibnu Katsir.
[3] QS. Al-A’rof [7]: 74.
[4] QS. Asy-Syu’ara [26]: 149.
[5] QS.
Al-Hijr [15]: 82.
[6] QS. Asy-Syu’ara [26]: 146-148.
[7] QS. Hud [11]: 62.
[8] QS. Adz-Dzariyat [51]: 53.
[9] QS. Hud [11]: 61.
[10] QS. An-Nahl [16]: 36.
[11] QS. Hud [11]: 61.
[12] QS. Al-A’rof [7]: 74.
[13] QS. Hud [11]: 62-63.
[14] QS. Asy-Syu’ara [26]: 142-154.
[15] QS. Al-Qomar [54]: 24-26.
[16] QS. Al-A’rof [7]: 75-76.
[17] QS. Al-A’rof [7]: 73.
[18] QS. Qomar [54]: 27-28.
[19] QS Asy-Syu’ara [26]: 155.
[20] QS. Asy-Syamsy [91]: 12-13.
[21] QS. Al-Isro [17]: 59.
[22] QS. An-Naml [27]: 48-49.
[23] QS. An-Naml [27]: 50-53.
[24] QS. Hud [11]: 65.
[25] QS. Al-A’rof [7]: 77.
[26] QS. An-Naml [27]: 46-47.
[27] QS. Asy-Syuara [26]: 157-159.
[28] QS. Hud [11]: 67-68.
[29] QS. Al-Hijr [15]: 83-84.
[30] QS. Fushilat [41]: 17.
[31] QS. Al-A’rof [7]: 78-79.
[32] QS. Hud [11]: 66.