Kisah Nabi Sholih dalam Quran dan Sunnah

Kisah Nabi Sholih dalam Quran dan Sunnah 

1. Pendahuluan

Kisah Nabi Sholih Alaihissalam diceritakan Al-Quran dalam 9 surat, yaitu surat:

1.      Al-A’rof [7]: 73-79.

2.      Hud [11]: 61-68.

3.      Al-Hijr [15]: 80-84.

4.      Al-Isro [17]: 59.

5.      Asy-Syu’aro [26]: 141-159.

6.      An-Naml [27]: 45-53.

7.      Fushilat [41]: 17-18.

8.      Al-Qomar [54]: 23-32.

9.      Asy-Syamsy [91]: 11-15.

 

2. Kaum Tsamud

Allah mengutus Sholih kepada suatu kaum yang bernama Tsamud. Allah berfirman:

﴿وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا﴾

“Dan (Kami utus) kepada Tsamud saudara mereka yaitu Sholih.”[1]

Makna saudara di sini yaitu Sholih bernasab ke Tsamud.

Kabilah yang terkenal ini, di mana Tsamud —yaitu nenak moyang mereka— adalah putra Jatsir bin Irom bin Sam bin Nuh. Mereka orang Arab asli yang tinggal di Al-Hijr antara Hijaz dan Tabuk. Rasulullah bersama kaum Muslimin pernah melewatinya saat menuju Tabuk. Mereka adalah generasi penerus kaum Ad dan menyembah berhala, seperti Ad, sehingga Allah mengutus seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yaitu hamba dan utusanNya bernama Sholih bin Abid bin Asif bin Masikh bin Abid bin Hadzir bin Tsamud bin Jatsir bin Irom bin Sam bin Nuh. Sholih mengajak mereka untuk hanya menyembah Allah semata dan meninggalkan berhala, lalu sebagian kecil dari mereka beriman, sementara mayoritas mereka kafir. Mereka menyakiti Sholih dengan lisan dan perbuatan bahkan berkeinginan membunuhnya, dan mereka membunuh onta bunting yang dijadikan Allah sebagai mukjizat atas mereka sehingga Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih.[2]

Kaum Tsamud diberi Allah nikmat seperti Ad sebelum mereka, berupa kekuatan fisik dan keahlian membangun. Mereka membangun istana di dataran rendah dan memahat gunung menjadi rumah dan bangunan indah. Sholih berkata:

﴿وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي الْأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِنْ سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ الْجِبَالَ بُيُوتًا فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ﴾

“Dan ingatlah ketika Allah menjadikan kalian sebagai generasi penerus setelah Ad dan menyediakan bumi untuk kalian bangun istana-istana di dataran rendahnya dan kalian memahat gunung-gunung menjadi rumah-rumah. Ingatlah nikmat-nikmat Allah ini dan janganlah kalian terus-menerus berbuat kerusakan di muka bumi.”[3]

Tidak sekedar membangun, tetapi membangun yang indah dan kokoh karena Allah menjadikan mereka mahir membangun. Allah berfirman:

﴿وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا فَارِهِينَ﴾

“Dan kalian mahir memahat gunung-gunung menjadi rumah-rumah.”[4]

Rumah dan istana yang mereka bangun itu menjadi tempat tinggal dan tempat berlindung yang aman dari panas, hujan, dan musuh. Allah berfirman:

﴿وَكَانُوا يَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا آمِنِينَ﴾

“Dan mereka memahat gunung-gunung menjadi rumah-rumah yang aman.”[5]

Tempat mereka tinggal, Al-Hijr, dekat dengan perairan sehingga mereka leluasa minum dan memberi minum ternak-ternak mereka serta ladang-ladang mereka. Sholih mengingatkan nikmat ini kepada mereka:

﴿أَتُتْرَكُونَ فِي مَا هَاهُنَا آمِنِينَ * فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ * وَزُرُوعٍ وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ﴾

“Apakah kalian akan dibiarkan di tempat ini selalu aman (tanpa musibah dan kematian)? (Dibiarkan begitu saja menikmati) kebun-kebun dan sumber-sumber air yang ditumbuh subur tanaman dan kurma-kurma yang lebat mayangnya?”[6]

3. Akhlak Mulia Nabi Sholih

Sholih tumbuh sebagai pemuda yang tampan dan berakhlak mulia: jujur, amanah, sabar, dermawan, pemberani, dan sifat-sifat lainnya. Hal ini menjadikan ia sangat dicintai kaumnya yang kelak akan ditokohkan mereka menjadi pemimpin kaumnya.

Al-Quran mengisyaratkan ini lewat ucapan kaumnya:

﴿قَالُوا يَا صَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَذَا﴾

“Mereka berkata: Wahai Sholih! Kamu sebenarnya sebelum (dakwah) ini adalah orang yang diharapkan di tengah-tengah kami.”[7]

Yakni diharapkan menjadi tokoh dan pemimpin kami karena kejujuranmu, amanahmu, kecerdasanmu, dan keberanianmu.

Namun, setelah berdakwah, Sholih dibenci kaumnya bahkan dituduh seperti para Nabi sebelumnya sebagai orang sesat seperti Nuh, atau orang bodoh dan pendusta seperti Hud. Allah berfirman:

﴿كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ * أَتَوَاصَوْا بِهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ﴾

“Demikianlah, tidak datang seorang Rasul pun sebelum mereka melainkan mereka berkata: ‘Tukang sihir atau orang gila.’ Apakah mereka saling berwasiat? Bahkan mereka adalah kaum yang melampaui batas.”[8]

4. Nabi Sholih Berdakwah

Setelah berlalu masa yang lama, Tsamud mulai meninggalkan ajaran para Nabi sebelumnya, mereka menyembah berhala-berhala disamping menyembah Allah. Mereka tidak lagi murni menyembah Allah. Maka Allah mengutus Sholih untuk mengembalikan mereka kepada Tauhid. Allah menceritakan:

﴿قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ﴾

Sholih berkata: ‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah saja, tidak patut kalian memiliki sesembahan selainNya. Dia telah menciptakan kalian dari tanah dan menjadikan kalian memakmurkannya, maka mohonlah ampun kepadaNya lalu bertaubatlah kepadaNya. Sungguh Rabb-ku Mahadekat lagi Maha Mengabulkan.”[9]

Demikianlah dakwah para Nabi dan Rasul, seruan pertama mereka dan paling penting adalah mentauhidkan Allah. Allah berfirman:

﴿وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ﴾

“Dan sungguh Kami mengutus seorang Rasul pada setiap umat yang menyeru: ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thoghut (setiap yang disembah selainNya).’”[10]

Mereka adalah kaum yang suka berbuat kezaliman kepada sesama mereka, disamping kezaliman terbesar yaitu syirik. Mereka menolak ajakan Sholih, lalu Sholih kembali mendakwahi mereka dengan mengingatkan mereka akan nikmat Allah:

﴿هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ﴾

“Dia telah menciptakan bumi ini untuk kalian dan menjadikan kalian memakmurkannya (dengan istana dan rumah), maka mohonlah ampun kepadaNya lalu bertaubatlah kepadaNya. Sungguh Rabb-ku Maha dekat lagi Maha Mengabulkan.”[11]

﴿وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي الْأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِنْ سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ الْجِبَالَ بُيُوتًا فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ﴾

“Dan ingatlah ketika Allah menjadikan kalian sebagai generasi penerus setelah Ad dan menyediakan bumi untuk kalian bangun istana-istana di dataran rendahnya dan kalian memahat gunung-gunung menjadi rumah-rumah. Ingatlah nikmat-nikmat Allah ini dan janganlah kalian terus-menerus berbuat kerusakan di muka bumi.”[12]

﴿قَالُوا يَا صَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَذَا أَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ * قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَآتَانِي مِنْهُ رَحْمَةً فَمَنْ يَنْصُرُنِي مِنَ اللَّهِ إِنْ عَصَيْتُهُ فَمَا تَزِيدُونَنِي غَيْرَ تَخْسِيرٍ﴾

“Mereka berkata: ‘Wahai Sholih! Kamu dahulu adalah orang yang kami harapkan di tengah kami sebelum ini. Apakah kamu melarang kami menyembah apa yang telah disembah oleh nenek moyang kami? Kami benar-benar ragu terhadap apa yang kamu dakwahkan.’ Sholih berkata: ‘Wahai kaumku! Apa menurut kalian jika aku berada di atas bukti dari Rabku dan Dia memberiku rahmat dariNya. Siapa yang bisa menolongku dari adzab Allah jika aku durhaka kepadaNya. Kalian tidak menambah diriku kecuali kerugian.’”[13]

Mereka menuduh Sholih berdakwah agar pengikutnya memberinya upah atas dakwahnya atau agar menjadi pemimpin utama sehingga menguasai harta kaumnya.

﴿إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ صَالِحٌ أَلَا تَتَّقُونَ * إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ * فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ * وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ * أَتُتْرَكُونَ فِي مَا هَاهُنَا آمِنِينَ * فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ * وَزُرُوعٍ وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ * وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا فَارِهِينَ * فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ * وَلَا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ * الَّذِينَ يُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ * قَالُوا إِنَّمَا أَنْتَ مِنَ الْمُسَحَّرِينَ * مَا أَنْتَ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا فَأْتِ بِآيَةٍ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ﴾

“Ingatlah ketika saudara mereka, Sholih, berkata kepada mereka: ‘Tidakkah kalian takut (kepada Allah). Sungguh aku adalah utusan yang terpercaya untuk kalian. Bertakwalah kalian kepada Allah dan taatlah kepadaNya. Dan aku tidak meminta upah dari kalian atas seruanku ini. Upahku menjadi tanggungan Rabb semesta alam. Apakah kalian mengira akan dibiarkan hidup aman terus di tempat ini? Aman di kebun-kebun dan sumber air, tanaman, dan kurma yang mayangnya ranum-ranum? Dan kalian mahir memahat gunung-gunung menjadi rumah. Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan taatlah kepadaNya. Dan kalian jangan mengikuti perintah orang-orang yang melampaui batas yaitu orang-orang yang suka membuat kerusakan di muka bumi dan tidak memperbaikinya.’ Mereka menjawab: ‘Kamu hanyalah orang yang terkena sihir, dan kamu hanyalah manusia biasa seperti kami. Datangkanlah bukti (mukjziat) jika mau benar orang-orang yang benar.”[14]

﴿فَقَالُوا أَبَشَرًا مِنَّا وَاحِدًا نَتَّبِعُهُ إِنَّا إِذًا لَفِي ضَلَالٍ وَسُعُرٍ * أَأُلْقِيَ الذِّكْرُ عَلَيْهِ مِنْ بَيْنِنَا بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ * سَيَعْلَمُونَ غَدًا مَنِ الْكَذَّابُ الْأَشِرُ﴾

“Mereka berkata: ‘Apakah kami akan disuruh mengikuti satu orang dari kami? Jika demikian, berarti kami benar-benar sesat dan celaka. Apakah masuk akal wahyu diturunkan kepadanya di tengah-tengah kami (yang kami lebih berhak darinya)? Bahkan, dia seorang pendusta yang jelek sekali.’ Kelak mereka akan mengetahui siapa yang pendusta yang jelek sekali.”[15]

5. Membisikkan Keraguan kepada Pengikut Nabi Sholih

Setelah Sholih berdakwah, mayoritas kaumnya menolaknya kecuali segelintir dari kalangan orang-orang miskin. Kaumnya tidak puas menolak Sholih, mereka pun berusaha membendung pengikutnya agar kembali ke ajaran nenek moyang dengan membisikkan keraguan.

﴿قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِمَنْ آمَنَ مِنْهُمْ أَتَعْلَمُونَ أَنَّ صَالِحًا مُرْسَلٌ مِنْ رَبِّهِ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلَ بِهِ مُؤْمِنُونَ * قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا بِالَّذِي آمَنْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ

“Pemuka kaumnya yang sombong berkata kepada orang-orang lemah yang beriman dari mereka: ‘Apakah kalian tahu bahwa Sholih diutus dari Rabbnya?’ Mereka menjawab: ‘Kami beriman kepada apa yang dia diutus dengannya.’ Orang-orang sombong itu berkata: ‘Kami kafir kepada apa yang kalian imani.’”[16]

6. Mukjizat Onta Bunting

Kaum Tsamud meminta Sholih agar mengeluarkan seeokor onta bunting 10 bulan dari sebuah batu besar. Mendengar itu, Sholih diliputi rasa takut karena jika Allah sudah menunjukkan mukjizat kepada suatu kaum lalu mereka tetap tidak beriman maka adzab akan turun kepada mereka.

Maka Sholih menasihati kaumnya tetapi mereka enggan kecuali hanya menginginkan onta. Mereka mengira dengan itu akan berhasil mengejek dan menertawakan Sholih. Lalu Sholih shalat dengan khusyuk dan merendahkan diri kepada Allah, meminta mukjizat yang mereka minta. Lalu Allah menjawabnya dengan munculnya seekor onta bunting tersebut.

﴿قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ هَذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Telah datang mukjizat dari Rabb kepada kalian. Inilah onta Allah untuk kalian sebagai tanda (kerasulanku). Biarkan dia makan di bumi Allah dan janganlah kalian menyentuhnya untuk menyakiti karena akan menyebabkan kalian ditimpa adzab yang pedih.”[17]

Onta yang keluar dari batu besar ini adalah mukjizat yang menguatkan kerasulan Sholih dan melemahkan argumentasi kaumnya. Namun onta ini juga sebagai ujian bagi mereka, apakah mereka beriman kepada Sholih, atau justru menjadikannya bahan gurauan dan permainan.

﴿إِنَّا مُرْسِلُو النَّاقَةِ فِتْنَةً لَهُمْ فَارْتَقِبْهُمْ وَاصْطَبِرْ * وَنَبِّئْهُمْ أَنَّ الْمَاءَ قِسْمَةٌ بَيْنَهُمْ كُلُّ شِرْبٍ مُحْتَضَرٌ

“Kami akan mengirim onta bunting sebagai ujian untuk mereka. Maka awasi mereka dan bersabarlah kamu, dan kabarkan kepada mereka bahwa air dibagi di antara mereka. Masing-masing yang akan minum ada gilirannya.”[18]

﴿قَالَ هَذِهِ نَاقَةٌ لَهَا شِرْبٌ وَلَكُمْ شِرْبُ يَوْمٍ مَعْلُومٍ

Sholih berkata: ‘Ini onta buntingnya. Ia memiliki jatah minum dan kalian juga memiliki jatah minum pada hari yang sudah dimaklumi.’”[19]

Sholih memenuhi permintaan mereka dengan seekor onta serta mengabarkan mereka agar membiarkan onta tersebut minum air mereka di satu hari dan hari berikutnya giliran mereka. Sebagai ganti hari minum onta, mereka diperbolehkan memerah susu onta tersebut dan meninumnya dan mencukupi semua kaumnya.

Namun, mereka bertambah jengkel dengan kehadiran onta tersebut yang menjadikan sebagian orang beriman kepada Sholih dan juga aturan yang dibikin Sholih kepada mereka. Maka mereka membuat makar hendak menyembelih onta tersebut dan mereka tidak mempedulikan peringatan Sholih sebelumnya.

﴿إِذِ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا * فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ نَاقَةَ اللَّهِ وَسُقْيَاهَا * فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا

“Ingatlah ketika orang paling celaka di antara mereka bangkit (hendak menyembelih onta) lalu Utusan Allah berkata kepada mereka: ‘Biarkan onta Allah dan tempat minumannya.’ Mereka mendustakannya lalu menyembelihnya.”[20]

﴿وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالْآيَاتِ إِلَّا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الْأَوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا

“Dan tidak ada yang menghalangi Kami mengirim mukjizat-mukjizat kecuali orang-orang terdahulu sudah mendustakannya. Dan Kami sudah memberikan Tsamud onta bunting sebagai mukjizat yang mereka lihat langsung lalu mereka menzhaliminya (menyembelihnya).”[21]

7. Makar Membunuh Nabi Sholih

Mereka bersuka cita berhasil menyembelih onta Allah. Sambil mengejek dan tertawa, mereka menyampaikan hal itu kepada Sholih. Sholih langsung tertunduk takut sambil menangis, karena adzab akan segera turun. Lalu kaumnya diperingatkan dengan datangnya adzab seperti yang diperingatkan Sholih sebelumnya.

Kaumnya bertambah murka kepada Sholih, bukan bertaubat kepada Allah. Lalu sembilan orang tokoh dari kaumnya berencana membunuh Sholih dan keluarganya di malam hari.

﴿وَكَانَ فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ * قَالُوا تَقَاسَمُوا بِاللَّهِ لَنُبَيِّتَنَّهُ وَأَهْلَهُ ثُمَّ لَنَقُولَنَّ لِوَلِيِّهِ مَا شَهِدْنَا مَهْلِكَ أَهْلِهِ وَإِنَّا لَصَادِقُونَ

“Sembilan orang di kota tersebut melakukan kerusakan di muka bumi dan tidak memperbaiki. Mereka berkata: ‘Kalian harus bersumpah dengan nama Allah bahwa kita benar-benar akan membunuhnya dan keluarganya di malam hari, kemudian kita akan mengatakan kepada walinya (kerabatnya) bahwa kita tidak hadir dalam peristiwa pembunuhan keluarga tersebut dan kita (meyakinkan mereka) bahwa kita orang-orang yang jujur.”[22]

Lalu mereka melaksanakan rencana jahat mereka tetapi Allah menggagalkan makar mereka. Allah selamatkan Sholih beserta pengikutnya.

﴿وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ * فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ * فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ * وَأَنْجَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

“Mereka berbuat makar dan Kami membalas makar mereka sementara mereka tidak menyadarinya. Lihatlah bagaimana akibat buruk dari makar mereka bahwa kami menghancurkan mereka dan seluruh kaum mereka. Itulah rumah-rumah mereka menjadi kosong akibat dari kezoliman mereka. Pada peristiwa ini ada tanda bagi kaum yang mengetahui. Dan Kami selamatkan Sholih dan pengikutnya yang beriman dan bertakwa.”[23]

8. Adzab Suara dan Gempa

Setelah mereka membunuh onta, dan ditambah dengan makar jahat mereka membunuh Sholih, maka adzab akan segera menimpa kepada mereka dalam waktu dekat.

﴿فَعَقَرُوهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ ذَلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ

“Mereka menyembelih onta tersebut dan Sholih berkata: ‘Silahkan kalian bersenang-senang selama tiga hari di rumah kalian. Itulah janji yang tidak akan didustakan.”[24]

Mendengar ancaman itu, mereka justru menantang Sholih untuk menyegerakan adzab. Jika janjimu itu benar wahai Sholih, kenapa harus menunggu tiga hari?

﴿وَقَالُوا يَا صَالِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ

“Mereka berkata: ‘Wahai Sholih! Datangkanlah adzab yang kamu janjikan kepada kami, jika kamu benar-benar termasuk para Rasul.”[25]

﴿قَالَ يَا قَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ * قَالُوا اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ

Sholih berkata: ‘Wahai kaumku! Kenapa kalian justru meminta disegerakan adzab bukan nikmat. Bukankah lebih baik jika kalian memohon ampun kepada Allah agar dirahmati?’ Mereka menjawab: ‘Kami sekarang sial gara-gara kamu dan pengikutmu.’ Sholih menjawab: ‘Kesialan kalian itu karena kehendak Allah. Sebenarnya kalian kaum yang terfitnah.’”[26]

Di hari pertama wajah mereka berubah menguning, dan di hari kedua memerah, dan di hari ketiga menghitam. Maka sadarlah mereka bahwa adzab akan benar-benar mendatangi mereka. Adzab turun di hari keempat di waktu pagi.

﴿فَعَقَرُوهَا فَأَصْبَحُوا نَادِمِينَ * فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ * وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ

“Mereka menyembelih onta tersebut lalu di pagi hari mereka menyesal. Adzab mengenai mereka. Sesungguhnya pada demikian itu terdapat tanda, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Sesungguhnya Rabb-mu benar-benar Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.”[27]

Di hari keempat di pagi hari, terdengar suara mengglegar yang memecahkan telinga mereka. Mereka tersiksa karena hal itu.

﴿وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ * كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا أَلَا إِنَّ ثَمُودَ كَفَرُوا رَبَّهُمْ أَلَا بُعْدًا لِثَمُودَ

“Orang-orang zhalim ditimpa suara yang menggelegar sehingga di pagi hari mereka binasa sambil berlutut di rumah-rumah mereka. Seolah-olah mereka tidak ada sebelumnya. Ketahuilah sesungguhnya Tsamud kafir kepada Rabb mereka dan ketahuilah bahwa kebinasaan atas Tsamud.”[28]

﴿فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُصْبِحِينَ * فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Mereka tertimpa suara yang menggelegar di pagi hari. Apa yang mereka usahakan (harta dan pengikut) tidak berguna bagi mereka.”[29]

﴿وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Dan adapun Tsamud, Kami beri mereka petunjuk tetapi mereka justru menyukai kebutaan daripada petunjuk lalu suara menggegelar mengadzab mereka dengan penuh kehinaan, disebabkan dosa-dosa yang mereka perbuat.”[30]

Suara ini disertai dengan gempa yang membelah pijakan tanah-tanah mereka. Hingga mereka bergoncang seperti orang mabok.

﴿فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ * فَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلَكِنْ لَا تُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ

“Mereka ditimpa gempa hingga di pagi hari mereka binasa sambil berlutut di rumah mereka. Wahai Sholih! Berpalinglah kamu dari mereka. Sholih berkata: ‘Wahai kaumku! Aku telah menyampaikan risalah Rabbku kepada kalian dan telah menasihati kalian, tetapi kalian memang tidak menyukai nasihat.”[31]

Adapun Sholih dan orang-orang beriman, Allah selamatkan mereka. Sebelum adzab turun Allah menyuruh mereka pergi meninggalkan kaumnya.

﴿فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا صَالِحًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِئِذٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ

“Ketika telah datang urusan kami maka Kami selamatkan Sholih beserta orang-orang beriman bersamanya dengan rahmat dari Kami dan Kami selamatkan dari kehinaan pada hari itu. Sesungguhnya Rabb-mu adalah Mahakuat lagi Maha Perkasa.”[32]

/

Surabaya, 5 Pebruari 2020/1441 H

Selesai dimurojaah kembali pada 1445 H/2024

 



[1] QS. Al-A’rof [7]: 73.

[2] Qoshoshul Anbiya, hal. 149, oleh Ibnu Katsir.

[3] QS. Al-A’rof [7]: 74.

[4] QS. Asy-Syu’ara [26]: 149.

[5] QS. Al-Hijr [15]: 82.

[6] QS. Asy-Syu’ara [26]: 146-148.

[7] QS. Hud [11]: 62.

[8] QS. Adz-Dzariyat [51]: 53.

[9] QS. Hud [11]: 61.

[10] QS. An-Nahl [16]: 36.

[11] QS. Hud [11]: 61.

[12] QS. Al-A’rof [7]: 74.

[13] QS. Hud [11]: 62-63.

[14] QS. Asy-Syu’ara [26]: 142-154.

[15] QS. Al-Qomar [54]: 24-26.

[16] QS. Al-A’rof [7]: 75-76.

[17] QS. Al-A’rof [7]: 73.

[18] QS. Qomar [54]: 27-28.

[19] QS Asy-Syu’ara [26]: 155.

[20] QS. Asy-Syamsy [91]: 12-13.

[21] QS. Al-Isro [17]: 59.

[22] QS. An-Naml [27]: 48-49.

[23] QS. An-Naml [27]: 50-53.

[24] QS. Hud [11]: 65.

[25] QS. Al-A’rof [7]: 77.

[26] QS. An-Naml [27]: 46-47.

[27] QS. Asy-Syuara [26]: 157-159.

[28] QS. Hud [11]: 67-68.

[29] QS. Al-Hijr [15]: 83-84.

[30] QS. Fushilat [41]: 17.

[31] QS. Al-A’rof [7]: 78-79.

[32] QS. Hud [11]: 66.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url