Kitab Fitnah - Kitabul Fitan - Shohih Al-Bukhori
KITAB FITNAH
Fitnah (فتنة)
adalah ujian berupa musibah dan malapetaka yang bisa menjadikan seseorang
terbunuh hingga menjadi kafir, untuk menjernihkan orang beriman dari orang
munafik.
Terjemah
ini bersumber dari Kitabul Fitan dalam Shohih Bukhori. Yang saya
lakukan dalam menerjemahkan buku ini adalah:
1) Menyederhanakan
terjemah bab.
2) Membuang sanad.
3) Membuang
pengulangan.
4) Menyertakan
nomor dari Shohih Muslim jika termasuk muttafaqun alaih.
Bab:
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَاتَّقُوا فِتْنَةً
لاَ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً﴾
“Waspadalah
kalian dari fitnah (malapetaka) yang tidak hanya mengenai orang-orang zolim
dari kalian.” (QS. Al-Anfal: 25)
Juga
peringatan Nabi ﷺ
dari berbagai fitnah.
7048. Dari
Ibnu Abi Mulaikah, ia berkata: Asma Rodhiyallahu ‘Anha berkata: Nabi ﷺ
beliau bersabda:
«أَنَا عَلَى
حَوْضِي أَنْتَظِرُ مَنْ يَرِدُ عَلَيَّ، فَيُؤْخَذُ بِنَاسٍ مِنْ دُونِي، فَأَقُولُ:
أُمَّتِي، فَيُقَالُ: لاَ تَدْرِي، مَشَوْا عَلَى القَهْقَرَى»
“Aku
di Telaga (danau besar) menunggu orang-orang yang mendatangiku. Ternyata ada
beberapa orang yang dihalau dariku dan aku berkata: ‘Mereka umatku.’ Ada yang
menjawab: ‘Kamu tidak tahu, mereka berjalan mundur (yakni berbuat bid’ah
sepeninggalmu).’”
Ibnu Abi
Mulaikah berdoa:
«اللَّهُمَّ إِنَّا
نَعُوذُ بِكَ أَنْ نَرْجِعَ عَلَى أَعْقَابِنَا، أَوْ نُفْتَنَ»
“Ya
Allah aku berlindung kepada-Mu dari mundur ke belakang (murtad) atau terkena
fitnah.” (HR. Muslim no. 2293)
7050. Dari
Abu Hazim, ia berkata: aku mendengar Sahl bin Sa’ad Rodhiyallahu ‘Anhu
berkata: aku mendengar Nabi ﷺ bersabda:
«أَنَا فَرَطُكُمْ
عَلَى الحَوْضِ، فَمَنْ وَرَدَهُ شَرِبَ مِنْهُ، وَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ لَمْ يَظْمَأْ
بَعْدَهُ أَبَدًا، لَيَرِدُ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي، ثُمَّ
يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ»
“Aku
mendahului kalian di Telaga. Siapa yang mendatanginya, ia minum darinya. Siapa
yang minum darinya, ia tidak akan haus setelah itu selamanya. Sungguh beberapa
orang akan mendatanginya, aku kenal mereka dan mereka mengenaliku. Tetapi ada
yang menghalangiku dari menolong mereka.”
Abu Hazim
berkata: An-Nu’man bin Abi Ayyasy mendengar ini dariku saat aku menyampaikan
hadits ini kepada manusia. Ia berkata: “Apakah demikian yang kamu dengar dari
Sahl?” Jawabku: “Ya.” Ia berkata: “Aku bersaksi atas Abu Sa’id Al-Khudri bahwa
aku benar-benar mendengarnya menambahkan:
«إِنَّهُمْ مِنِّي،
فَيُقَالُ: إِنَّكَ لاَ تَدْرِي مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ، فَأَقُولُ: سُحْقًا سُحْقًا
لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِي»
“Mereka
dariku.’ Maka dikatakan kepadaku: ‘Kamu tidak tahu apa yang mereka rubah (dari
agama) sepeninggalmu.’ Maka Aku berkata: ‘Menjauhlah, menjauhlah orang-orang
yang merubah (ajaran) sepeninggalku.” (HR. Muslim no. 2290)
Bab:
“Kalian akan melihat banyak hal yang kalian ingkari sepeninggalku”
7052.
Abdullah (bin Mas’ud) Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: Rosulullah ﷺ
bersabda kepada kami:
«إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ
بَعْدِي أَثَرَةً وَأُمُورًا تُنْكِرُونَهَا» قَالُوا: فَمَا تَأْمُرُنَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ؟ قَالَ: «أَدُّوا إِلَيْهِمْ حَقَّهُمْ، وَسَلُوا اللَّهَ حَقَّكُمْ»
“Kalian
akan melihat sepeninggalku atsaroh (keegoisan: lebih mendahulukan
kepentingan pribadi) dan hal-hal yang kalian ingkari (menyelisihi syariat).”
Mereka bertanya: “Apa yang engkau perintahkan kepada kami, wahai Rosulullah?”
Jawab beliau: “Tunaikan hak mereka dan mintalah kepada Allah hak kalian.”
7053. Dari Ibnu
Abbas Rodhiyallahu ‘Anhama, dari Nabi ﷺ, bersabda:
«مَنْ كَرِهَ
مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا فَلْيَصْبِرْ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ السُّلْطَانِ شِبْرًا
مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً»
“Siapa
yang membenci sesuatu dari pemimpinnya, bersabarlah. Siapa yang keluar dari penguasa (yakni memberontak atau tidak
taat) meskipun satu jengkal, maka ia mati seperti bangkai jahiliyah (yakni
tidak mengenal ketaatan pemimpin, bukan murtad).” (HR. Muslim no. 1849)
7055. Dari
Junadah bin Abi Umayyah, ia berkata: kami masuk menemui Ubadah bin Ash-Shomit Rodhiyallahu
‘Anhu saat sakit dan kami berkata: “Semoga Allah memperbaikimu. Sampaikan
hadits yang Allah memberimu manfaat darinya, yang kamu dengar dari Nabi ﷺ. Ia
berkata: Nabi ﷺ
memanggil kami untuk berbaiat.
7056. Di
antara baiat yang beliau ambil dari kami adalah:
«أَنْ بَايَعَنَا
عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا، وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا
وَأَثَرَةً عَلَيْنَا، وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ الأَمْرَ أَهْلَهُ، إِلَّا أَنْ تَرَوْا
كُفْرًا بَوَاحًا، عِنْدَكُمْ مِنَ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ»
“Kami
membaiat beliau agar mendengar dan patuh saat kami sukarela maupun benci, saat
kami senang maupun sulit, saat atsaroh (keegoisan orang-orang) atas
kami, dan kami tidak merampas urusan (kepemimpinan) dari pemangkunya kecuali
kalian melihat kekafiran yang nyata, yang kalian memiliki bukti di sisi Allah.”
(HR. Muslim no. 1709)
7057. Dari
Anas bin Malik, dari Usaid bin Hudhoir Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa ada
orang yang mendatangi Nabi ﷺ dan berkata: “Wahai Rosulullah, kenapa Anda mengangkat fulan
sebagai pegawai dan tidak mengangkatku?” Beliau menjawab:
«إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ
بَعْدِي أَثَرَةً، فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي»
“Kalian
akan melihat sepeninggalkan atsaroh (keegoisan, lebih mementingkan diri
sendiri), maka sabarlah hingga kalian bertemu aku (di Telaga).” (HR. Muslim no.
1845)
Bab:
“Hancurnya umatku di tangan pemimpin muda yang bodoh”
7058. Dari
Amr bin Yahya bin Said bin Amr bin Said, ia berkata: kakekku mengabarkan
kepadaku: aku duduk bersama Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu di Masjid Nabi
ﷺ
di Madinah, juga bersama Marwan. Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu
berkata: aku mendengar orang yang jujur dan membawa kejujuran ﷺ berkata:
«هَلَكَةُ أُمَّتِي
عَلَى يَدَيْ غِلْمَةٍ مِنْ قُرَيْشٍ»
“Hancurnya
umatku di tangan pemimpin muda dari Quroisy.”
Marwan
berkata: “Laknat Allah atas mereka.”
Abu
Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: “Seandainya aku mau, akan aku
sebutkan Bani fulan dan bani fulan.”[1]
Aku (Amr)
keluar bersama kakekku ke Bani Marwan ketika mereka menguasai Syam. Ketika
kakek melihat mereka masih muda-muda, ia berkata kepadaku: “Mungkin mereka
termasuk mereka.” Aku berkata: “Engkau lebih tahu.”
Bab:
“Celaka bangsa Arob dari keburukan yang sudah dekat”
7060. Dari
Usamah bin Zaid Rodhiyallahu ‘Anhama, ia berkata: Nabi ﷺ
memandang tajam dengan bertopi ujung-ujung jarinya ke pemukiman Madinah dan
bersabda:
«هَلْ تَرَوْنَ
مَا أَرَى» قَالُوا: لاَ، قَالَ: «فَإِنِّي لَأَرَى الفِتَنَ تَقَعُ خِلاَلَ بُيُوتِكُمْ
كَوَقْعِ القَطْرِ»
“Apakah
kalian melihat apa yang aku lihat?” Jawab mereka: “Tidak.” Beliau bersabda:
“Sungguh aku melihat fitnah-fitnah jatuh di sela-sela rumah kalian seperti
jatuhnya tetesan air hujan.” (HR. Muslim no. 2885)
Bab:
Munculnya fitnah
7061. Dari Abu
Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, bersabda:
«يَتَقَارَبُ
الزَّمَانُ، وَيَنْقُصُ العَمَلُ، وَيُلْقَى الشُّحُّ، وَتَظْهَرُ الفِتَنُ، وَيَكْثُرُ
الهَرْجُ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّمَ هُوَ؟ قَالَ: «القَتْلُ القَتْلُ»
“Waktu
sangat singkat, amal sholih berkurang, sifat sangat pelit merajarela,
fitnah-fitnah bermunculan, banyak hajr.” Mereka bertanya: “Wahai
Rosulullah, apa itu?” Beliau menjawab: “Membunuh dan membunuh.”
7062. Dari
Syaqiq, ia berkata: aku bersama Abdullah (bin Mas’ud) dan Abu Musa Rodhiyallahu
‘Anhama, keduanya berkata: Nabi ﷺ bersabda:
«إِنَّ بَيْنَ
يَدَيِ السَّاعَةِ لَأَيَّامًا، يَنْزِلُ فِيهَا الجَهْلُ، وَيُرْفَعُ فِيهَا العِلْمُ،
وَيَكْثُرُ فِيهَا الهَرْجُ» وَالهَرْجُ: القَتْلُ
“Menjelang
Kiamat ada hari-hari: pada hari itu merajarela kebodohan, ilmu agama hilang,
dan banyak harj.” Hajr adalah pembunuhan. (HR. Muslim no. 2672)
Abu Musa
berkata: harj artinya pembunuhan dengan bahasa Habasyah.
7067. Ibnu
Mas’ud Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: aku mendengar Nabi ﷺ
bersabda:
«مِنْ شِرَارِ
النَّاسِ مَنْ تُدْرِكْهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ أَحْيَاءٌ»
“Termasuk
manusia terburuk adalah orang yang menjumpai hari Kiamat dalam keadaan masih
hidup.” (HR. Muslim no. 2949)
Bab:
“Tidak datang suatu zaman kecuali setelahnya lebih jelek darinya”
7068. Dari Az-Zubair
bin Adi: kami mendatangi Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu dan
mengadukan kepadanya perlakuan Hajjaj atas kami. Ia berkata:
«اصْبِرُوا، فَإِنَّهُ
لاَ يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ، حَتَّى تَلْقَوْا
رَبَّكُمْ» سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Tidaklah
datang suatu zaman kepada kalian kecuali zaman setelah lebih jelek dari
sebelumnya.” Aku mendengar ini dari Nabi kalian ﷺ.
7069. Dari
Ummu Salamah Rodhiyallahu ‘Anha istri Nabi ﷺ, beliau bersabda: Rosulullah ﷺ
terbangun di malam hari dalam keadaan kaget dan bersabda:
«سُبْحَانَ اللَّهِ،
مَاذَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الخَزَائِنِ؟ وَمَاذَا أُنْزِلَ مِنَ الفِتَنِ؟ مَنْ
يُوقِظُ صَوَاحِبَ الحُجُرَاتِ - يُرِيدُ أَزْوَاجَهُ - لِكَيْ يُصَلِّينَ؟ رُبَّ كَاسِيَةٍ
فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي الآخِرَةِ»
“Subhanallah,
apa yang diturunkan Allah dari kekayaan? Apa yang diturunkan dari
fitnah-fitnah? Siapa yang membangunkan pemilik bilik –maksudnya istri-istrinya–
agar mereka sholat? Alangkah banyak orang yang berpakaian di dunia, telanjang
di Akhirat.”
Bab:
“Siapa yang mengacungkan pedang kepada kami maka ia bukan termasuk golongan
kami”
7070. Dari
Abdullah bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhama, bahwa Rosulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ حَمَلَ
عَلَيْنَا السِّلاَحَ فَلَيْسَ مِنَّا»
“Siapa
yang mengacungkan pedang kepada kami (pemimpin) maka ia bukan termasuk golongan
kami.” (HR. Muslim no. 98)
7072. Dari Abu
Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, bersabda:
«لاَ يُشِيرُ
أَحَدُكُمْ عَلَى أَخِيهِ بِالسِّلاَحِ، فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي، لَعَلَّ الشَّيْطَانَ
يَنْزِعُ فِي يَدِهِ، فَيَقَعُ فِي حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ»
“Jangan
sampai seorang dari kalian menodongkan benda tajam kepada saudaranya. Boleh
jadi setan menguasai tangannya hingga menyebabkannya terjatuh di sebuah jurang
di Neraka.” (HR. Muslim no. 2617)
7073. Dari
Jabir bin Abdillah Rodhiyallahu ‘Anhama berkata: seseorang berjalan di
Masjid membawa senjata tajam lalu Rosulullah ﷺ bersabda kepadanya:
«أَمْسِكْ بِنِصَالِهَا»
“Peganglah
ujungnya (yang tajam agar tidak mengenai orang di Masjid).” (HR. Muslim no. 2614)
7075. Dari
Abu Musa Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, bersabda:
«إِذَا مَرَّ
أَحَدُكُمْ فِي مَسْجِدِنَا، أَوْ فِي سُوقِنَا، وَمَعَهُ نَبْلٌ، فَلْيُمْسِكْ عَلَى
نِصَالِهَا، - أَوْ قَالَ: فَلْيَقْبِضْ بِكَفِّهِ -، أَنْ يُصِيبَ أَحَدًا مِنَ المُسْلِمِينَ
مِنْهَا شَيْءٌ»
“Apabila
seorang dari kalian berjalan di Masjid kami atau pasar kami sambil membawa
tombak maka peganglah bagian ujungnya –atau genggamlah dengan telapak
tangannya– agar tidak mengenai seorang pun dari Muslimin.” (HR. Muslim no.
2615)
Bab:
“Kalian jangan kafir sepeninggalku, dengan saling membunuh”
7076. Dari Abdullah
bin Mas’ud Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Nabi ﷺ bersabda:
«سِبَابُ المُسْلِمِ
فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ»
“Memaki
Muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran.” (HR. Muslim no. 64)
7077. Dari
Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhama, bahwa ia mendengar Nabi ﷺ
bersabda:
«لاَ تَرْجِعُوا
بَعْدِي كُفَّارًا، يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ»
“Kalian
jangan kafir sepeninggalku, kalian saling menebas leher satu dengan yang lain.”
(HR. Muslim no. 66)
7078. Dari
Abu Bakroh (Nufai’ bin Al-Harits) Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rosulullah ﷺ
berkhutbah kepada manusia dan berkata:
«أَلاَ تَدْرُونَ
أَيُّ يَوْمٍ هَذَا» قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: حَتَّى ظَنَنَّا
أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ، فَقَالَ: «أَلَيْسَ بِيَوْمِ النَّحْرِ» قُلْنَا:
بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «أَيُّ بَلَدٍ هَذَا، أَلَيْسَتْ بِالْبَلْدَةِ
الحَرَامِ» قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ، وَأَمْوَالَكُمْ،
وَأَعْرَاضَكُمْ، وَأَبْشَارَكُمْ، عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا،
فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ» قُلْنَا: نَعَمْ،
قَالَ: «اللَّهُمَّ اشْهَدْ، فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الغَائِبَ، فَإِنَّهُ رُبَّ
مُبَلِّغٍ يُبَلِّغُهُ لِمَنْ هُوَ أَوْعَى لَهُ»
“Perhatikan,
tahukah kalian hari apa ini?” Orang-orang menjawab: “Allah dan Rosul-Nya lebih
tahu.” Kami menyangka beliau akan mengganti namanya. Beliau bersabda: “Bukankah
hari Nahr (Idul Adha)?” Kami menjawab: “Benar wahai Rosulullah.” Beliau
bertanya: “Negeri apa ini? Bukanlah negeri harom?” Jawab kami: “Benar wahai
Rosulullah.” Beliau bersabda: “Sungguh darah kalian, harta kalian, kehormatan
kalian, kulit kalian adalah harom di antara kalian, sebagaimana haromnya
(mulianya) hari kalian ini, di bulan kalian ini, di negeri kalian ini.
Perhatikan, apakah aku sudah menyampaikan?” Jawab kami: “Ya.” Beliau bersabda:
“Ya Allah, saksikan! Yang hadir seharusnya menyampaikan kepada yang tidak
hadir. Alangkah banyak orang yang menyampaikan kepada orang yang lebih paham
darinya.”
Begitu juga
sabda:
«لاَ تَرْجِعُوا
بَعْدِي كُفَّارًا، يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ»
“Kalian
jangan kafir sepeninggalku. Kalian saling membunuh di antara kalian.”
Pada hari
Ibnul Hadhromi dibakar, dibakar oleh Jariyah bin Qudamah, ia berkata: “Carilah
Abu Bakroh.” Mereka berkata: “Ini Abu Bakroh melihatmu.” Abdurrohman berkata:
ibuku menyampaikan dari Abu Bakroh bahwa ia berkata: “Seandainya mereka
menemuiku, aku tidak menyerahkannya.” (HR. Muslim no. 1679)
Bab
“Ketika terjadi fitnah, yang duduk lebih utama dari yang berdiri”
7081. Dari
Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rosulullah ﷺ
bersabda:
«سَتَكُونُ فِتَنٌ،
القَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ القَائِمِ، وَالقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ المَاشِي،
وَالمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي، مَنْ تَشَرَّفَ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ، فَمَنْ
وَجَدَ مِنْهَا مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا، فَلْيَعُذْ بِهِ»
“Fitnah
akan terjadi. Pada saat itu orang yang duduk lebih baik dari orang yang
berdiri. Orang yang berdiri lebih baik dari orang yang berjalan. Orang yang
berjalan lebih dari dari orang yang lari. Siapa yang melibatkan dirinya, akan
terkena fitnah. Siapa yang menemukan tempat bersembunyi atau berlindung, maka
masuklah.” (HR. Muslim no. 2886)
Bab:
“Apabila dua Muslim saling bertemu dengan pedang”
7083. Dari
Abu Bakroh Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rosulullah ﷺ
bersabda:
«إِذَا تَوَاجَهَ
المُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَكِلاَهُمَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ» قِيلَ: فَهَذَا
القَاتِلُ، فَمَا بَالُ المَقْتُولِ؟ قَالَ: «إِنَّهُ أَرَادَ قَتْلَ صَاحِبِهِ»
“Apabila
dua Muslim bertemu dengan pedangnya, maka keduanya termasuk penduduk Neraka.”
Ada yang bertanya: “Yang ini pembunuh (jelas), lantas apa salah yang terbunuh?”
Jawab beliau: “Dia ingin membunuh saudaranya.” (HR. Muslim no. 2888)
Bab:
Bagaimana jika tidak ada jamaah?
7084. Dari
Hudzaifah bin Al-Yaman Rodhiyallahu ‘Anhama, ia berkata:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنِ الخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ، مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي، فَقُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ، فَجَاءَنَا اللَّهُ
بِهَذَا الخَيْرِ، فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: «نَعَمْ» قُلْتُ:
وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ؟ قَالَ: «نَعَمْ، وَفِيهِ دَخَنٌ» قُلْتُ:
وَمَا دَخَنُهُ؟ قَالَ: «قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي، تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ»
قُلْتُ: فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: «نَعَمْ، دُعَاةٌ عَلَى
أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا» قُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا، قَالَ: «هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا، وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا»
قُلْتُ: فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟ قَالَ: «تَلْزَمُ جَمَاعَةَ المُسْلِمِينَ
وَإِمَامَهُمْ» قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ؟ قَالَ:
«فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ، حَتَّى
يُدْرِكَكَ المَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ»
Manusia
bertanya Rosulullah ﷺ
tentang kebaikan (keutamaan amal), sementara aku bertanya kepada beliau tentang
keburukan (fitnah) karena khawatir aku menjumpainya. Aku bertanya: “Wahai
Rosulullah, kami dahulu di dalam jahiliyah dan keburukan lalu Allah
mendatangkan kepada kami kebaikan ini (iman dan ilmu), apakah setelah kebaikan
ini muncul keburukan?” Jawab beliau: “Ya.” Aku bertanya: “Apakah setelah
keburukan ini muncul kebaikan?” Jawab beliau: “Ya, tetapi mengandung asap
(tidak murni karena bercampur kebid’ahan).” Aku bertanya: “Apa bentuk asap
tersebut?” Jawab beliau: “Kaum yang mengambil petunjuk dari selainku, kamu
mengenali itu dari mereka dan mengingkarinya.” Aku bertanya: “Apakah setelah
kebaikan ini muncul keburukan?” Jawab beliau: “Ya, yaitu para dai yang menyeru
kepada pintu-pintu Jahannam. Siapa yang menyambut seruan mereka akan dilempar
ke dalamnya.” Aku bertanya: “Wahai Rosulullah, sebutkan ciri-ciri mereka kepada
kami.” Beliau menjawab: “Mereka dari kulit kita (orang Islam) dan berbicara
dengan bahasa kita (pinter retorika atau berilmu).” Aku bertanya: “Apa yang
Anda perintahkan jika aku menjumpai mereka?” Jawab beliau: “Tetaplah bersama
jamaah Muslimin dan pemimpinnya.” Aku
bertanya: “Bagaimana jika mereka tidak memiliki jamaah dan pemimpin?”
Jawab beliau: “Menjauhlah dari semua kelompok, meskipun kamu menggigit akar
pohon sampai kamu dijemput kematian dalam keadaan itu.” (HR. Muslim no. 1847)
Bab:
Dibencinya memperbesar fitnah dan kezoliman
7058. Dari
Abul Aswad, ia berkata: sekelompok pasukan hendak menyerang penduduk Madinah,
sementara aku didaftarkan sebagai pasukan di dalamnya. Maka aku menemui
Ikrimah. Aku mengabarkan itu kepadanya dan ia sangat keras melarangya lalu
berkata: Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhama mengabarkan kepadaku bahwa
beberapa orang dari Muslimin bermukim bersama orang-orang musyrik sehingga
memperbanyak jumlah mereka dalam melawan Rosulullah ﷺ. Tiba-tiba sebuah panah
melesat mengenai salah seorang dari mereka atau sebuah pedang terhunus
mengenainya. Maka Allah menurunkan firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ
تَوَفَّاهُمُ المَلاَئِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ ...}
“Orang-orang
yang diwafatkan Malaikat dengan menzolimi diri sendiri (enggan hijroh),
Malaikat berkata: ‘Kenapa kalian demikian?’ Jawab mereka: ‘Kami tertindas di
bumi orang kafir.’ Malaikat berkata: ‘Bukankah bumi Allah luas sehingga kalian
bisa berhijroh?’ Mereka tempatnya di Jahannam dan itulah tempat kembali
terburuk.” (QS. An-Nisa: 97)[2]
Bab:
Jika tersisa manusia terburuk
7086. Dari Hudzaifah
Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rosulullah ﷺ mengabarkan kepada kami dua
hadits, aku telah melihat salah satunya terjadi dan aku sedang menunggu terjadinya yang kedua. Beliau mengabarkan
kepada kami:
«أَنَّ الأَمَانَةَ
نَزَلَتْ فِي جَذْرِ قُلُوبِ الرِّجَالِ، ثُمَّ عَلِمُوا مِنَ القُرْآنِ، ثُمَّ عَلِمُوا
مِنَ السُّنَّةِ»
“Amanah
singgah di hati manusia. Lalu mereka mengenal Quran lalu mengenal Sunnah.”
Beliau
mengabarkan kepada kami tentang diangkatnya amanah:
«يَنَامُ الرَّجُلُ
النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ الأَمَانَةُ مِنْ قَلْبِهِ، فَيَظَلُّ أَثَرُهَا مِثْلَ أَثَرِ
الوَكْتِ، ثُمَّ يَنَامُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ فَيَبْقَى فِيهَا أَثَرُهَا مِثْلَ
أَثَرِ المَجْلِ، كَجَمْرٍ دَحْرَجْتَهُ عَلَى رِجْلِكَ فَنَفِطَ، فَتَرَاهُ مُنْتَبِرًا
وَلَيْسَ فِيهِ شَيْءٌ، وَيُصْبِحُ النَّاسُ يَتَبَايَعُونَ، فَلاَ يَكَادُ أَحَدٌ
يُؤَدِّي الأَمَانَةَ، فَيُقَالُ: إِنَّ فِي بَنِي فُلاَنٍ رَجُلًا أَمِينًا، وَيُقَالُ
لِلرَّجُلِ: مَا أَعْقَلَهُ وَمَا أَظْرَفَهُ وَمَا أَجْلَدَهُ، وَمَا فِي قَلْبِهِ
مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ
“Seseorang
tidur dan tiba-tiba amanah dicabut dari hatinya hingga bekasnya hanya sedikit
sekali. Lalu ia tidur lagi dan tiba-tiba amanah dicabut dari hatinya hingga
bekasnya seperti sebesar kapalan pada tangan, (atau) ia bagaikan batu
yang kamu gesekkan di kakimu hingga menimbulkan bekas kapalan. Kamu
melihatnya mengepal tetapi tidak ada gunanya sama sekali. Manusia saling jual
beli tetapi hampir tidak ada yang amanah. Dikatakan: ‘Di bani fulan ada orang
yang amanah,’ dan lelaki itu dipuji-puji: ‘Alangkah cerdasnya ia, alangkah ahlinya
ia, alangkah kuatnya ia,’ padahal di hatinya tidak ada iman meskipun sebesar
biji.”
وَلَقَدْ أَتَى عَلَيَّ زَمَانٌ، وَلاَ أُبَالِي أَيُّكُمْ بَايَعْتُ، لَئِنْ
كَانَ مُسْلِمًا رَدَّهُ عَلَيَّ الإِسْلاَمُ، وَإِنْ كَانَ نَصْرَانِيًّا رَدَّهُ
عَلَيَّ سَاعِيهِ، وَأَمَّا اليَوْمَ: فَمَا كُنْتُ أُبَايِعُ إِلَّا فُلاَنًا وَفُلاَنًا
Aku
mengalami sebuah masa (para Sohabat) dan aku tidak peduli jual beli kepada
siapapun dari mereka (karena amanah). Jika ia Muslim, agamanya akan mendorongnya
untuk mengembalikan hakku. Jika ia seorang Nashoro (atau Yahudi), maka walinya
(Muslim) akan mengembalikan hakku. Adapun hari ini (paska pemberontakan pada
Kholifah Utsman), aku tidak mau berjual beli kecuali kepada fulan dan fulan
saja (karena sedikitnya yang amanah). (HR. Muslim no. 143)
Bab:
Menghindar dari fitnah
7087. Dari
Yazid bin Abi Ubaid, dari Salamah bin Al-Akwa’ Rodhiyallahu ‘Anhu, ia menemui
Al-Hajjaj dan ia berkata: “Hai putra Al-Akwa’, kamu telah murtad karena
bermukim di pedalaman (enggan terlibat di fitnah).” Ia menjawab:
لاَ، وَلَكِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «أَذِنَ لِي
فِي البَدْوِ»
“Tidak.
Akan tetapi Rosulullah ﷺ
mengizinkanku hidup di pedalaman.”
Yazid bin Abi Ubaid berkata: “Ketika Utsman bin
Affan terbunuh, Salamah bin Al-Akwa’ keluar menuju Robadzah (kampung
pedalaman). Ia menikahi wanita di sana dan melahirkan anak-anaknya. Ia
senantiasa di sana hingga beberapa hari sebelum wafat, ia tinggal di Madinah.”
(HR. Muslim no. 1862)
7088. Dari
Abu Said Al-Khudri Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rosulullah ﷺ
bersabda:
«يُوشِكُ أَنْ
يَكُونَ خَيْرَ مَالِ المُسْلِمِ غَنَمٌ يَتْبَعُ بِهَا شَعَفَ الجِبَالِ وَمَوَاقِعَ
القَطْرِ، يَفِرُّ بِدِينِهِ مِنَ الفِتَنِ»
“Sudah
dekat waktunya, harta terbaik seorang Muslim adalah domba yang digembalakan di
puncak gunung dan tempat-tempat penampungan air, lari menyelamatkan agamanya
dari fitnah.”
Bab:
Berlindung dari fitnah
7089. Dari
Qotadah, dari Anas Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
سَأَلُوا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَحْفَوْهُ بِالْمَسْأَلَةِ،
فَصَعِدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ المِنْبَرَ فَقَالَ:
«لاَ تَسْأَلُونِي عَنْ شَيْءٍ إِلَّا بَيَّنْتُ لَكُمْ» فَجَعَلْتُ أَنْظُرُ يَمِينًا
وَشِمَالًا، فَإِذَا كُلُّ رَجُلٍ لاَفٌّ رَأْسَهُ فِي ثَوْبِهِ يَبْكِي، فَأَنْشَأَ
رَجُلٌ، كَانَ إِذَا لاَحَى يُدْعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ، فَقَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ
مَنْ أَبِي؟ فَقَالَ: «أَبُوكَ حُذَافَةُ» ثُمَّ أَنْشَأَ عُمَرُ فَقَالَ: رَضِينَا
بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا، نَعُوذُ بِاللَّهِ
مِنْ سُوءِ الفِتَنِ
Orang-orang
bertanya kepada Nabi ﷺ
hingga berlebihan dalam bertanya. Nabi ﷺ menaiki mimbar pada suatu
hari dan berkata: “Tidaklah kalian bertanya kepadaku tentang apapun kecuali aku
menjawabnya untuk kalian.” Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, ternyata setiap
orang menyelimutkan pakaiannya ke kepala sambil menangis (karena kemarahan Rosulullah
ﷺ).
Tiba-tiba ada orang yang jika sedang bertengkar dipanggil dengan selain nama
ayahnya dan ia berkata: “Wahai Nabi Allah, siapakah ayahku?” Jawab beliau:
“Ayahmu Hudzafah.” Lalu Umar segera berkata: “Kami ridho Allah sebagai Rob, Islam
sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rosul. Kami berlindung dari keburukan
fitnah.”
Nabi ﷺ
bersabda:
«مَا رَأَيْتُ
فِي الخَيْرِ وَالشَّرِّ كَاليَوْمِ قَطُّ، إِنَّهُ صُوِّرَتْ لِي الجَنَّةُ وَالنَّارُ،
حَتَّى رَأَيْتُهُمَا دُونَ الحَائِطِ»
“Aku
tidak pernah melihat kebaikan dan keburukan yang seperti hari ini. Surga dan
Neraka ditampakkan kepadaku hingga aku melihatnya di tembok itu.”
Qotadah
menyebutkan hadits ini pada ayat:
{يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ}
“Hai
orang-orang beriman, kalian jangan bertanya tentang segala hal yang jika
dijelaskan kepada kalian justru menyusahkan kalian sendiri.” (QS. Al-Maidah:
101) (HR. Muslim no. 2359)
Bab:
“Fitnah muncul dari arah timur”
7092. Dari
Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhama, dari Nabi ﷺ bahwa beliau berdiri di
samping mimbar dan bersabda:
«الفِتْنَةُ هَا
هُنَا الفِتْنَةُ هَا هُنَا، مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ، - أَوْ قَالَ:
قَرْنُ الشَّمْسِ»
“Fitnah
muncul dari sana, fitnah muncul dari sana, dari tempat munculnya tanduk setan
atau tanduk matahari.” (HR. Muslim no. 2905)
7094. Ibnu
Umar Rodhiyallahu ‘Anhama, ia berkata: Nabi ﷺ bersabda:
«اللَّهُمَّ بَارِكْ
لَنَا فِي شَأْمِنَا، اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي يَمَنِنَا» قَالُوا: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، وَفِي نَجْدِنَا؟ قَالَ: «اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَأْمِنَا، اللَّهُمَّ
بَارِكْ لَنَا فِي يَمَنِنَا» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَفِي نَجْدِنَا؟ فَأَظُنُّهُ
قَالَ فِي الثَّالِثَةِ: «هُنَاكَ الزَّلاَزِلُ وَالفِتَنُ، وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ
الشَّيْطَانِ»
“Ya
Allah, berkahilah Syam untuk kami. Ya Allah berkahilah Yaman untuk kami.”
Mereka berkata: “Ya Rosulullah, juga
pada Najd (Irak) kami.” Beliau berdoa: “Ya Allah, berkahilah Syam untuk
kami. Ya Allah berkahilah Yaman untuk kami.” Mereka berkata: “Ya Rosulullah,
juga pada Najd (Irak) kami.” Aku mengira
beliau bersabda pada ketiga kalinya: “Di sana terjadi kegoncangan (iman) dan
fitnah (pembunuhan). Di sana muncul tanduk setan.”
7095. Dari
Said bin Jubair, ia berkata: Abdullah bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhama
keluar menemui kami dan kami berharap ia menyampaikan hadits yang bagus kepada
kami. Ternyata seseorang mendahului kami dan berkata: “Hai Abu Abdirrohman,
sampaikan hadits kepada kami tentang berperang dalam masa fitnah, karena Allah
berfirman:
{وَقَاتِلُوهُمْ
حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ}
‘Peragilah
mereka sampai tidak ada fitnah.’” (QS. Al-Anfal: 39)
Ia
menjawab:
هَلْ تَدْرِي مَا الفِتْنَةُ، ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ؟ «إِنَّمَا كَانَ مُحَمَّدٌ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَاتِلُ المُشْرِكِينَ وَكَانَ الدُّخُولُ فِي دِينِهِمْ
فِتْنَةً، وَلَيْسَ كَقِتَالِكُمْ عَلَى المُلْكِ»
“Tahukah
kamu apa itu fitnah? Ibumu kehilangan dirimu (ungkapan marah). Dahulu Muhammad ﷺ
hanya memerangi orang-orang musyrik, karena keberadaan mereka di agama
kesyirikan adalah fitnah, bukan seperti peperangan kalian melawan raja-raja
(pemimpin Muslimin).”
Bab:
Fitnah yang menerjang bagaikan ombak
Kholaf bin Hausyab
berkata: mereka (Sohabat dan Tabiin) suka menyenandungkan bait syair ini ketika
terjadi fitnah. Umru-ul Qois berkata:
الحَرْبُ أَوَّلُ مَا تَكُونُ فَتِيَّةً ... تَسْعَى بِزِينَتِهَا لِكُلِّ جَهُولِ
Awal
terjadi peperangan bagaikan rupa seorang gadis … yang berusaha menggoda orang
bodoh dengan perhiasannya
حَتَّى إِذَا اشْتَعَلَتْ وَشَبَّ ضِرَامُهَا ... وَلَّتْ عَجُوزًا غَيْرَ ذَاتِ
حَلِيلِ
Hingga
apabila rambutnya sudah memutih dan beruban … ia pergi sebagai gadis tua yang tidak bersuami
(tidak menikahi seorang pun dari orang bodoh tersebut)
شَمْطَاءَ يُنْكَرُ لَوْنُهَا وَتَغَيَّرَتْ ... مَكْرُوهَةً لِلشَّمِّ وَالتَّقْبِيلِ
Dia
wanita syamtho yang diingkari warna kulitnya karena sudah berubah menua … Ia tidak
lagi disukai untuk dihirup aromanya maupun dicium.
7096. Dari
Syaqiq, ia berkata: aku mendengar Hudzaifah Rodhiyallahu ‘Anhu berkata:
ketika kami duduk bersama Umar, tiba-tiba ia berkata: “Siapa di antara kalian
yang hafal hadits Rosulullah ﷺ tentang fitnah?” Hudzaifah menjawab:
«فِتْنَةُ الرَّجُلِ
فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ، تُكَفِّرُهَا الصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ،
وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ المُنْكَرِ»
“Fitnah
seseorang pada keluarganya, hartanya, anaknya, tetangganya, dihapus oleh
sholat, sedekah (zakat), amar ma’ruf dan nahi munkar.”
Umar
berkata: “Bukan itu yang aku tanyakan. Yang aku tanyakan fitnah yang menerpa
bagaikan gelombang.” Hudzaifah berkata: “Fitnah tersebut tidak berkaitan
denganmu wahai Amirul Mukminin, antara Anda dan fitnah tersebut terdapat pintu
tertutup.” Umar bertanya: “Pintu itu nanti dirusak (didobrak) atau dibuka?”
Jawabnya: “Bahkan dirusak.” Umar berkata: “Kalau begitu, pintu itu tidak akan
bisa ditutup lagi selamanya.” Hudzaifah berkata: “Benar.” Kami bertanya kepada
Hudzaifah: “Apakah Umar mengetahui pintu itu?” Jawabnya: “Ya, sebagaimana dia
tahu sebelum hari ini adalah malam. Demikian karena aku menyampaikan hadits
yang tidak sukar dipahami.” Kami (Syaqiq) sungkan untuk menanyakan siapakah
yang dimaksud pintu tersebut maka kami memerintahkan Masruq untuk bertanya
kepada Hudzaifah siapakah pintu tersebut? Hudzaifah menjawab: “Umar.” (HR.
Muslim no. 144)
7097. Dari
Abu Musa Al-Asy’ari Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: suatu hari Nabi ﷺ
keluar menuju salah satu kebun berpagar di Madinah untuk suatu keperluan. Aku
keluar mengikuti beliau. Ketika beliau telah memasuki kebun tersebut, aku duduk
di pintunya dan berkata: “Hari ini aku akan menjadi penjaga pintu Nabi ﷺ.”
Ini tanpa perintah beliau. Nabi ﷺ pergi untuk buang hajat lalu
duduk di tepi sumur hingga tersingkap dua betisnya dan menjulurkannya ke tepi
sumur. Abu Bakar datang meminta izin untuk masuk. Aku berkata: “Tetaplah di
sini sampai aku mintakan izin untukmu.” Dia berdiri dan aku mendatangi Nabi ﷺ dan
berkata: “Wahai Nabi Allah, Abu Bakar datang meminta izin bertemu dengan Anda.”
Jawab beliau:
«ائْذَنْ لَهُ
وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ»
“Izinkan
ini dan sampaikan kabar gembira untuknya Surga.” Dia masuk dan menempati posisi
sebelah kanan Nabi ﷺ.
Dia membuka dua betisnya dan menjulurkannya di tepi sumur.
Umar datang
dan aku berkata: “Tetaplah di sini hingga aku mintakan izin untukmu.” Nabi ﷺ
bersabda:
«ائْذَنْ لَهُ
وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ»
“Izinkan
dia dan sampaikan kabar gembira untuknya Surga.” Dia datang dan menempati
posisi sebelah kiri Nabi ﷺ. Dia membuka dua betisnya dan menjulurkannya ke tepi sumur.
Maka tepi sumur penuh dan tidak ada tempat lagi.
Lalu Utsman
datang dan aku berkata: “Tetaplah kamu di sini hingga kumintakan izin untukmu.”
Nabi ﷺ
bersabda:
«ائْذَنْ لَهُ
وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ، مَعَهَا بَلاَءٌ يُصِيبُهُ»
“Izinkan
dia dan sampaikan kabar gembira untuknya Surga, beserta bala yang akan
menimpanya.” Ia pun masuk tetapi tidak mendapatkan tempat. Maka ia berpindah
posisi ke belakang mereka di tepi sumur. Ia membuka betisnya dan menjulurkannya
ke sumur. Aku berharap saudaraku (datang) dan aku berdoa kepada Allah agar
mendatangkannya.
Ibnu
Al-Musayyib berkata: aku mentakwil itu sebagai kuburan mereka. Mereka berdua
berkumpul (di kamar Aisyah), sementara Utsman berbeda tempat (pekaman Baqi).
(HR. Muslim no. 2403)
7098. Dari Abu
Wail (Syaqiq), ia berkata: ada yang berkata kepada Usamah (bin Zaid) Rodhiyallahu
‘Anhama: “Tidakkah engkau berbicara kepada orang ini (menasihati Kholifah
Utsman bin Affan)?” Ia berkata: “Aku telah berbicara empat mata dengannya,
tanpa perlu aku membuka pintu yang menjadikan aku orang pertama yang membukanya
(yakni menyebarkan rahasia percakapan dengan pemimpin). Aku bukan tipe orang
yang berkata kepada seseorang yang telah menjadi pemimpin tentang dua orang
bahwa ‘Anda yang terbaik’, setelah aku mendengar Rosulullah ﷺ
bersabda:
«يُجَاءُ بِرَجُلٍ
فَيُطْرَحُ فِي النَّارِ، فَيَطْحَنُ فِيهَا كَطَحْنِ الحِمَارِ بِرَحَاهُ، فَيُطِيفُ
بِهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُولُونَ: أَيْ فُلاَنُ، أَلَسْتَ كُنْتَ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ
وَتَنْهَى عَنِ المُنْكَرِ؟ فَيَقُولُ: إِنِّي كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ أَفْعَلُهُ،
وَأَنْهَى عَنِ المُنْكَرِ وَأَفْعَلُهُ»
“Kelak
akan didatangkan seseorang yang dilempar ke Neraka. Ia disika berat di dalamnya
sebagaimana keledai menggiling dengan alat penggiling. Penduduk Neraka
mengerumuninya dan berkata: ‘Hai fulan, bukankah dahulu kamu menyuruh kebaikan
dan melarang kemungkaran?’ Ia menjawab: ‘Dulu aku menyuruh kebaikan dan aku
sendiri tidak melakukannya, dan aku melarang kemungkaran dan aku sendiri
melakukannya.’” (HR. Muslim no. 2989)
7099. Dari
Abu Bakroh Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Allah memberi aku manfaat
dengan kalimat pada hari perang Jamal. Ketika sampai kabar ke Nabi ﷺ
bahwa Persia mengangkat putri Kisro sebagai ratu mereka, beliau bersabda:
«لَنْ يُفْلِحَ
قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً»
“Tidak
akan beruntung suatu kaum yang dipimpin oleh seorang wanita.”
7100. Abu
Maryam Abdullah bin Ziyad Al-Asadi berkata: ketika Tholhah, Az-Zubair, Aisyah M dalam perjalanan menuju Bashroh,
Ali mengutus Ammar bin Yasir dan Hasan bin Ali M hingga tiba di Kufah menemui kami. Keduanya
menaiki mimbar. Hasan bin Ali di atas mimbar bagian atas sementara Ammar
berdiri lebih rendah dari Hasan. Kami berkumpul kepadanya. Aku mendengar Ammar
berkata:
«إِنَّ عَائِشَةَ
قَدْ سَارَتْ إِلَى البَصْرَةِ، وَوَاللَّهِ إِنَّهَا لَزَوْجَةُ نَبِيِّكُمْ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَلَكِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى ابْتَلاَكُمْ، لِيَعْلَمَ إِيَّاهُ تُطِيعُونَ أَمْ هِيَ»
“Aisyah
dalam perjalanan menuju Bashroh (meminta dukungan penduduknya untuk ke Kufah
menemui Ali menuntut darah Utsman). Demi Allah, ia adalah istri Nabi kalian ﷺ di
dunia dan Akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala hendak menguji kalian,
apakah kalian mentaati Ali atau mentaatinya?”
7102. Abu
Wail berkata: Abu Musa dan Abu Mas’ud menemui Ammar ketika ia diutus oleh Ali
ke penduduk Kufah untuk mengajak mereka berperang. Keduanya berkata:
مَا رَأَيْنَاكَ أَتَيْتَ أَمْرًا أَكْرَهَ عِنْدَنَا مِنْ إِسْرَاعِكَ فِي
هَذَا الأَمْرِ مُنْذُ أَسْلَمْتَ
“Kami
tidak melihatmu melakukan perkara yang lebih kami benci di sisi kami dari
segeranya dirimu pada perkara ini (terlibat fitnah) semenjak kamu masuk Islam.”
Ammar membalas:
«مَا رَأَيْتُ
مِنْكُمَا مُنْذُ أَسْلَمْتُمَا أَمْرًا أَكْرَهَ عِنْدِي مِنْ إِبْطَائِكُمَا عَنْ
هَذَا الأَمْرِ»
“Aku
tidak melihat dari kalian semenjak kalian masuk Islam sebuah perkara yang lebih
aku benci di sisiku melebihi lambatnya kalian berdua dari perkara ini.” Lalu
Abu Mas’ud memberi keduanya masing-masing sepasang pakain lalu pergi ke Masjid
(untuk Jum’atan).
Bab:
Jika Allah menurunkan adzab kepada suatu kaum
7108. Dari
Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhama, ia berkata: Rosulullah ﷺ
bersabda:
«إِذَا أَنْزَلَ
اللَّهُ بِقَوْمٍ عَذَابًا، أَصَابَ العَذَابُ مَنْ كَانَ فِيهِمْ، ثُمَّ بُعِثُوا
عَلَى أَعْمَالِهِمْ»
“Apabila
Allah menurunkan adzab kepada suatu kaum maka adzab itu akan mengenai siapa
saja yang bersama mereka lalu mereka dibangkitkan sesuai amalnya.” (HR. Muslim
no. 2879)
Bab:
“Anakku ini adalah pemimpin. Semoga Allah mendamaikan dua kelompok Muslimin
lewat dirinya”
7109. Hasan
(Al-Bashri) berkata: ketika Hasan bin Ali Rodhiyallahu ‘Anhama berangkat
menuju Muawiyah membawa lautan pasukan, Amr bin Al-Ash berkata kepada Muawiyah:
“Aku melihat lautan pasukan itu tidak akan mundur sampai menumpas pasukan kita
(maka kita harus menyerang balik mereka).” Muawiyah berkata: “Lantas siapa yang
nanti mengurus anak-anak Muslimin (rakyat Muawiyah)?” Amr berkata: “Aku.”
Abdullah bin Amr dan Abdurrohman bin Samuroh berkata: “Kami akan menemui Hasan
(bin Ali bin Abi Tholib) dan meminta kepadanya perdamaian.” Hasan (Al-Bashri)
berkata: aku mendengar Abu Bakroh (Nufai’ bin Al-Harits) berkata: ketika Nabi ﷺ
berkhutbah, Hasan (bin Ali) datang dan Nabi ﷺ bersabda:
«ابْنِي هَذَا
سَيِّدٌ، وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنَ المُسْلِمِينَ»
“Anakku
ini adalah pemimpin. Semoga Allah
mendamaikan dua kelompok besar dari Muslimin lewat dirinya.”
7110. Dari
Harmalah maula (mantan budak) Usamah, ia berkata: Usamah mengutusku ke
Ali dan berpesan: “Ali akan bertanya kepadamu: ‘Apa sebab kawanmu (Usamah)
terlambat (enggan terlibat dalam peperangan)?’ Maka jawabnya bahwa Usamah
menjawab:
«لَوْ كُنْتَ
فِي شِدْقِ الأَسَدِ لَأَحْبَبْتُ أَنْ أَكُونَ مَعَكَ فِيهِ، وَلَكِنَّ هَذَا أَمْرٌ
لَمْ أَرَهُ»
‘Seandainya
engkau di mulut singa, sungguh aku suka bersamamu di sana, tetapi ini (fitnah)
perkara yang aku tidak setujui.’ Ali tidak memberiku apa-apa. Lalu aku pergi
menemui Hasan, Husain, putra Ja’far dan mereka memenuhi (makanan atau
kebutuhan) di kendaraanku.
Bab:
Jika berbicara sesuatu pada seseorang lalu ketika keluar bicara menyelisihinya
7111. Dari
Nafi, ia berkata: ketika penduduk Madinah melepas baiat Yazid bin Muawiyah,
Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhama mengumpulkan keluarga dan anak-anaknya
dan berkata: aku mendengar Nabi ﷺ bersabda:
«يُنْصَبُ لِكُلِّ
غَادِرٍ لِوَاءٌ يَوْمَ القِيَامَةِ»
“Akan
ditancapkan bendera untuk setiap penghianat pada hari Kiamat.” (HR. Muslim no. 1735)
Kita telah
membaiat lelaki ini di atas baiat Allah dan Rosul-Nya. Aku tidak tahu ada
pengkhianatan yang lebih besar dari seseorang yang membaiat lelaki di atas
baiat Allah dan Rosul-Nya lalu menancapkan pemberontakan kepadanya. Sungguh
tidaklah aku tahu seseorang dari kalian yang melepas baiatnya dan tidak pula
membaiat perkara ini melainkan aku dan dirinya berpisah.
7112. Dari
Abul Minhal, ia berkata: ketika Ibnu Ziyad (bin Abu Sufyan) dan Marwan (menguasai)
Syam, Ibnu Az-Zubair menguasai Makkah, para qorro (ahli baca Quran)
menguasai Bashroh, aku bersama ayahku berangkat menemui Abu Barzah Al-Aslami Rodhiyallahu
‘Anhu. Kami memasuki rumahnya saat dia duduk di bawah sebuah naungan dari
kayu. Kami duduk mendekat darinya. Ayahku memulai meminta hadits darinya dengan
berkata: “Hai Abu Barzah, tidakkah Anda melihat apa yang terjadi pada manusia?”
Yang pertama kali aku dengar dari jawabannya adalah:
«إِنِّي احْتَسَبْتُ
عِنْدَ اللَّهِ أَنِّي أَصْبَحْتُ سَاخِطًا عَلَى أَحْيَاءِ قُرَيْشٍ، إِنَّكُمْ يَا
مَعْشَرَ العَرَبِ، كُنْتُمْ عَلَى الحَالِ الَّذِي عَلِمْتُمْ مِنَ الذِّلَّةِ وَالقِلَّةِ
وَالضَّلاَلَةِ، وَإِنَّ اللَّهَ أَنْقَذَكُمْ بِالإِسْلاَمِ وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حَتَّى بَلَغَ بِكُمْ مَا تَرَوْنَ، وَهَذِهِ الدُّنْيَا
الَّتِي أَفْسَدَتْ بَيْنَكُمْ، إِنَّ ذَاكَ الَّذِي بِالشَّأْمِ، وَاللَّهِ إِنْ يُقَاتِلُ
إِلَّا عَلَى الدُّنْيَا، وَإِنَّ هَؤُلاَءِ الَّذِينَ بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ، وَاللَّهِ
إِنْ يُقَاتِلُونَ إِلَّا عَلَى الدُّنْيَا، وَإِنْ ذَاكَ الَّذِي بِمَكَّةَ وَاللَّهِ
إِنْ يُقَاتِلُ إِلَّا عَلَى الدُّنْيَا»
“Aku
berharap pahala dari Allah atas kemarahanku atas orang-orang Quroisy. Kalian
wahai bangsa Arob, dahulu kalian berada dalam keadaan yang sudah kalian tahu
sendiri dari kehinaan, kekurangan, dan kesesatan. Lalu Allah menyelamatkan
kalian lewat Islam dan Muhammad ﷺ hingga mencapai apa yang
kalian lihat (dari kemulian, kelapangan, hidayah). Inilah dunia, yang telah
merusak kalian. Yang di Syam, demi Allah, ia tidak berperang kecuali untuk
dunia. Mereka yang di tengah kalian (Bashroh), demi Allah, mereka tidak
berperang kecuali untuk dunia. Yang di Makkah, demi Allah, ia tidak berperang
kecuali untuk dunia.”
7113. Dari
Hudzaifah bin Al-Yaman Rodhiyallahu ‘Anhama, ia berkata:
«إِنَّ المُنَافِقِينَ
اليَوْمَ شَرٌّ مِنْهُمْ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
كَانُوا يَوْمَئِذٍ يُسِرُّونَ وَاليَوْمَ يَجْهَرُونَ»
“Orang-orang
munafik sekarang lebih buruk dari orang-orang munafik di zaman Nabi ﷺ.
Mereka di waktu itu sembunyi-sembunyi, sementara orang-orang munafik hari ini
terang-terangan.”
7114. Dari
Hudzaifah Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
«إِنَّمَا كَانَ
النِّفَاقُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَمَّا اليَوْمَ
فَإِنَّمَا هُوَ الكُفْرُ بَعْدَ الإِيمَانِ»
“Kemunafikan
hanya ada di zaman Nabi ﷺ. Adapun sekarang, yang ada hanyalah kekafiran setelah beriman.”
Bab:
Tidak terjadi Kiamat hingga penghuni kubur membuat iri
7115. Dari
Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ:
يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ
“Kiamat
tidak terjadi kecuali seseorang melewati kuburan orang lain lalu berkata:
‘Andai aku yang menempati ini.’” (HR. Muslim no. 157)
Bab:
Zaman berubah hingga berhala disembah lagi
7116. Dari Abu
Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rosulullah ﷺ
bersabda:
«لاَ تَقُومُ
السَّاعَةُ حَتَّى تَضْطَرِبَ أَلَيَاتُ نِسَاءِ دَوْسٍ عَلَى ذِي الخَلَصَةِ» وَذُو
الخَلَصَةِ طَاغِيَةُ دَوْسٍ الَّتِي كَانُوا يَعْبُدُونَ فِي الجَاهِلِيَّةِ
“Tidak
akan terjadi hari Kiamat hingga pinggang wanita suku Daus bergoyang (menyembah)
kepada Dzul Khulashoh.” Dzul Khulashoh adalah berhala suku Daus yang dahulu
pernah mereka sembah di masa jahiliyyah. (HR. Muslim no. 2906)
7117. Dari
Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, Nabi ﷺ bersabda:
«لاَ تَقُومُ
السَّاعَةُ حَتَّى يَخْرُجَ رَجُلٌ مِنْ قَحْطَانَ، يَسُوقُ النَّاسَ بِعَصَاهُ»
“Tidak
terjadi Kiamat hingga seseorang dari Qohthon menggiring manusia dengan
tongkatnya.” (HR. Muslim no. 2910)
Bab:
Keluarnya api
Anas Rodhiyallahu
‘Anhu berkata: Nabi ﷺ bersabda:
«أَوَّلُ أَشْرَاطِ
السَّاعَةِ نَارٌ تَحْشُرُ النَّاسَ مِنَ المَشْرِقِ إِلَى المَغْرِبِ»
“Awal
tanda Kiamat adalah api yang keluar dari timur ke barat.”
7118. Abu
Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: Rosulullah ﷺ bersabda:
«لاَ تَقُومُ
السَّاعَةُ حَتَّى تَخْرُجَ نَارٌ مِنْ أَرْضِ الحِجَازِ تُضِيءُ أَعْنَاقَ الإِبِلِ
بِبُصْرَى»
“Tidak
akan terjadi Kiamat sampai keluar api dari tanah Hijaz yang menerangi
leher-leher unta di Bushro (daerah di Syam dan telah terjadi pada 654 H).” (HR.
Muslim no. 2902)
7119. Dari
Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu: Rosulullah ﷺ bersabda:
«يُوشِكُ الفُرَاتُ
أَنْ يَحْسِرَ عَنْ كَنْزٍ مِنْ ذَهَبٍ، فَمَنْ حَضَرَهُ فَلاَ يَأْخُذْ مِنْهُ شَيْئًا»
“Sudah
dekat waktunya sungat Furot (Eufrot di selatan Syam) menampakkan harta simpanan
dari emas. Siapa yang hadir di sana maka jangan mengambil apapun darinya.” (HR.
Muslim no. 2894)
Dalam
riwayat lain:
«يَحْسِرُ عَنْ
جَبَلٍ مِنْ ذَهَبٍ»
“Menampakkan
gunung dari emas.”
7120. Dari
Haritsah bin Wahb Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: aku mendengar Rosulullah
ﷺ
bersabda:
«تَصَدَّقُوا
فَسَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَمْشِي الرَّجُلُ بِصَدَقَتِهِ، فَلاَ يَجِدُ
مَنْ يَقْبَلُهَا»
“Bersedekahlah.
Akan datang zaman kepada manusia, seseorang berjalan membawa sedekahnya dan
tidak menemukan orang yang mau menerimanya.” (HR. Muslim no. 1011)
7121. Dari
Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, Rosulullah ﷺ bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَقْتَتِلَ فِئَتَانِ عَظِيمَتَانِ، يَكُونُ
بَيْنَهُمَا مَقْتَلَةٌ عَظِيمَةٌ، دَعْوَتُهُمَا وَاحِدَةٌ
Tidak akan
terjadi hari Kiamat hingga dua kelompok besar berperang dan terjadi korban yang
besar di antara keduanya. Seruan mereka satu.
وَحَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ، قَرِيبٌ مِنْ ثَلاَثِينَ، كُلُّهُمْ
يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ
Dan hingga
muncul para dajjal pendusta, yang mendekati 30 orang. Masing-masing mengaku
sebagai utusan Allah. (HR. Muslim no. 1011)
وَحَتَّى يُقْبَضَ العِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ،
وَتَظْهَرَ الفِتَنُ، وَيَكْثُرَ الهَرْجُ: وَهُوَ القَتْلُ
Dan hingga
ilmu diangkat (dengan wafatnya ulama), banyak gempa, waktu berdekatan (sangat
singkat), muncul banyak fitnah, banyak harj yaitu pembunuhan.
وَحَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمُ المَالُ فَيَفِيضَ حَتَّى يُهِمَّ رَبَّ المَالِ
مَنْ يَقْبَلُ صَدَقَتَهُ، وَحَتَّى يَعْرِضَهُ عَلَيْهِ، فَيَقُولَ الَّذِي يَعْرِضُهُ
عَلَيْهِ: لاَ أَرَبَ لِي بِهِ
Dan hingga
harta melimpah di tengah kalian dan merata, hingga pemilik harta kesulitan
mendapatkan orang yang menerima sedekahnya. Hingga ia menawarkan kepada
seseorang lalu orang tersebut menjawab: ‘Aku tidak membutuhkannya.’
وَحَتَّى يَتَطَاوَلَ النَّاسُ فِي البُنْيَانِ
Dan hingga
manusia berlomba-lomba meninggikan bangunan.
وَحَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ: يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ
Dan hingga
seseorang melewati kuburan orang lain lalu berkata: ‘Seandainya aku yang
menempati kubur ini.’
وَحَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتْ وَرَآهَا النَّاسُ
آمَنُوا أَجْمَعُونَ، فَذَلِكَ حِينَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ
آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ، أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا
Dan hingga
matahari terbit dari barat. Apabila ia terbit dari barat dan manusia melihatnya
maka mereka beriman semuanya. Waktu itu tidak lagi bermanfaat iman seseorang
yang belum beriman sebelumnya atau belum beramal kebaikan saat beriman.
وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ نَشَرَ الرَّجُلاَنِ ثَوْبَهُمَا بَيْنَهُمَا،
فَلاَ يَتَبَايَعَانِهِ وَلاَ يَطْوِيَانِهِ
Dan Kiamat
benar-benar terjadi saat dua orang menghamparkan pakaian di antara keduanya
(untuk jual beli) lalu tidak terjadi jual beli dan tidak pula melipatnya.
وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدِ انْصَرَفَ الرَّجُلُ بِلَبَنِ لِقْحَتِهِ
فَلاَ يَطْعَمُهُ
Dan Kiamat
benar-benar terjadi saat seseorang memerah susu hewannya dan tidak sempat
meminumnya.
وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَهُوَ يُلِيطُ حَوْضَهُ فَلاَ يَسْقِي فِيهِ
Dan Kiamat
benar-benar terjadi saat seseorang memperbaiki wadah air ternaknya dan tidak
sempat memberi minum ternaknya.
وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ رَفَعَ أُكْلَتَهُ إِلَى فِيهِ فَلاَ يَطْعَمُهَا
Dan Kiamat
benar-benar terjadi saat seseorang menyuapkan makanan ke mulutnya dan tidak
sempat memakannya.”
Bab:
Dajjal
7122.
Al-Mughiroh bin Syu’bah Rodhiyallahu ‘Anhu berkata kepadaku: tidak ada
seorang pun yang bertanya tentang Dajjal seperti pertanyaanku hingga beliau
berkata kepadaku:
«مَا يَضُرُّكَ
مِنْهُ»، قُلْتُ: لِأَنَّهُمْ يَقُولُونَ: إِنَّ مَعَهُ جَبَلَ خُبْزٍ، وَنَهَرَ مَاءٍ،
قَالَ: «هُوَ أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ ذَلِكَ»
“Apa
yang kamu khawatirkan darinya?” Kujawab: “Orang-orang mengatakan bahwa ia
membawa gunung roti dan sungai air.” Beliau menjawab: “Dia lebih rendah di sisi
Allah dari itu.” (HR. Muslim no. 2939)
7123. Dari
Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhama, dari Nabi ﷺ, bersabda:
«أَعْوَرُ عَيْنِ
اليُمْنَى، كَأَنَّهَا عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ»
“Dajjal
buta mata sebelah kanannya, seakan-akan matanya buah anggur yang menonjol.”
7124. Dari
Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu, berkata: Nabi ﷺ
bersabda:
«يَجِيءُ الدَّجَّالُ،
حَتَّى يَنْزِلَ فِي نَاحِيَةِ المَدِينَةِ، ثُمَّ تَرْجُفُ المَدِينَةُ ثَلاَثَ رَجَفَاتٍ،
فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ كُلُّ كَافِرٍ وَمُنَافِقٍ»
“Dajjal
datang hingga singgah di pojok Madinah lalu Madinah bergoncang sebanyak tiga
kali. Setiap orang kafir dan munafik keluar menuju kepadanya.” (HR. Muslim no. 2943)
7125. Dari
Abu Bakroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, bersabda:
«لاَ يَدْخُلُ
المَدِينَةَ رُعْبُ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَلَهَا يَوْمَئِذٍ سَبْعَةُ أَبْوَابٍ،
عَلَى كُلِّ بَابٍ مَلَكَانِ»
“Teror
Masih Dajjal tidak bisa memasuki Madinah. Pada waktu itu, Madinah memiliki
tujuh pintu gerbang. Masing-masing pintu gerbang dijaga dua Malaikat.”
7127.
Abdullah bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhama berkata: Rosulullah ﷺ
berdiri di hadapan manusia lalu memuji Allah dengan pujian yang patut bagi-Nya.
Lalu beliau menyebut Dajjal dan berkata:
«إِنِّي لَأُنْذِرُكُمُوهُ،
وَمَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ، وَلَكِنِّي سَأَقُولُ لَكُمْ
فِيهِ قَوْلًا لَمْ يَقُلْهُ نَبِيٌّ لِقَوْمِهِ، إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّ اللَّهَ
لَيْسَ بِأَعْوَرَ»
“Aku memperingatkan
kalian dengannya. Tidak ada seorang Nabi kecuali telah memperingatkannya pada
umatnya. Akan tetapi aku akan menyampaikan kepada kalian ucapan yang belum
pernah disampaikan seorang Nabi kepada kaumnya: ingatlah, dia buta dan Allah
tidak buta.” (HR. Muslim no. 169)
7128. Dari
Abdullah bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhama, bahwa Rosulullah ﷺ
bersabda:
بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ أَطُوفُ بِالكَعْبَةِ، فَإِذَا رَجُلٌ آدَمُ سَبْطُ الشَّعَرِ
يَنْطُفُ - أَوْ يُهَرَاقُ - رَأْسُهُ مَاءً، قُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالُوا ابْنُ مَرْيَمَ،
ثُمَّ ذَهَبْتُ أَلْتَفِتُ، فَإِذَا رَجُلٌ جَسِيمٌ أَحْمَرُ جَعْدُ الرَّأْسِ أَعْوَرُ
العَيْنِ، كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ، قَالُوا: هَذَا الدَّجَّالُ أَقْرَبُ
النَّاسِ بِهِ شَبَهًا ابْنُ قَطَنٍ رَجُلٌ مِنْ خُزَاعَةَ
“Ketika
aku tidur, bermimpi berthowaf di Ka’bah. Ternyata ada lelaki berkulit sawo
matang (kecokelatan), rambutnya bergelombang, air menetes dari rambutnya. Aku
bertanya: ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab: ‘Putra Maryam.’ Lalu aku menoleh,
rupanya ada lelaki gemuk, merah kulitnya, keriting rambutnya, buta mata
sebelahnya, seakan-akan matanya buah anggur yang menonjol.’ Mereka berkata:
‘Ini Dajjal.’ (HR. Muslim no. 169)
7129.
Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha berkata:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَسْتَعِيذُ فِي
صَلاَتِهِ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ»
Aku
mendengar Rosulullah ﷺ
berlindung dalam sholatnya dari fitnah Dajjal. (HR. Muslim no. 587)
7130. Dari
Hudzaifah Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda tentang
Dajjal:
«إِنَّ مَعَهُ
مَاءً وَنَارًا، فَنَارُهُ مَاءٌ بَارِدٌ، وَمَاؤُهُ نَارٌ»
“Dia
memiliki air dan api. Apinya adalah air yang dingin, sementara airnya adalah
api.” (HR. Muslim no. 2934)
Abu Mas’ud Rodhiyallahu
‘Anhu berkata: aku juga mendengarnya dari Rosulullah ﷺ.
7131. Dari
Anas Rodhiyallahu ‘Anhu, Nabi ﷺ bersabda:
«مَا بُعِثَ نَبِيٌّ
إِلَّا أَنْذَرَ أُمَّتَهُ الأَعْوَرَ الكَذَّابَ، أَلاَ إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّ
رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ، وَإِنَّ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مَكْتُوبٌ كَافِرٌ»
“Tidak
ada Nabi kecuali memperingatkan umatnya dari si buta pendusta. Ingatlah, ia
buta sebelah matanya. Rob kalian tidak buta. Tertulis di antara dua matanya
kafir.” (HR. Muslim no. 2933)
Juga dari
Abu Huroiroh dan Ibnu Abbas, dari Nabi ﷺ.
Bab:
Dajjal tidak masuk Madinah
7132. Abu
Said Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: Rosulullah ﷺ menyampaikan pada suatu hari
hadits yang panjang tentang Dajjal. Di antara yang beliau ceritakan:
يَأْتِي الدَّجَّالُ، وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْهِ أَنْ يَدْخُلَ نِقَابَ المَدِينَةِ،
فَيَنْزِلُ بَعْضَ السِّبَاخِ الَّتِي تَلِي المَدِينَةَ، فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ يَوْمَئِذٍ
رَجُلٌ، وَهُوَ خَيْرُ النَّاسِ - أَوْ مِنْ خِيَارِ النَّاسِ - فَيَقُولُ أَشْهَدُ
أَنَّكَ الدَّجَّالُ الَّذِي حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَدِيثَهُ، فَيَقُولُ الدَّجَّالُ: أَرَأَيْتُمْ إِنْ قَتَلْتُ هَذَا، ثُمَّ أَحْيَيْتُهُ،
هَلْ تَشُكُّونَ فِي الأَمْرِ؟ فَيَقُولُونَ: لاَ، فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُحْيِيهِ، فَيَقُولُ:
وَاللَّهِ مَا كُنْتُ فِيكَ أَشَدَّ بَصِيرَةً مِنِّي اليَوْمَ، فَيُرِيدُ الدَّجَّالُ
أَنْ يَقْتُلَهُ فَلاَ يُسَلَّطُ عَلَيْهِ
“Dajjal
datang dan dia diharomkan memasuki pintu gerbang Madinah. Akhirnya ia singgah
di salah satu dataran tinggi dekat Madinah. Seorang lelaki (dari Madinah)
keluar pada hari itu menuju Dajjal dan ia adalah manusia terbaik atau termasuk
manusia terbaik. Ia berkata: ‘Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang
diceritakan Rosulullah ﷺ
dalam haditsnya.’ Dajjal berkata: ‘Bagaimana jika aku membunuh orang ini lalu
menghidupkannya lagi, apakah kalian meragukan aku (sebagai tuhan)?’ Jawab
mereka: ‘Tidak.’ Dajjal membunuhnya lalu menghidupkannya lagi. Tetapi lelaki
itu justru berkata: ‘Demi Allah, tidaklah aku lebih yakin akan dirimu melebihi
hari ini.’ Dajjal ingin membunuhnya lagi tetapi tidak mampu.” (HR. Muslim no. 2938)
7134. Dari
Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, bersabda:
«المَدِينَةُ
يَأْتِيهَا الدَّجَّالُ، فَيَجِدُ المَلاَئِكَةَ يَحْرُسُونَهَا، فَلاَ يَقْرَبُهَا
الدَّجَّالُ» قَالَ: «وَلاَ الطَّاعُونُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ»
“Madinah
didatangi Dajjal. Ia mendapati Malaikat menjaganya sehingga Dajjal tidak bisa
mendekatinya,” lanjut beliau, “tidak pula thoun (wabah penyakit), in
syaa Allah.” (HR. Muslim no. 2943)
Bab:
Ya’juj dan Ma’juj
7135. Dari
Zainab binti Jahsy Rodhiyallahu ‘Anha, bahwa Rosulullah ﷺ pada
suatu hari masuk menemuinya dalam keadaan kaget dan berkata:
«لاَ إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ فُتِحَ اليَوْمَ مِنْ رَدْمِ
يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ»
“Tidak
ada yang berhak disembah selain Allah. Celaka bangsa Arob dari keburukan yang
sudah dekat. Hari ini dinding Ya’juj dan Ma’juj sudah berlubang sebesar ini.”
Beliau memperagakan dua jarinya: jempol dan ibu jarinya. Zainab binti Jahsy
berkata: “Wahai Rosulullah, apakah kami akan binasa sementara di tengah kami
ada orang-orang sholih?” Jawab beliau: “Ya. Jika keburukan sudah mendominasi.”
(HR. Muslim no. 2880)
[1] Abu Huroiroh tidak menyampaikannya karena mereka adalah nama
kholifah zolim, yang dikhawatirkan Abu Huroiroh dibunuh.
[2] Ayat lengkapnya:
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ
ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي
الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ
مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (97) إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ
وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا
(98) فَأُولَئِكَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا
(99)