Kitab Fitnah - Kitabul Fitan - Shohih Al-Bukhori

 


KITAB FITNAH


Fitnah (فتنة) adalah ujian berupa musibah dan malapetaka yang bisa menjadikan seseorang terbunuh hingga menjadi kafir, untuk menjernihkan orang beriman dari orang munafik.

Terjemah ini bersumber dari Kitabul Fitan dalam Shohih Bukhori. Yang saya lakukan dalam menerjemahkan buku ini adalah:

1)    Menyederhanakan terjemah bab.

2)    Membuang sanad.

3)    Membuang pengulangan.

4)    Menyertakan nomor dari Shohih Muslim jika termasuk muttafaqun alaih.

Bab: Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

﴿وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً﴾

“Waspadalah kalian dari fitnah (malapetaka) yang tidak hanya mengenai orang-orang zolim dari kalian.” (QS. Al-Anfal: 25)

Juga peringatan Nabi dari berbagai fitnah.

7048. Dari Ibnu Abi Mulaikah, ia berkata: Asma Rodhiyallahu ‘Anha berkata: Nabi beliau bersabda:

«أَنَا عَلَى حَوْضِي أَنْتَظِرُ مَنْ يَرِدُ عَلَيَّ، فَيُؤْخَذُ بِنَاسٍ مِنْ دُونِي، فَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ: لاَ تَدْرِي، مَشَوْا عَلَى القَهْقَرَى»

“Aku di Telaga (danau besar) menunggu orang-orang yang mendatangiku. Ternyata ada beberapa orang yang dihalau dariku dan aku berkata: ‘Mereka umatku.’ Ada yang menjawab: ‘Kamu tidak tahu, mereka berjalan mundur (yakni berbuat bid’ah sepeninggalmu).’”

Ibnu Abi Mulaikah berdoa:

«اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ أَنْ نَرْجِعَ عَلَى أَعْقَابِنَا، أَوْ نُفْتَنَ»

“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari mundur ke belakang (murtad) atau terkena fitnah.” (HR. Muslim no. 2293)

7050. Dari Abu Hazim, ia berkata: aku mendengar Sahl bin Sa’ad Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: aku mendengar Nabi bersabda:

«أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الحَوْضِ، فَمَنْ وَرَدَهُ شَرِبَ مِنْهُ، وَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ لَمْ يَظْمَأْ بَعْدَهُ أَبَدًا، لَيَرِدُ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي، ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ»

“Aku mendahului kalian di Telaga. Siapa yang mendatanginya, ia minum darinya. Siapa yang minum darinya, ia tidak akan haus setelah itu selamanya. Sungguh beberapa orang akan mendatanginya, aku kenal mereka dan mereka mengenaliku. Tetapi ada yang menghalangiku dari menolong mereka.”

Abu Hazim berkata: An-Nu’man bin Abi Ayyasy mendengar ini dariku saat aku menyampaikan hadits ini kepada manusia. Ia berkata: “Apakah demikian yang kamu dengar dari Sahl?” Jawabku: “Ya.” Ia berkata: “Aku bersaksi atas Abu Sa’id Al-Khudri bahwa aku benar-benar mendengarnya menambahkan:

«إِنَّهُمْ مِنِّي، فَيُقَالُ: إِنَّكَ لاَ تَدْرِي مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ، فَأَقُولُ: سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِي»

“Mereka dariku.’ Maka dikatakan kepadaku: ‘Kamu tidak tahu apa yang mereka rubah (dari agama) sepeninggalmu.’ Maka Aku berkata: ‘Menjauhlah, menjauhlah orang-orang yang merubah (ajaran) sepeninggalku.” (HR. Muslim no. 2290)

Bab: “Kalian akan melihat banyak hal yang kalian ingkari sepeninggalku”

7052. Abdullah (bin Mas’ud) Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: Rosulullah bersabda kepada kami:

«إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً وَأُمُورًا تُنْكِرُونَهَا» قَالُوا: فَمَا تَأْمُرُنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «أَدُّوا إِلَيْهِمْ حَقَّهُمْ، وَسَلُوا اللَّهَ حَقَّكُمْ»

“Kalian akan melihat sepeninggalku atsaroh (keegoisan: lebih mendahulukan kepentingan pribadi) dan hal-hal yang kalian ingkari (menyelisihi syariat).” Mereka bertanya: “Apa yang engkau perintahkan kepada kami, wahai Rosulullah?” Jawab beliau: “Tunaikan hak mereka dan mintalah kepada Allah hak kalian.”

7053. Dari Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhama, dari Nabi , bersabda:

«مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا فَلْيَصْبِرْ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ السُّلْطَانِ شِبْرًا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً»

“Siapa yang membenci sesuatu dari pemimpinnya, bersabarlah. Siapa yang keluar  dari penguasa (yakni memberontak atau tidak taat) meskipun satu jengkal, maka ia mati seperti bangkai jahiliyah (yakni tidak mengenal ketaatan pemimpin, bukan murtad).” (HR. Muslim no. 1849)

7055. Dari Junadah bin Abi Umayyah, ia berkata: kami masuk menemui Ubadah bin Ash-Shomit Rodhiyallahu ‘Anhu saat sakit dan kami berkata: “Semoga Allah memperbaikimu. Sampaikan hadits yang Allah memberimu manfaat darinya, yang kamu dengar dari Nabi . Ia berkata: Nabi memanggil kami untuk berbaiat.

7056. Di antara baiat yang beliau ambil dari kami adalah:

«أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا، وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا وَأَثَرَةً عَلَيْنَا، وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ الأَمْرَ أَهْلَهُ، إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا، عِنْدَكُمْ مِنَ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ»

“Kami membaiat beliau agar mendengar dan patuh saat kami sukarela maupun benci, saat kami senang maupun sulit, saat atsaroh (keegoisan orang-orang) atas kami, dan kami tidak merampas urusan (kepemimpinan) dari pemangkunya kecuali kalian melihat kekafiran yang nyata, yang kalian memiliki bukti di sisi Allah.” (HR. Muslim no. 1709)

7057. Dari Anas bin Malik, dari Usaid bin Hudhoir Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa ada orang yang mendatangi Nabi dan berkata: “Wahai Rosulullah, kenapa Anda mengangkat fulan sebagai pegawai dan tidak mengangkatku?” Beliau menjawab:

«إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً، فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي»

“Kalian akan melihat sepeninggalkan atsaroh (keegoisan, lebih mementingkan diri sendiri), maka sabarlah hingga kalian bertemu aku (di Telaga).” (HR. Muslim no. 1845)

Bab: “Hancurnya umatku di tangan pemimpin muda yang bodoh”

7058. Dari Amr bin Yahya bin Said bin Amr bin Said, ia berkata: kakekku mengabarkan kepadaku: aku duduk bersama Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu di Masjid Nabi di Madinah, juga bersama Marwan. Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: aku mendengar orang yang jujur dan membawa kejujuran berkata:

«هَلَكَةُ أُمَّتِي عَلَى يَدَيْ غِلْمَةٍ مِنْ قُرَيْشٍ»

“Hancurnya umatku di tangan pemimpin muda dari Quroisy.”

Marwan berkata: “Laknat Allah atas mereka.”

Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: “Seandainya aku mau, akan aku sebutkan Bani fulan dan bani fulan.”[1]

Aku (Amr) keluar bersama kakekku ke Bani Marwan ketika mereka menguasai Syam. Ketika kakek melihat mereka masih muda-muda, ia berkata kepadaku: “Mungkin mereka termasuk mereka.” Aku berkata: “Engkau lebih tahu.”

Bab: “Celaka bangsa Arob dari keburukan yang sudah dekat”

7060. Dari Usamah bin Zaid Rodhiyallahu ‘Anhama, ia berkata: Nabi memandang tajam dengan bertopi ujung-ujung jarinya ke pemukiman Madinah dan bersabda:

«هَلْ تَرَوْنَ مَا أَرَى» قَالُوا: لاَ، قَالَ: «فَإِنِّي لَأَرَى الفِتَنَ تَقَعُ خِلاَلَ بُيُوتِكُمْ كَوَقْعِ القَطْرِ»

“Apakah kalian melihat apa yang aku lihat?” Jawab mereka: “Tidak.” Beliau bersabda: “Sungguh aku melihat fitnah-fitnah jatuh di sela-sela rumah kalian seperti jatuhnya tetesan air hujan.” (HR. Muslim no. 2885)

Bab: Munculnya fitnah

7061. Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , bersabda:

«يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ، وَيَنْقُصُ العَمَلُ، وَيُلْقَى الشُّحُّ، وَتَظْهَرُ الفِتَنُ، وَيَكْثُرُ الهَرْجُ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّمَ هُوَ؟ قَالَ: «القَتْلُ القَتْلُ»

“Waktu sangat singkat, amal sholih berkurang, sifat sangat pelit merajarela, fitnah-fitnah bermunculan, banyak hajr.” Mereka bertanya: “Wahai Rosulullah, apa itu?” Beliau menjawab: “Membunuh dan membunuh.”

7062. Dari Syaqiq, ia berkata: aku bersama Abdullah (bin Mas’ud) dan Abu Musa Rodhiyallahu ‘Anhama, keduanya berkata: Nabi bersabda:

«إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ لَأَيَّامًا، يَنْزِلُ فِيهَا الجَهْلُ، وَيُرْفَعُ فِيهَا العِلْمُ، وَيَكْثُرُ فِيهَا الهَرْجُ» وَالهَرْجُ: القَتْلُ

“Menjelang Kiamat ada hari-hari: pada hari itu merajarela kebodohan, ilmu agama hilang, dan banyak harj.” Hajr adalah pembunuhan. (HR. Muslim no. 2672)

Abu Musa berkata: harj artinya pembunuhan dengan bahasa Habasyah.

7067. Ibnu Mas’ud Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: aku mendengar Nabi bersabda:

«مِنْ شِرَارِ النَّاسِ مَنْ تُدْرِكْهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ أَحْيَاءٌ»

“Termasuk manusia terburuk adalah orang yang menjumpai hari Kiamat dalam keadaan masih hidup.” (HR. Muslim no. 2949)

Bab: “Tidak datang suatu zaman kecuali setelahnya lebih jelek darinya”

7068. Dari Az-Zubair bin Adi: kami mendatangi Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu dan mengadukan kepadanya perlakuan Hajjaj atas kami. Ia berkata:

«اصْبِرُوا، فَإِنَّهُ لاَ يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ، حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ» سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Tidaklah datang suatu zaman kepada kalian kecuali zaman setelah lebih jelek dari sebelumnya.” Aku mendengar ini dari Nabi kalian .

7069. Dari Ummu Salamah Rodhiyallahu ‘Anha istri Nabi , beliau bersabda: Rosulullah terbangun di malam hari dalam keadaan kaget dan bersabda:

«سُبْحَانَ اللَّهِ، مَاذَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الخَزَائِنِ؟ وَمَاذَا أُنْزِلَ مِنَ الفِتَنِ؟ مَنْ يُوقِظُ صَوَاحِبَ الحُجُرَاتِ - يُرِيدُ أَزْوَاجَهُ - لِكَيْ يُصَلِّينَ؟ رُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي الآخِرَةِ»

“Subhanallah, apa yang diturunkan Allah dari kekayaan? Apa yang diturunkan dari fitnah-fitnah? Siapa yang membangunkan pemilik bilik –maksudnya istri-istrinya– agar mereka sholat? Alangkah banyak orang yang berpakaian di dunia, telanjang di Akhirat.”

Bab: “Siapa yang mengacungkan pedang kepada kami maka ia bukan termasuk golongan kami”

7070. Dari Abdullah bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhama, bahwa Rosulullah bersabda:

«مَنْ حَمَلَ عَلَيْنَا السِّلاَحَ فَلَيْسَ مِنَّا»

“Siapa yang mengacungkan pedang kepada kami (pemimpin) maka ia bukan termasuk golongan kami.” (HR. Muslim no. 98)

7072. Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , bersabda:

«لاَ يُشِيرُ أَحَدُكُمْ عَلَى أَخِيهِ بِالسِّلاَحِ، فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي، لَعَلَّ الشَّيْطَانَ يَنْزِعُ فِي يَدِهِ، فَيَقَعُ فِي حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ»

“Jangan sampai seorang dari kalian menodongkan benda tajam kepada saudaranya. Boleh jadi setan menguasai tangannya hingga menyebabkannya terjatuh di sebuah jurang di Neraka.” (HR. Muslim no. 2617)

7073. Dari Jabir bin Abdillah Rodhiyallahu ‘Anhama berkata: seseorang berjalan di Masjid membawa senjata tajam lalu Rosulullah bersabda kepadanya:

«أَمْسِكْ بِنِصَالِهَا»

“Peganglah ujungnya (yang tajam agar tidak mengenai orang di Masjid).” (HR. Muslim no. 2614)

7075. Dari Abu Musa Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , bersabda:

«إِذَا مَرَّ أَحَدُكُمْ فِي مَسْجِدِنَا، أَوْ فِي سُوقِنَا، وَمَعَهُ نَبْلٌ، فَلْيُمْسِكْ عَلَى نِصَالِهَا، - أَوْ قَالَ: فَلْيَقْبِضْ بِكَفِّهِ -، أَنْ يُصِيبَ أَحَدًا مِنَ المُسْلِمِينَ مِنْهَا شَيْءٌ»

“Apabila seorang dari kalian berjalan di Masjid kami atau pasar kami sambil membawa tombak maka peganglah bagian ujungnya –atau genggamlah dengan telapak tangannya– agar tidak mengenai seorang pun dari Muslimin.” (HR. Muslim no. 2615)

Bab: “Kalian jangan kafir sepeninggalku, dengan saling membunuh”

7076. Dari Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Nabi bersabda:

«سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ»

“Memaki Muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran.” (HR. Muslim no. 64)

7077. Dari Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhama, bahwa ia mendengar Nabi bersabda:

«لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا، يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ»

“Kalian jangan kafir sepeninggalku, kalian saling menebas leher satu dengan yang lain.” (HR. Muslim no. 66)

7078. Dari Abu Bakroh (Nufai’ bin Al-Harits) Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rosulullah berkhutbah kepada manusia dan berkata:

«أَلاَ تَدْرُونَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا» قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ، فَقَالَ: «أَلَيْسَ بِيَوْمِ النَّحْرِ» قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «أَيُّ بَلَدٍ هَذَا، أَلَيْسَتْ بِالْبَلْدَةِ الحَرَامِ» قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ، وَأَمْوَالَكُمْ، وَأَعْرَاضَكُمْ، وَأَبْشَارَكُمْ، عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ» قُلْنَا: نَعَمْ، قَالَ: «اللَّهُمَّ اشْهَدْ، فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الغَائِبَ، فَإِنَّهُ رُبَّ مُبَلِّغٍ يُبَلِّغُهُ لِمَنْ هُوَ أَوْعَى لَهُ»

“Perhatikan, tahukah kalian hari apa ini?” Orang-orang menjawab: “Allah dan Rosul-Nya lebih tahu.” Kami menyangka beliau akan mengganti namanya. Beliau bersabda: “Bukankah hari Nahr (Idul Adha)?” Kami menjawab: “Benar wahai Rosulullah.” Beliau bertanya: “Negeri apa ini? Bukanlah negeri harom?” Jawab kami: “Benar wahai Rosulullah.” Beliau bersabda: “Sungguh darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian, kulit kalian adalah harom di antara kalian, sebagaimana haromnya (mulianya) hari kalian ini, di bulan kalian ini, di negeri kalian ini. Perhatikan, apakah aku sudah menyampaikan?” Jawab kami: “Ya.” Beliau bersabda: “Ya Allah, saksikan! Yang hadir seharusnya menyampaikan kepada yang tidak hadir. Alangkah banyak orang yang menyampaikan kepada orang yang lebih paham darinya.”

Begitu juga sabda:

«لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا، يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ»

“Kalian jangan kafir sepeninggalku. Kalian saling membunuh di antara kalian.”

Pada hari Ibnul Hadhromi dibakar, dibakar oleh Jariyah bin Qudamah, ia berkata: “Carilah Abu Bakroh.” Mereka berkata: “Ini Abu Bakroh melihatmu.” Abdurrohman berkata: ibuku menyampaikan dari Abu Bakroh bahwa ia berkata: “Seandainya mereka menemuiku, aku tidak menyerahkannya.” (HR. Muslim no. 1679)

Bab “Ketika terjadi fitnah, yang duduk lebih utama dari yang berdiri”

7081. Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rosulullah bersabda:

«سَتَكُونُ فِتَنٌ، القَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ القَائِمِ، وَالقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ المَاشِي، وَالمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي، مَنْ تَشَرَّفَ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ، فَمَنْ وَجَدَ مِنْهَا مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا، فَلْيَعُذْ بِهِ»

“Fitnah akan terjadi. Pada saat itu orang yang duduk lebih baik dari orang yang berdiri. Orang yang berdiri lebih baik dari orang yang berjalan. Orang yang berjalan lebih dari dari orang yang lari. Siapa yang melibatkan dirinya, akan terkena fitnah. Siapa yang menemukan tempat bersembunyi atau berlindung, maka masuklah.” (HR. Muslim no. 2886)

Bab: “Apabila dua Muslim saling bertemu dengan pedang”

7083. Dari Abu Bakroh Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rosulullah bersabda:

«إِذَا تَوَاجَهَ المُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَكِلاَهُمَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ» قِيلَ: فَهَذَا القَاتِلُ، فَمَا بَالُ المَقْتُولِ؟ قَالَ: «إِنَّهُ أَرَادَ قَتْلَ صَاحِبِهِ»

“Apabila dua Muslim bertemu dengan pedangnya, maka keduanya termasuk penduduk Neraka.” Ada yang bertanya: “Yang ini pembunuh (jelas), lantas apa salah yang terbunuh?” Jawab beliau: “Dia ingin membunuh saudaranya.” (HR. Muslim no. 2888)

Bab: Bagaimana jika tidak ada jamaah?

7084. Dari Hudzaifah bin Al-Yaman Rodhiyallahu ‘Anhama, ia berkata:

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ، مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ، فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الخَيْرِ، فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: «نَعَمْ» قُلْتُ: وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ؟ قَالَ: «نَعَمْ، وَفِيهِ دَخَنٌ» قُلْتُ: وَمَا دَخَنُهُ؟ قَالَ: «قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي، تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ» قُلْتُ: فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: «نَعَمْ، دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا، قَالَ: «هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا، وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا» قُلْتُ: فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟ قَالَ: «تَلْزَمُ جَمَاعَةَ المُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ» قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ؟ قَالَ: «فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ، حَتَّى يُدْرِكَكَ المَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ»

Manusia bertanya Rosulullah tentang kebaikan (keutamaan amal), sementara aku bertanya kepada beliau tentang keburukan (fitnah) karena khawatir aku menjumpainya. Aku bertanya: “Wahai Rosulullah, kami dahulu di dalam jahiliyah dan keburukan lalu Allah mendatangkan kepada kami kebaikan ini (iman dan ilmu), apakah setelah kebaikan ini muncul keburukan?” Jawab beliau: “Ya.” Aku bertanya: “Apakah setelah keburukan ini muncul kebaikan?” Jawab beliau: “Ya, tetapi mengandung asap (tidak murni karena bercampur kebid’ahan).” Aku bertanya: “Apa bentuk asap tersebut?” Jawab beliau: “Kaum yang mengambil petunjuk dari selainku, kamu mengenali itu dari mereka dan mengingkarinya.” Aku bertanya: “Apakah setelah kebaikan ini muncul keburukan?” Jawab beliau: “Ya, yaitu para dai yang menyeru kepada pintu-pintu Jahannam. Siapa yang menyambut seruan mereka akan dilempar ke dalamnya.” Aku bertanya: “Wahai Rosulullah, sebutkan ciri-ciri mereka kepada kami.” Beliau menjawab: “Mereka dari kulit kita (orang Islam) dan berbicara dengan bahasa kita (pinter retorika atau berilmu).” Aku bertanya: “Apa yang Anda perintahkan jika aku menjumpai mereka?” Jawab beliau: “Tetaplah bersama jamaah Muslimin dan pemimpinnya.” Aku  bertanya: “Bagaimana jika mereka tidak memiliki jamaah dan pemimpin?” Jawab beliau: “Menjauhlah dari semua kelompok, meskipun kamu menggigit akar pohon sampai kamu dijemput kematian dalam keadaan itu.” (HR. Muslim no. 1847)

Bab: Dibencinya memperbesar fitnah dan kezoliman

7058. Dari Abul Aswad, ia berkata: sekelompok pasukan hendak menyerang penduduk Madinah, sementara aku didaftarkan sebagai pasukan di dalamnya. Maka aku menemui Ikrimah. Aku mengabarkan itu kepadanya dan ia sangat keras melarangya lalu berkata: Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhama mengabarkan kepadaku bahwa beberapa orang dari Muslimin bermukim bersama orang-orang musyrik sehingga memperbanyak jumlah mereka dalam melawan Rosulullah . Tiba-tiba sebuah panah melesat mengenai salah seorang dari mereka atau sebuah pedang terhunus mengenainya. Maka Allah menurunkan firman-Nya:

{إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ المَلاَئِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ ...}

“Orang-orang yang diwafatkan Malaikat dengan menzolimi diri sendiri (enggan hijroh), Malaikat berkata: ‘Kenapa kalian demikian?’ Jawab mereka: ‘Kami tertindas di bumi orang kafir.’ Malaikat berkata: ‘Bukankah bumi Allah luas sehingga kalian bisa berhijroh?’ Mereka tempatnya di Jahannam dan itulah tempat kembali terburuk.” (QS. An-Nisa: 97)[2]

Bab: Jika tersisa manusia terburuk

7086. Dari Hudzaifah Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rosulullah mengabarkan kepada kami dua hadits, aku telah melihat salah satunya terjadi dan aku sedang menunggu  terjadinya yang kedua. Beliau mengabarkan kepada kami:

«أَنَّ الأَمَانَةَ نَزَلَتْ فِي جَذْرِ قُلُوبِ الرِّجَالِ، ثُمَّ عَلِمُوا مِنَ القُرْآنِ، ثُمَّ عَلِمُوا مِنَ السُّنَّةِ»

“Amanah singgah di hati manusia. Lalu mereka mengenal Quran lalu mengenal Sunnah.”

Beliau mengabarkan kepada kami tentang diangkatnya amanah:

«يَنَامُ الرَّجُلُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ الأَمَانَةُ مِنْ قَلْبِهِ، فَيَظَلُّ أَثَرُهَا مِثْلَ أَثَرِ الوَكْتِ، ثُمَّ يَنَامُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ فَيَبْقَى فِيهَا أَثَرُهَا مِثْلَ أَثَرِ المَجْلِ، كَجَمْرٍ دَحْرَجْتَهُ عَلَى رِجْلِكَ فَنَفِطَ، فَتَرَاهُ مُنْتَبِرًا وَلَيْسَ فِيهِ شَيْءٌ، وَيُصْبِحُ النَّاسُ يَتَبَايَعُونَ، فَلاَ يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي الأَمَانَةَ، فَيُقَالُ: إِنَّ فِي بَنِي فُلاَنٍ رَجُلًا أَمِينًا، وَيُقَالُ لِلرَّجُلِ: مَا أَعْقَلَهُ وَمَا أَظْرَفَهُ وَمَا أَجْلَدَهُ، وَمَا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ

“Seseorang tidur dan tiba-tiba amanah dicabut dari hatinya hingga bekasnya hanya sedikit sekali. Lalu ia tidur lagi dan tiba-tiba amanah dicabut dari hatinya hingga bekasnya seperti sebesar kapalan pada tangan, (atau) ia bagaikan batu yang kamu gesekkan di kakimu hingga menimbulkan bekas kapalan. Kamu melihatnya mengepal tetapi tidak ada gunanya sama sekali. Manusia saling jual beli tetapi hampir tidak ada yang amanah. Dikatakan: ‘Di bani fulan ada orang yang amanah,’ dan lelaki itu dipuji-puji: ‘Alangkah cerdasnya ia, alangkah ahlinya ia, alangkah kuatnya ia,’ padahal di hatinya tidak ada iman meskipun sebesar biji.”

وَلَقَدْ أَتَى عَلَيَّ زَمَانٌ، وَلاَ أُبَالِي أَيُّكُمْ بَايَعْتُ، لَئِنْ كَانَ مُسْلِمًا رَدَّهُ عَلَيَّ الإِسْلاَمُ، وَإِنْ كَانَ نَصْرَانِيًّا رَدَّهُ عَلَيَّ سَاعِيهِ، وَأَمَّا اليَوْمَ: فَمَا كُنْتُ أُبَايِعُ إِلَّا فُلاَنًا وَفُلاَنًا

Aku mengalami sebuah masa (para Sohabat) dan aku tidak peduli jual beli kepada siapapun dari mereka (karena amanah). Jika ia Muslim, agamanya akan mendorongnya untuk mengembalikan hakku. Jika ia seorang Nashoro (atau Yahudi), maka walinya (Muslim) akan mengembalikan hakku. Adapun hari ini (paska pemberontakan pada Kholifah Utsman), aku tidak mau berjual beli kecuali kepada fulan dan fulan saja (karena sedikitnya yang amanah). (HR. Muslim no. 143)

Bab: Menghindar dari fitnah

7087. Dari Yazid bin Abi Ubaid, dari Salamah bin Al-Akwa’ Rodhiyallahu ‘Anhu, ia menemui Al-Hajjaj dan ia berkata: “Hai putra Al-Akwa’, kamu telah murtad karena bermukim di pedalaman (enggan terlibat di fitnah).” Ia menjawab:

لاَ، وَلَكِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «أَذِنَ لِي فِي البَدْوِ»

“Tidak. Akan tetapi Rosulullah mengizinkanku hidup di pedalaman.”

Yazid  bin Abi Ubaid berkata: “Ketika Utsman bin Affan terbunuh, Salamah bin Al-Akwa’ keluar menuju Robadzah (kampung pedalaman). Ia menikahi wanita di sana dan melahirkan anak-anaknya. Ia senantiasa di sana hingga beberapa hari sebelum wafat, ia tinggal di Madinah.” (HR. Muslim no. 1862)

7088. Dari Abu Said Al-Khudri Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rosulullah bersabda:

«يُوشِكُ أَنْ يَكُونَ خَيْرَ مَالِ المُسْلِمِ غَنَمٌ يَتْبَعُ بِهَا شَعَفَ الجِبَالِ وَمَوَاقِعَ القَطْرِ، يَفِرُّ بِدِينِهِ مِنَ الفِتَنِ»

“Sudah dekat waktunya, harta terbaik seorang Muslim adalah domba yang digembalakan di puncak gunung dan tempat-tempat penampungan air, lari menyelamatkan agamanya dari fitnah.”

Bab: Berlindung dari fitnah

7089. Dari Qotadah, dari Anas Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:

سَأَلُوا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَحْفَوْهُ بِالْمَسْأَلَةِ، فَصَعِدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ المِنْبَرَ فَقَالَ: «لاَ تَسْأَلُونِي عَنْ شَيْءٍ إِلَّا بَيَّنْتُ لَكُمْ» فَجَعَلْتُ أَنْظُرُ يَمِينًا وَشِمَالًا، فَإِذَا كُلُّ رَجُلٍ لاَفٌّ رَأْسَهُ فِي ثَوْبِهِ يَبْكِي، فَأَنْشَأَ رَجُلٌ، كَانَ إِذَا لاَحَى يُدْعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ، فَقَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ مَنْ أَبِي؟ فَقَالَ: «أَبُوكَ حُذَافَةُ» ثُمَّ أَنْشَأَ عُمَرُ فَقَالَ: رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا، نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ سُوءِ الفِتَنِ

Orang-orang bertanya kepada Nabi hingga berlebihan dalam bertanya. Nabi menaiki mimbar pada suatu hari dan berkata: “Tidaklah kalian bertanya kepadaku tentang apapun kecuali aku menjawabnya untuk kalian.” Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, ternyata setiap orang menyelimutkan pakaiannya ke kepala sambil menangis (karena kemarahan Rosulullah ). Tiba-tiba ada orang yang jika sedang bertengkar dipanggil dengan selain nama ayahnya dan ia berkata: “Wahai Nabi Allah, siapakah ayahku?” Jawab beliau: “Ayahmu Hudzafah.” Lalu Umar segera berkata: “Kami ridho Allah sebagai Rob, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rosul. Kami berlindung dari keburukan fitnah.”

Nabi bersabda:

«مَا رَأَيْتُ فِي الخَيْرِ وَالشَّرِّ كَاليَوْمِ قَطُّ، إِنَّهُ صُوِّرَتْ لِي الجَنَّةُ وَالنَّارُ، حَتَّى رَأَيْتُهُمَا دُونَ الحَائِطِ»

“Aku tidak pernah melihat kebaikan dan keburukan yang seperti hari ini. Surga dan Neraka ditampakkan kepadaku hingga aku melihatnya di tembok itu.”

Qotadah menyebutkan hadits ini pada ayat:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ}

“Hai orang-orang beriman, kalian jangan bertanya tentang segala hal yang jika dijelaskan kepada kalian justru menyusahkan kalian sendiri.” (QS. Al-Maidah: 101) (HR. Muslim no. 2359)

Bab: “Fitnah muncul dari arah timur”

7092. Dari Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhama, dari Nabi bahwa beliau berdiri di samping mimbar dan bersabda:

«الفِتْنَةُ هَا هُنَا الفِتْنَةُ هَا هُنَا، مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ، - أَوْ قَالَ: قَرْنُ الشَّمْسِ»

“Fitnah muncul dari sana, fitnah muncul dari sana, dari tempat munculnya tanduk setan atau tanduk matahari.” (HR. Muslim no. 2905)

7094. Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhama, ia berkata: Nabi bersabda:

«اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَأْمِنَا، اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي يَمَنِنَا» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَفِي نَجْدِنَا؟ قَالَ: «اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَأْمِنَا، اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي يَمَنِنَا» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَفِي نَجْدِنَا؟ فَأَظُنُّهُ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ: «هُنَاكَ الزَّلاَزِلُ وَالفِتَنُ، وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ»

“Ya Allah, berkahilah Syam untuk kami. Ya Allah berkahilah Yaman untuk kami.” Mereka berkata: “Ya Rosulullah, juga  pada Najd (Irak) kami.” Beliau berdoa: “Ya Allah, berkahilah Syam untuk kami. Ya Allah berkahilah Yaman untuk kami.” Mereka berkata: “Ya Rosulullah, juga  pada Najd (Irak) kami.” Aku mengira beliau bersabda pada ketiga kalinya: “Di sana terjadi kegoncangan (iman) dan fitnah (pembunuhan). Di sana muncul tanduk setan.”

7095. Dari Said bin Jubair, ia berkata: Abdullah bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhama keluar menemui kami dan kami berharap ia menyampaikan hadits yang bagus kepada kami. Ternyata seseorang mendahului kami dan berkata: “Hai Abu Abdirrohman, sampaikan hadits kepada kami tentang berperang dalam masa fitnah, karena Allah berfirman:

{وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ}

‘Peragilah mereka sampai tidak ada fitnah.’” (QS. Al-Anfal: 39)

Ia menjawab:

هَلْ تَدْرِي مَا الفِتْنَةُ، ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ؟ «إِنَّمَا كَانَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَاتِلُ المُشْرِكِينَ وَكَانَ الدُّخُولُ فِي دِينِهِمْ فِتْنَةً، وَلَيْسَ كَقِتَالِكُمْ عَلَى المُلْكِ»

“Tahukah kamu apa itu fitnah? Ibumu kehilangan dirimu (ungkapan marah). Dahulu Muhammad hanya memerangi orang-orang musyrik, karena keberadaan mereka di agama kesyirikan adalah fitnah, bukan seperti peperangan kalian melawan raja-raja (pemimpin Muslimin).”

Bab: Fitnah yang menerjang bagaikan ombak

Kholaf bin Hausyab berkata: mereka (Sohabat dan Tabiin) suka menyenandungkan bait syair ini ketika terjadi fitnah. Umru-ul Qois berkata:

الحَرْبُ أَوَّلُ مَا تَكُونُ فَتِيَّةً ... تَسْعَى بِزِينَتِهَا لِكُلِّ جَهُولِ

Awal terjadi peperangan bagaikan rupa seorang gadis … yang berusaha menggoda orang bodoh dengan perhiasannya

حَتَّى إِذَا اشْتَعَلَتْ وَشَبَّ ضِرَامُهَا ... وَلَّتْ عَجُوزًا غَيْرَ ذَاتِ حَلِيلِ

Hingga apabila rambutnya sudah memutih dan beruban … ia  pergi sebagai gadis tua yang tidak bersuami (tidak menikahi seorang pun dari orang bodoh tersebut)

شَمْطَاءَ يُنْكَرُ لَوْنُهَا وَتَغَيَّرَتْ ... مَكْرُوهَةً لِلشَّمِّ وَالتَّقْبِيلِ

Dia wanita syamtho yang diingkari warna kulitnya karena sudah berubah menua … Ia tidak lagi disukai untuk dihirup aromanya maupun dicium.

7096. Dari Syaqiq, ia berkata: aku mendengar Hudzaifah Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: ketika kami duduk bersama Umar, tiba-tiba ia berkata: “Siapa di antara kalian yang hafal hadits Rosulullah tentang fitnah?” Hudzaifah menjawab:

«فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ، تُكَفِّرُهَا الصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ، وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ المُنْكَرِ»

“Fitnah seseorang pada keluarganya, hartanya, anaknya, tetangganya, dihapus oleh sholat, sedekah (zakat), amar ma’ruf dan nahi munkar.”

Umar berkata: “Bukan itu yang aku tanyakan. Yang aku tanyakan fitnah yang menerpa bagaikan gelombang.” Hudzaifah berkata: “Fitnah tersebut tidak berkaitan denganmu wahai Amirul Mukminin, antara Anda dan fitnah tersebut terdapat pintu tertutup.” Umar bertanya: “Pintu itu nanti dirusak (didobrak) atau dibuka?” Jawabnya: “Bahkan dirusak.” Umar berkata: “Kalau begitu, pintu itu tidak akan bisa ditutup lagi selamanya.” Hudzaifah berkata: “Benar.” Kami bertanya kepada Hudzaifah: “Apakah Umar mengetahui pintu itu?” Jawabnya: “Ya, sebagaimana dia tahu sebelum hari ini adalah malam. Demikian karena aku menyampaikan hadits yang tidak sukar dipahami.” Kami (Syaqiq) sungkan untuk menanyakan siapakah yang dimaksud pintu tersebut maka kami memerintahkan Masruq untuk bertanya kepada Hudzaifah siapakah pintu tersebut? Hudzaifah menjawab: “Umar.” (HR. Muslim no. 144)

7097. Dari Abu Musa Al-Asy’ari Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: suatu hari Nabi keluar menuju salah satu kebun berpagar di Madinah untuk suatu keperluan. Aku keluar mengikuti beliau. Ketika beliau telah memasuki kebun tersebut, aku duduk di pintunya dan berkata: “Hari ini aku akan menjadi penjaga pintu Nabi .” Ini tanpa perintah beliau. Nabi pergi untuk buang hajat lalu duduk di tepi sumur hingga tersingkap dua betisnya dan menjulurkannya ke tepi sumur. Abu Bakar datang meminta izin untuk masuk. Aku berkata: “Tetaplah di sini sampai aku mintakan izin untukmu.” Dia berdiri dan aku mendatangi Nabi dan berkata: “Wahai Nabi Allah, Abu Bakar datang meminta izin bertemu dengan Anda.” Jawab beliau:

«ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ»

“Izinkan ini dan sampaikan kabar gembira untuknya Surga.” Dia masuk dan menempati posisi sebelah kanan Nabi . Dia membuka dua betisnya dan menjulurkannya di tepi sumur.

Umar datang dan aku berkata: “Tetaplah di sini hingga aku mintakan izin untukmu.” Nabi bersabda:

«ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ»

“Izinkan dia dan sampaikan kabar gembira untuknya Surga.” Dia datang dan menempati posisi sebelah kiri Nabi . Dia membuka dua betisnya dan menjulurkannya ke tepi sumur. Maka tepi sumur penuh dan tidak ada tempat lagi.

Lalu Utsman datang dan aku berkata: “Tetaplah kamu di sini hingga kumintakan izin untukmu.” Nabi bersabda:

«ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ، مَعَهَا بَلاَءٌ يُصِيبُهُ»

“Izinkan dia dan sampaikan kabar gembira untuknya Surga, beserta bala yang akan menimpanya.” Ia pun masuk tetapi tidak mendapatkan tempat. Maka ia berpindah posisi ke belakang mereka di tepi sumur. Ia membuka betisnya dan menjulurkannya ke sumur. Aku berharap saudaraku (datang) dan aku berdoa kepada Allah agar mendatangkannya.

Ibnu Al-Musayyib berkata: aku mentakwil itu sebagai kuburan mereka. Mereka berdua berkumpul (di kamar Aisyah), sementara Utsman berbeda tempat (pekaman Baqi). (HR. Muslim no. 2403)

7098. Dari Abu Wail (Syaqiq), ia berkata: ada yang berkata kepada Usamah (bin Zaid) Rodhiyallahu ‘Anhama: “Tidakkah engkau berbicara kepada orang ini (menasihati Kholifah Utsman bin Affan)?” Ia berkata: “Aku telah berbicara empat mata dengannya, tanpa perlu aku membuka pintu yang menjadikan aku orang pertama yang membukanya (yakni menyebarkan rahasia percakapan dengan pemimpin). Aku bukan tipe orang yang berkata kepada seseorang yang telah menjadi pemimpin tentang dua orang bahwa ‘Anda yang terbaik’, setelah aku mendengar Rosulullah bersabda:

«يُجَاءُ بِرَجُلٍ فَيُطْرَحُ فِي النَّارِ، فَيَطْحَنُ فِيهَا كَطَحْنِ الحِمَارِ بِرَحَاهُ، فَيُطِيفُ بِهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُولُونَ: أَيْ فُلاَنُ، أَلَسْتَ كُنْتَ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ المُنْكَرِ؟ فَيَقُولُ: إِنِّي كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ أَفْعَلُهُ، وَأَنْهَى عَنِ المُنْكَرِ وَأَفْعَلُهُ»

“Kelak akan didatangkan seseorang yang dilempar ke Neraka. Ia disika berat di dalamnya sebagaimana keledai menggiling dengan alat penggiling. Penduduk Neraka mengerumuninya dan berkata: ‘Hai fulan, bukankah dahulu kamu menyuruh kebaikan dan melarang kemungkaran?’ Ia menjawab: ‘Dulu aku menyuruh kebaikan dan aku sendiri tidak melakukannya, dan aku melarang kemungkaran dan aku sendiri melakukannya.’” (HR. Muslim no. 2989)

7099. Dari Abu Bakroh Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Allah memberi aku manfaat dengan kalimat pada hari perang Jamal. Ketika sampai kabar ke Nabi bahwa Persia mengangkat putri Kisro sebagai ratu mereka, beliau bersabda:

«لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً»

“Tidak akan beruntung suatu kaum yang dipimpin oleh seorang wanita.”

7100. Abu Maryam Abdullah bin Ziyad Al-Asadi berkata: ketika Tholhah, Az-Zubair, Aisyah M dalam perjalanan menuju Bashroh, Ali mengutus Ammar bin Yasir dan Hasan bin Ali M hingga tiba di Kufah menemui kami. Keduanya menaiki mimbar. Hasan bin Ali di atas mimbar bagian atas sementara Ammar berdiri lebih rendah dari Hasan. Kami berkumpul kepadanya. Aku mendengar Ammar berkata:

«إِنَّ عَائِشَةَ قَدْ سَارَتْ إِلَى البَصْرَةِ، وَوَاللَّهِ إِنَّهَا لَزَوْجَةُ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَلَكِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ابْتَلاَكُمْ، لِيَعْلَمَ إِيَّاهُ تُطِيعُونَ أَمْ هِيَ»

“Aisyah dalam perjalanan menuju Bashroh (meminta dukungan penduduknya untuk ke Kufah menemui Ali menuntut darah Utsman). Demi Allah, ia adalah istri Nabi kalian di dunia dan Akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala hendak menguji kalian, apakah kalian mentaati Ali atau mentaatinya?”

7102. Abu Wail berkata: Abu Musa dan Abu Mas’ud menemui Ammar ketika ia diutus oleh Ali ke penduduk Kufah untuk mengajak mereka berperang. Keduanya berkata:

مَا رَأَيْنَاكَ أَتَيْتَ أَمْرًا أَكْرَهَ عِنْدَنَا مِنْ إِسْرَاعِكَ فِي هَذَا الأَمْرِ مُنْذُ أَسْلَمْتَ

“Kami tidak melihatmu melakukan perkara yang lebih kami benci di sisi kami dari segeranya dirimu pada perkara ini (terlibat fitnah) semenjak kamu masuk Islam.” Ammar membalas:

«مَا رَأَيْتُ مِنْكُمَا مُنْذُ أَسْلَمْتُمَا أَمْرًا أَكْرَهَ عِنْدِي مِنْ إِبْطَائِكُمَا عَنْ هَذَا الأَمْرِ»

“Aku tidak melihat dari kalian semenjak kalian masuk Islam sebuah perkara yang lebih aku benci di sisiku melebihi lambatnya kalian berdua dari perkara ini.” Lalu Abu Mas’ud memberi keduanya masing-masing sepasang pakain lalu pergi ke Masjid (untuk Jum’atan).

Bab: Jika Allah menurunkan adzab kepada suatu kaum

7108. Dari Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhama, ia berkata: Rosulullah bersabda:

«إِذَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِقَوْمٍ عَذَابًا، أَصَابَ العَذَابُ مَنْ كَانَ فِيهِمْ، ثُمَّ بُعِثُوا عَلَى أَعْمَالِهِمْ»

“Apabila Allah menurunkan adzab kepada suatu kaum maka adzab itu akan mengenai siapa saja yang bersama mereka lalu mereka dibangkitkan sesuai amalnya.” (HR. Muslim no. 2879)

Bab: “Anakku ini adalah pemimpin. Semoga Allah mendamaikan dua kelompok Muslimin lewat dirinya”

7109. Hasan (Al-Bashri) berkata: ketika Hasan bin Ali Rodhiyallahu ‘Anhama berangkat menuju Muawiyah membawa lautan pasukan, Amr bin Al-Ash berkata kepada Muawiyah: “Aku melihat lautan pasukan itu tidak akan mundur sampai menumpas pasukan kita (maka kita harus menyerang balik mereka).” Muawiyah berkata: “Lantas siapa yang nanti mengurus anak-anak Muslimin (rakyat Muawiyah)?” Amr berkata: “Aku.” Abdullah bin Amr dan Abdurrohman bin Samuroh berkata: “Kami akan menemui Hasan (bin Ali bin Abi Tholib) dan meminta kepadanya perdamaian.” Hasan (Al-Bashri) berkata: aku mendengar Abu Bakroh (Nufai’ bin Al-Harits) berkata: ketika Nabi berkhutbah, Hasan (bin Ali) datang dan Nabi bersabda:

«ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ، وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنَ المُسْلِمِينَ»

“Anakku ini  adalah pemimpin. Semoga Allah mendamaikan dua kelompok besar dari Muslimin lewat dirinya.”

7110. Dari Harmalah maula (mantan budak) Usamah, ia berkata: Usamah mengutusku ke Ali dan berpesan: “Ali akan bertanya kepadamu: ‘Apa sebab kawanmu (Usamah) terlambat (enggan terlibat dalam peperangan)?’ Maka jawabnya bahwa Usamah menjawab:

«لَوْ كُنْتَ فِي شِدْقِ الأَسَدِ لَأَحْبَبْتُ أَنْ أَكُونَ مَعَكَ فِيهِ، وَلَكِنَّ هَذَا أَمْرٌ لَمْ أَرَهُ»

‘Seandainya engkau di mulut singa, sungguh aku suka bersamamu di sana, tetapi ini (fitnah) perkara yang aku tidak setujui.’ Ali tidak memberiku apa-apa. Lalu aku pergi menemui Hasan, Husain, putra Ja’far dan mereka memenuhi (makanan atau kebutuhan) di kendaraanku.

Bab: Jika berbicara sesuatu pada seseorang lalu ketika keluar bicara menyelisihinya

7111. Dari Nafi, ia berkata: ketika penduduk Madinah melepas baiat Yazid bin Muawiyah, Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhama mengumpulkan keluarga dan anak-anaknya dan berkata: aku mendengar Nabi bersabda:

«يُنْصَبُ لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ يَوْمَ القِيَامَةِ»

“Akan ditancapkan bendera untuk setiap penghianat pada hari Kiamat.” (HR. Muslim no. 1735)

Kita telah membaiat lelaki ini di atas baiat Allah dan Rosul-Nya. Aku tidak tahu ada pengkhianatan yang lebih besar dari seseorang yang membaiat lelaki di atas baiat Allah dan Rosul-Nya lalu menancapkan pemberontakan kepadanya. Sungguh tidaklah aku tahu seseorang dari kalian yang melepas baiatnya dan tidak pula membaiat perkara ini melainkan aku dan dirinya berpisah.

7112. Dari Abul Minhal, ia berkata: ketika Ibnu Ziyad (bin Abu Sufyan) dan Marwan (menguasai) Syam, Ibnu Az-Zubair menguasai Makkah, para qorro (ahli baca Quran) menguasai Bashroh, aku bersama ayahku berangkat menemui Abu Barzah Al-Aslami Rodhiyallahu ‘Anhu. Kami memasuki rumahnya saat dia duduk di bawah sebuah naungan dari kayu. Kami duduk mendekat darinya. Ayahku memulai meminta hadits darinya dengan berkata: “Hai Abu Barzah, tidakkah Anda melihat apa yang terjadi pada manusia?” Yang pertama kali aku dengar dari jawabannya adalah:

«إِنِّي احْتَسَبْتُ عِنْدَ اللَّهِ أَنِّي أَصْبَحْتُ سَاخِطًا عَلَى أَحْيَاءِ قُرَيْشٍ، إِنَّكُمْ يَا مَعْشَرَ العَرَبِ، كُنْتُمْ عَلَى الحَالِ الَّذِي عَلِمْتُمْ مِنَ الذِّلَّةِ وَالقِلَّةِ وَالضَّلاَلَةِ، وَإِنَّ اللَّهَ أَنْقَذَكُمْ بِالإِسْلاَمِ وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حَتَّى بَلَغَ بِكُمْ مَا تَرَوْنَ، وَهَذِهِ الدُّنْيَا الَّتِي أَفْسَدَتْ بَيْنَكُمْ، إِنَّ ذَاكَ الَّذِي بِالشَّأْمِ، وَاللَّهِ إِنْ يُقَاتِلُ إِلَّا عَلَى الدُّنْيَا، وَإِنَّ هَؤُلاَءِ الَّذِينَ بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ، وَاللَّهِ إِنْ يُقَاتِلُونَ إِلَّا عَلَى الدُّنْيَا، وَإِنْ ذَاكَ الَّذِي بِمَكَّةَ وَاللَّهِ إِنْ يُقَاتِلُ إِلَّا عَلَى الدُّنْيَا»

“Aku berharap pahala dari Allah atas kemarahanku atas orang-orang Quroisy. Kalian wahai bangsa Arob, dahulu kalian berada dalam keadaan yang sudah kalian tahu sendiri dari kehinaan, kekurangan, dan kesesatan. Lalu Allah menyelamatkan kalian lewat Islam dan Muhammad hingga mencapai apa yang kalian lihat (dari kemulian, kelapangan, hidayah). Inilah dunia, yang telah merusak kalian. Yang di Syam, demi Allah, ia tidak berperang kecuali untuk dunia. Mereka yang di tengah kalian (Bashroh), demi Allah, mereka tidak berperang kecuali untuk dunia. Yang di Makkah, demi Allah, ia tidak berperang kecuali untuk dunia.”

7113. Dari Hudzaifah bin Al-Yaman Rodhiyallahu ‘Anhama, ia berkata:

«إِنَّ المُنَافِقِينَ اليَوْمَ شَرٌّ مِنْهُمْ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانُوا يَوْمَئِذٍ يُسِرُّونَ وَاليَوْمَ يَجْهَرُونَ»

“Orang-orang munafik sekarang lebih buruk dari orang-orang munafik di zaman Nabi . Mereka di waktu itu sembunyi-sembunyi, sementara orang-orang munafik hari ini terang-terangan.”

7114. Dari Hudzaifah Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:

«إِنَّمَا كَانَ النِّفَاقُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَمَّا اليَوْمَ فَإِنَّمَا هُوَ الكُفْرُ بَعْدَ الإِيمَانِ»

“Kemunafikan hanya ada di zaman Nabi . Adapun sekarang, yang ada hanyalah kekafiran setelah beriman.”

Bab: Tidak terjadi Kiamat hingga penghuni kubur membuat iri

7115. Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ: يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ

“Kiamat tidak terjadi kecuali seseorang melewati kuburan orang lain lalu berkata: ‘Andai aku yang menempati ini.’” (HR. Muslim no. 157)

Bab: Zaman berubah hingga berhala disembah lagi

7116. Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rosulullah bersabda:

«لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَضْطَرِبَ أَلَيَاتُ نِسَاءِ دَوْسٍ عَلَى ذِي الخَلَصَةِ» وَذُو الخَلَصَةِ طَاغِيَةُ دَوْسٍ الَّتِي كَانُوا يَعْبُدُونَ فِي الجَاهِلِيَّةِ

“Tidak akan terjadi hari Kiamat hingga pinggang wanita suku Daus bergoyang (menyembah) kepada Dzul Khulashoh.” Dzul Khulashoh adalah berhala suku Daus yang dahulu pernah mereka sembah di masa jahiliyyah. (HR. Muslim no. 2906)

7117. Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, Nabi bersabda:

«لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَخْرُجَ رَجُلٌ مِنْ قَحْطَانَ، يَسُوقُ النَّاسَ بِعَصَاهُ»

“Tidak terjadi Kiamat hingga seseorang dari Qohthon menggiring manusia dengan tongkatnya.” (HR. Muslim no. 2910)

Bab: Keluarnya api

Anas Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: Nabi bersabda:

«أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ نَارٌ تَحْشُرُ النَّاسَ مِنَ المَشْرِقِ إِلَى المَغْرِبِ»

“Awal tanda Kiamat adalah api yang keluar dari timur ke barat.”

7118. Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: Rosulullah bersabda:

«لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَخْرُجَ نَارٌ مِنْ أَرْضِ الحِجَازِ تُضِيءُ أَعْنَاقَ الإِبِلِ بِبُصْرَى»

“Tidak akan terjadi Kiamat sampai keluar api dari tanah Hijaz yang menerangi leher-leher unta di Bushro (daerah di Syam dan telah terjadi pada 654 H).” (HR. Muslim no. 2902)

7119. Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu: Rosulullah bersabda:

«يُوشِكُ الفُرَاتُ أَنْ يَحْسِرَ عَنْ كَنْزٍ مِنْ ذَهَبٍ، فَمَنْ حَضَرَهُ فَلاَ يَأْخُذْ مِنْهُ شَيْئًا»

“Sudah dekat waktunya sungat Furot (Eufrot di selatan Syam) menampakkan harta simpanan dari emas. Siapa yang hadir di sana maka jangan mengambil apapun darinya.” (HR. Muslim no. 2894)

Dalam riwayat lain:

«يَحْسِرُ عَنْ جَبَلٍ مِنْ ذَهَبٍ»

“Menampakkan gunung dari emas.”

7120. Dari Haritsah bin Wahb Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: aku mendengar Rosulullah bersabda:

«تَصَدَّقُوا فَسَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَمْشِي الرَّجُلُ بِصَدَقَتِهِ، فَلاَ يَجِدُ مَنْ يَقْبَلُهَا»

“Bersedekahlah. Akan datang zaman kepada manusia, seseorang berjalan membawa sedekahnya dan tidak menemukan orang yang mau menerimanya.” (HR. Muslim no. 1011)

7121. Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, Rosulullah bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَقْتَتِلَ فِئَتَانِ عَظِيمَتَانِ، يَكُونُ بَيْنَهُمَا مَقْتَلَةٌ عَظِيمَةٌ، دَعْوَتُهُمَا وَاحِدَةٌ

Tidak akan terjadi hari Kiamat hingga dua kelompok besar berperang dan terjadi korban yang besar di antara keduanya. Seruan mereka satu.

وَحَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ، قَرِيبٌ مِنْ ثَلاَثِينَ، كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ

Dan hingga muncul para dajjal pendusta, yang mendekati 30 orang. Masing-masing mengaku sebagai utusan Allah. (HR. Muslim no. 1011)

وَحَتَّى يُقْبَضَ العِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ، وَتَظْهَرَ الفِتَنُ، وَيَكْثُرَ الهَرْجُ: وَهُوَ القَتْلُ

Dan hingga ilmu diangkat (dengan wafatnya ulama), banyak gempa, waktu berdekatan (sangat singkat), muncul banyak fitnah, banyak harj yaitu pembunuhan.

وَحَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمُ المَالُ فَيَفِيضَ حَتَّى يُهِمَّ رَبَّ المَالِ مَنْ يَقْبَلُ صَدَقَتَهُ، وَحَتَّى يَعْرِضَهُ عَلَيْهِ، فَيَقُولَ الَّذِي يَعْرِضُهُ عَلَيْهِ: لاَ أَرَبَ لِي بِهِ

Dan hingga harta melimpah di tengah kalian dan merata, hingga pemilik harta kesulitan mendapatkan orang yang menerima sedekahnya. Hingga ia menawarkan kepada seseorang lalu orang tersebut menjawab: ‘Aku tidak membutuhkannya.’

وَحَتَّى يَتَطَاوَلَ النَّاسُ فِي البُنْيَانِ

Dan hingga manusia berlomba-lomba meninggikan bangunan.

وَحَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ: يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ

Dan hingga seseorang melewati kuburan orang lain lalu berkata: ‘Seandainya aku yang menempati kubur ini.’

وَحَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتْ وَرَآهَا النَّاسُ آمَنُوا أَجْمَعُونَ، فَذَلِكَ حِينَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ، أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا

Dan hingga matahari terbit dari barat. Apabila ia terbit dari barat dan manusia melihatnya maka mereka beriman semuanya. Waktu itu tidak lagi bermanfaat iman seseorang yang belum beriman sebelumnya atau belum beramal kebaikan saat beriman.

وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ نَشَرَ الرَّجُلاَنِ ثَوْبَهُمَا بَيْنَهُمَا، فَلاَ يَتَبَايَعَانِهِ وَلاَ يَطْوِيَانِهِ

Dan Kiamat benar-benar terjadi saat dua orang menghamparkan pakaian di antara keduanya (untuk jual beli) lalu tidak terjadi jual beli dan tidak pula melipatnya.

وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدِ انْصَرَفَ الرَّجُلُ بِلَبَنِ لِقْحَتِهِ فَلاَ يَطْعَمُهُ

Dan Kiamat benar-benar terjadi saat seseorang memerah susu hewannya dan tidak sempat meminumnya.

وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَهُوَ يُلِيطُ حَوْضَهُ فَلاَ يَسْقِي فِيهِ

Dan Kiamat benar-benar terjadi saat seseorang memperbaiki wadah air ternaknya dan tidak sempat memberi minum ternaknya.

وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ رَفَعَ أُكْلَتَهُ إِلَى فِيهِ فَلاَ يَطْعَمُهَا

Dan Kiamat benar-benar terjadi saat seseorang menyuapkan makanan ke mulutnya dan tidak sempat memakannya.”

Bab: Dajjal

7122. Al-Mughiroh bin Syu’bah Rodhiyallahu ‘Anhu berkata kepadaku: tidak ada seorang pun yang bertanya tentang Dajjal seperti pertanyaanku hingga beliau berkata kepadaku:

«مَا يَضُرُّكَ مِنْهُ»، قُلْتُ: لِأَنَّهُمْ يَقُولُونَ: إِنَّ مَعَهُ جَبَلَ خُبْزٍ، وَنَهَرَ مَاءٍ، قَالَ: «هُوَ أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ ذَلِكَ»

“Apa yang kamu khawatirkan darinya?” Kujawab: “Orang-orang mengatakan bahwa ia membawa gunung roti dan sungai air.” Beliau menjawab: “Dia lebih rendah di sisi Allah dari itu.” (HR. Muslim no. 2939)

7123. Dari Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhama, dari Nabi , bersabda:

«أَعْوَرُ عَيْنِ اليُمْنَى، كَأَنَّهَا عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ»

“Dajjal buta mata sebelah kanannya, seakan-akan matanya buah anggur yang menonjol.”

7124. Dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu, berkata: Nabi bersabda:

«يَجِيءُ الدَّجَّالُ، حَتَّى يَنْزِلَ فِي نَاحِيَةِ المَدِينَةِ، ثُمَّ تَرْجُفُ المَدِينَةُ ثَلاَثَ رَجَفَاتٍ، فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ كُلُّ كَافِرٍ وَمُنَافِقٍ»

“Dajjal datang hingga singgah di pojok Madinah lalu Madinah bergoncang sebanyak tiga kali. Setiap orang kafir dan munafik keluar menuju kepadanya.” (HR. Muslim no. 2943)

7125. Dari Abu Bakroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , bersabda:

«لاَ يَدْخُلُ المَدِينَةَ رُعْبُ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَلَهَا يَوْمَئِذٍ سَبْعَةُ أَبْوَابٍ، عَلَى كُلِّ بَابٍ مَلَكَانِ»

“Teror Masih Dajjal tidak bisa memasuki Madinah. Pada waktu itu, Madinah memiliki tujuh pintu gerbang. Masing-masing pintu gerbang dijaga dua Malaikat.”

7127. Abdullah bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhama berkata: Rosulullah berdiri di hadapan manusia lalu memuji Allah dengan pujian yang patut bagi-Nya. Lalu beliau menyebut Dajjal dan berkata:

«إِنِّي لَأُنْذِرُكُمُوهُ، وَمَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ، وَلَكِنِّي سَأَقُولُ لَكُمْ فِيهِ قَوْلًا لَمْ يَقُلْهُ نَبِيٌّ لِقَوْمِهِ، إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ»

“Aku memperingatkan kalian dengannya. Tidak ada seorang Nabi kecuali telah memperingatkannya pada umatnya. Akan tetapi aku akan menyampaikan kepada kalian ucapan yang belum pernah disampaikan seorang Nabi kepada kaumnya: ingatlah, dia buta dan Allah tidak buta.” (HR. Muslim no. 169)

7128. Dari Abdullah bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhama, bahwa Rosulullah bersabda:

بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ أَطُوفُ بِالكَعْبَةِ، فَإِذَا رَجُلٌ آدَمُ سَبْطُ الشَّعَرِ يَنْطُفُ - أَوْ يُهَرَاقُ - رَأْسُهُ مَاءً، قُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالُوا ابْنُ مَرْيَمَ، ثُمَّ ذَهَبْتُ أَلْتَفِتُ، فَإِذَا رَجُلٌ جَسِيمٌ أَحْمَرُ جَعْدُ الرَّأْسِ أَعْوَرُ العَيْنِ، كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ، قَالُوا: هَذَا الدَّجَّالُ أَقْرَبُ النَّاسِ بِهِ شَبَهًا ابْنُ قَطَنٍ رَجُلٌ مِنْ خُزَاعَةَ

“Ketika aku tidur, bermimpi berthowaf di Ka’bah. Ternyata ada lelaki berkulit sawo matang (kecokelatan), rambutnya bergelombang, air menetes dari rambutnya. Aku bertanya: ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab: ‘Putra Maryam.’ Lalu aku menoleh, rupanya ada lelaki gemuk, merah kulitnya, keriting rambutnya, buta mata sebelahnya, seakan-akan matanya buah anggur yang menonjol.’ Mereka berkata: ‘Ini Dajjal.’ (HR. Muslim no. 169)

7129. Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha berkata:

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَسْتَعِيذُ فِي صَلاَتِهِ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ»

Aku mendengar Rosulullah berlindung dalam sholatnya dari fitnah Dajjal. (HR. Muslim no. 587)

7130. Dari Hudzaifah Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , beliau bersabda tentang Dajjal:

«إِنَّ مَعَهُ مَاءً وَنَارًا، فَنَارُهُ مَاءٌ بَارِدٌ، وَمَاؤُهُ نَارٌ»

“Dia memiliki air dan api. Apinya adalah air yang dingin, sementara airnya adalah api.” (HR. Muslim no. 2934)

Abu Mas’ud Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: aku juga mendengarnya dari Rosulullah .

7131. Dari Anas Rodhiyallahu ‘Anhu, Nabi bersabda:

«مَا بُعِثَ نَبِيٌّ إِلَّا أَنْذَرَ أُمَّتَهُ الأَعْوَرَ الكَذَّابَ، أَلاَ إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ، وَإِنَّ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مَكْتُوبٌ كَافِرٌ»

“Tidak ada Nabi kecuali memperingatkan umatnya dari si buta pendusta. Ingatlah, ia buta sebelah matanya. Rob kalian tidak buta. Tertulis di antara dua matanya kafir.” (HR. Muslim no. 2933)

Juga dari Abu Huroiroh dan Ibnu Abbas, dari Nabi .

Bab: Dajjal tidak masuk Madinah

7132. Abu Said Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: Rosulullah menyampaikan pada suatu hari hadits yang panjang tentang Dajjal. Di antara yang beliau ceritakan:

يَأْتِي الدَّجَّالُ، وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْهِ أَنْ يَدْخُلَ نِقَابَ المَدِينَةِ، فَيَنْزِلُ بَعْضَ السِّبَاخِ الَّتِي تَلِي المَدِينَةَ، فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ يَوْمَئِذٍ رَجُلٌ، وَهُوَ خَيْرُ النَّاسِ - أَوْ مِنْ خِيَارِ النَّاسِ - فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّكَ الدَّجَّالُ الَّذِي حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثَهُ، فَيَقُولُ الدَّجَّالُ: أَرَأَيْتُمْ إِنْ قَتَلْتُ هَذَا، ثُمَّ أَحْيَيْتُهُ، هَلْ تَشُكُّونَ فِي الأَمْرِ؟ فَيَقُولُونَ: لاَ، فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُحْيِيهِ، فَيَقُولُ: وَاللَّهِ مَا كُنْتُ فِيكَ أَشَدَّ بَصِيرَةً مِنِّي اليَوْمَ، فَيُرِيدُ الدَّجَّالُ أَنْ يَقْتُلَهُ فَلاَ يُسَلَّطُ عَلَيْهِ

“Dajjal datang dan dia diharomkan memasuki pintu gerbang Madinah. Akhirnya ia singgah di salah satu dataran tinggi dekat Madinah. Seorang lelaki (dari Madinah) keluar pada hari itu menuju Dajjal dan ia adalah manusia terbaik atau termasuk manusia terbaik. Ia berkata: ‘Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang diceritakan Rosulullah dalam haditsnya.’ Dajjal berkata: ‘Bagaimana jika aku membunuh orang ini lalu menghidupkannya lagi, apakah kalian meragukan aku (sebagai tuhan)?’ Jawab mereka: ‘Tidak.’ Dajjal membunuhnya lalu menghidupkannya lagi. Tetapi lelaki itu justru berkata: ‘Demi Allah, tidaklah aku lebih yakin akan dirimu melebihi hari ini.’ Dajjal ingin membunuhnya lagi tetapi tidak mampu.” (HR. Muslim no. 2938)

7134. Dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , bersabda:

«المَدِينَةُ يَأْتِيهَا الدَّجَّالُ، فَيَجِدُ المَلاَئِكَةَ يَحْرُسُونَهَا، فَلاَ يَقْرَبُهَا الدَّجَّالُ» قَالَ: «وَلاَ الطَّاعُونُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ»

“Madinah didatangi Dajjal. Ia mendapati Malaikat menjaganya sehingga Dajjal tidak bisa mendekatinya,” lanjut beliau, “tidak pula thoun (wabah penyakit), in syaa Allah.” (HR. Muslim no. 2943)

Bab: Ya’juj dan Ma’juj

7135. Dari Zainab binti Jahsy Rodhiyallahu ‘Anha, bahwa Rosulullah pada suatu hari masuk menemuinya dalam keadaan kaget dan berkata:

«لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ فُتِحَ اليَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ»

“Tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Celaka bangsa Arob dari keburukan yang sudah dekat. Hari ini dinding Ya’juj dan Ma’juj sudah berlubang sebesar ini.” Beliau memperagakan dua jarinya: jempol dan ibu jarinya. Zainab binti Jahsy berkata: “Wahai Rosulullah, apakah kami akan binasa sementara di tengah kami ada orang-orang sholih?” Jawab beliau: “Ya. Jika keburukan sudah mendominasi.” (HR. Muslim no. 2880)

TAMAT


[1] Abu Huroiroh tidak menyampaikannya karena mereka adalah nama kholifah zolim, yang dikhawatirkan Abu Huroiroh dibunuh.

[2] Ayat lengkapnya:

إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (97) إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا (98) فَأُولَئِكَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا (99)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url