Kitab Qoshor Sholat - Sohih Al-Bukhori
KITAB QOSHOR SHOLAT
Bab:
Tentang mengqoshor sholat dan berapa lama bermukim boleh mengqoshor
1080. Musa
bin Ismail mengabarkan kepada kami: Abu Awanah mengabarkan kepada kami: dari
Ashim dan Hushoin, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhuma,
ia berkata:
«أَقَامَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِسْعَةَ عَشَرَ يَقْصُرُ، فَنَحْنُ إِذَا سَافَرْنَا
تِسْعَةَ عَشَرَ قَصَرْنَا، وَإِنْ زِدْنَا أَتْمَمْنَا»
“Nabi
ﷺ
bermukim (di Makkah saat penaklukannya) selama 19 hari dengan mengqoshor
sholat. Maka apabila kami safar selama 19 hari, kami melakukan qoshor. Jika
lebih dari itu, kami melakukan itmam (sempurna bukan qoshor).”
1081. Abu
Ma’mar mengabarkan kepada kami: Abdul Warits mengabarkan kepada kami: Yahya bin
Abi Ishaq mengabarkan kepada kami: aku mendengar Anas berkata:
خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ المَدِينَةِ
إِلَى مَكَّةَ فَكَانَ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ حَتَّى رَجَعْنَا إِلَى
المَدِينَةِ، قُلْتُ: أَقَمْتُمْ بِمَكَّةَ شَيْئًا؟ قَالَ: أَقَمْنَا بِهَا عَشْرًا
“Kami
keluar (safar) bersama Nabi ﷺ dari Madinah ke Makkah, dan beliau sholat dua rokaat dua rokaat
hingga kami pulang ke Madinah.” Aku (Yahya) bertanya: “Apakah kalian bermukim
di Makkah sebentar?” Jawabnya: “Kami bermukim di sana sepuluh hari.” (HR.
Muslim no. 694)
Bab:
Sholat di Mina
1082.
Musaddad mengabarkan kepada kami: Yahya mengabarkan kepada kami: dari
Ubaidullah: Nafi mengabarkan kepadaku: dari Abdullah bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma,
ia berkata:
«صَلَّيْتُ مَعَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِنًى رَكْعَتَيْنِ، وَأَبِي بَكْرٍ،
وَعُمَرَ وَمَعَ عُثْمَانَ صَدْرًا مِنْ إِمَارَتِهِ ثُمَّ أَتَمَّهَا»
“Aku
sholat bersama Nabi ﷺ
di Mina (saat Haji Wada) dua rokaat, juga saat bersama Abu Bakar, Umar, dan
Utsman di awal pemerintahannya lalu ia menyempurnakannya (tidak qoshor).” (HR.
Muslim no. 694)
1083. Abul
Walid mengabarkan kepada kami: Syu’bah mengabarkan kepada kami: Abu Ishaq
(As-Sabii) mengabarkan kepada kami: aku mendengar Haritsah bin Wahab berkata:
«صَلَّى بِنَا
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آمَنَ مَا كَانَ بِمِنًى رَكْعَتَيْنِ»
“Nabi
ﷺ
sholat mengimami kami di Mina dua rokaat dalam keadaan yang sangat aman dari
hari manapun.” (HR. Muslim no. 696)
1084.
Qutaibah bin Said mengabarkan kepada kami: Abdul Wahid bin Ziyad mengabarkan
kepada kami: dari Al-A’masy: Ibrohim mengabarkan kepada kami: aku mendengar
Abdurrohman bin Yazid berkata: Utsman bin Affan Rodhiyallahu ‘Anhu
sholat mengimami kami di Mina (saat Haji) empat rokaat. Lalu hal tersebut
dikabarkan ke Abdullah bin Mas’ud lalu ia membaca istirja (إنا لله وإنا إليه راجعون)
lalu berkata:
«صَلَّيْتُ مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِنًى رَكْعَتَيْنِ، وَصَلَّيْتُ
مَعَ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِمِنًى رَكْعَتَيْنِ، وَصَلَّيْتُ
مَعَ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِمِنًى رَكْعَتَيْنِ»، فَلَيْتَ
حَظِّي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَانِ مُتَقَبَّلَتَانِ
“Aku
sholat bersama Rosulullah ﷺ di Mina dua rokaat. Aku sholat bersama Abu Bakar di Mina dua
rokaat. Aku sholat bersama Umar di Mina dua rokaat. Aku berharap 4 rokaat tersebut,
yang dua rokaatnya diterima Allah. (HR. Muslim no. 695)
Bab:
Berapa lama Nabi ﷺ
bermukim saat Haji?
1085. Musa
bin Ismail mengabarkan kepada kami: Wuhaib mengabarkan kepada kami: Ayyub
mengabarkan kepada kami: dari Abul Aliyah Al-Barro, dari Ibnu Abbas Rodhiyallahu
‘Anhuma, ia berkata:
«قَدِمَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ لِصُبْحِ رَابِعَةٍ يُلَبُّونَ بِالحَجِّ،
فَأَمَرَهُمْ أَنْ يَجْعَلُوهَا عُمْرَةً إِلَّا مَنْ مَعَهُ الهَدْيُ»
“Nabi
ﷺ
dan para Sahabatnya tiba (di Makkah) pada pagi hari ke-4 (dari Dzulhijjah)
dalam keadaan bertalbiyah Haji (ihrom Haji). Beliau memerintahkan orang-orang
untuk menjadikan manasiknya sebagai Umroh, kecuali siapa yang membawa hadyu
(onta).” (HR. Muslim no. 1240)
Hadits ini
dimutabaah Atho dari Jabir.
Bab:
Berapa jarak boleh mengqoshor sholat?
Nabi ﷺ
menyebut sehari semalam sebagai safar. Ibnu Umar dan Ibnu Abbas Rodhiyallahu
‘Anhum melakukan qoshor dan berbuka (tidak berpuasa) pada jarak 4 burud
(1 burud: 4 farsakh) yaitu 16 farsakh.
1086. Ishaq
bin Ibrohim Al-Hanzholi mengabarkan kepada kami: aku berkata kepada Abu
Salamah: Ubaidullah mengabarkan kepada kalian: dari Nafi, dari Ibnu Umar Rodhiyallahu
‘Anhuma bahwa Nabi ﷺ
bersabda:
«لاَ تُسَافِرِ
المَرْأَةُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ»
“Wanita
tidak boleh safar tiga hari kecuali bersama mahrom.” (HR. Muslim no. 1338)
1087.
Musaddad mengabarkan kepada kami: Yahya mengabarkan kepada kami: dari
Ubaidullah: Nafi mengabarkan kepadaku: dari Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma,
dari Nabi ﷺ
bersabda:
«لاَ تُسَافِرِ
المَرْأَةُ ثَلاَثًا إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ»
“Wanita
tidak boleh safar tiga hari kecuali bersama mahrom.”
Hadits ini
dimutabaah oleh Ahmad dari Ibnul Mubarok dari Ubaidullah dari Nafi dari
Ibnu Umar dari Nabi ﷺ.
1088. Adam
mengabarkan kepada kami: Ibnu Abi Dzi’b mengabarkan kepada kami: Sa’id
Al-Maqburi mengabarkan kepada kami: dari ayahnya, dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu
‘Anhu: Nabi ﷺ
bersabda:
«لاَ يَحِلُّ
لِامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ أَنْ تُسَافِرَ مَسِيرَةَ يَوْمٍ
وَلَيْلَةٍ لَيْسَ مَعَهَا حُرْمَةٌ»
“Tidak
boleh wanita beriman kepada Allah dan hari Akhir melakukan safar dengan jarak
sehari semalam (24 jam) tanpa bersama mahrom.” (HR. Muslim no. 1339)
Hadits ini
dimutabaah oleh Yahya bin Abi Katsir dan Suhail dan Malik: dari
Al-Maqburi (Abu Said), dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu.
Bab:
Mengqoshor ketika sudah keluar dari tempatnya (kampung)
Ali bin Abi
Tholib Alaihi Salam keluar safar dan ia tetap mengqoshor meskipun
melihat rumah-rumah (kampung halaman). Ketika Ali pulang, dikatakan kepadanya:
“Ini Kufah (yakni sudah habis waktu safar).” Ali menjawab: “Tidak, sampai kita
memasukinya.”
1089. Abu
Nu’aim mengabarkan kepada kami: Sufyan mengabarkan kepada kami: dari Muhammad
bin Al-Munkadir dan Ibrohim bin Maisaroh, dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu,
ia berkata:
«صَلَّيْتُ الظُّهْرَ
مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ أَرْبَعًا، وَبِذِي
الحُلَيْفَةِ رَكْعَتَيْنِ»
“Aku
sholat Zhuhur bersama Nabi ﷺ di Madinah 4 rokaat dan di Dzul Hulaifah 2 rokaat.” (HR. Muslim
no. 690)
1090. Abdullah
bin Muhammad mengabarkan kepada kami: Sufyan mengabarkan kepada kami: dari
Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
«الصَّلاَةُ أَوَّلُ
مَا فُرِضَتْ رَكْعَتَيْنِ، فَأُقِرَّتْ صَلاَةُ السَّفَرِ، وَأُتِمَّتْ صَلاَةُ الحَضَرِ»
قَالَ الزُّهْرِيُّ: فَقُلْتُ لِعُرْوَةَ: مَا بَالُ عَائِشَةَ تُتِمُّ؟ قَالَ: «تَأَوَّلَتْ
مَا تَأَوَّلَ عُثْمَانُ»
“Pertama
kali sholat diwajibkan dua rokaat. Lalu ia ditetapkan untuk sholat safar,
sementara sholat mukim disempurnakan (4 rokaat).”
Az-Zuhri
berkata: aku berkata kepada Urwah: “Kenapa Aisyah itmam (menyempurnakan,
yakni 4 rokaat)?” Jawabnya: “Ia memahami seperti yang dipahami Utsman (yakni
boleh qoshor maupun itmam).”
Bab:
Sholat Maghrib tetap 3 rokaat dalam safar
1091. Abul
Yaman mengabarkan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami: dari Az-Zuhri:
Salim mengabarkan kepadaku: dari Abdullah bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma,
ia berkata:
«رَأَيْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَعْجَلَهُ السَّيْرُ فِي السَّفَرِ
يُؤَخِّرُ المَغْرِبَ، حَتَّى يَجْمَعَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ العِشَاءِ»
“Aku
melihat Rosulullah ﷺ
apabila tergesa-gesa segera melakukan safar, beliau menunda sholat Maghrib
hingga nanti dijamak bersama Isya.”
Salim
berkata: dahulu Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma melakukan itu jika
tergesa-gesa segera melakukan safar.
1092. Al-Laits
menambahkan dan berkata: Yunus mengabarkan kepadaku: dari Ibnu Syihab: Salim
berkata: “Ibnu Umar menjamak Maghrib dengan Isya di Muzdalifah.” Salim berkata:
Ibnu Umar menunda sholat Maghrib saat diberi kabar kematian istrinya Shofiyah
binti Abi Ubaid. Aku berkata kepadanya: “Sholat?” Jawabnya: “Lanjut
perjalanan.” Aku berkata lagi: “Sholat?” Jawabnya: “Lanjut lagi.” Hingga
berjalan sejauh dua atau tiga mil. Lalu ia singgah ia sholat lalu berkata:
“Demikianlah aku melihat Nabi ﷺ sholat saat tergesa-gesa segera melakukan perjalanan safar.”
Abdullah berkata:
«رَأَيْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَعْجَلَهُ السَّيْرُ يُؤَخِّرُ المَغْرِبَ،
فَيُصَلِّيهَا ثَلاَثًا، ثُمَّ يُسَلِّمُ، ثُمَّ قَلَّمَا يَلْبَثُ حَتَّى يُقِيمَ
العِشَاءَ، فَيُصَلِّيهَا رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ يُسَلِّمُ وَلاَ يُسَبِّحُ بَعْدَ العِشَاءِ
حَتَّى يَقُومَ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ»
“Aku
melihat Nabi ﷺ
jika tergesa-gesa segera melakukan safar menunda sholat Maghrib. Lalu
mengerjakannya 3 rokaat lalu salam lalu tidak lama iqomat Isya dan
mengerjakannya 2 rokaat. Lalu salam dan tidak sholat sunnah setelah Isya hingga
bangun di tengah malam.”
Bab:
Sholat sunnah di tunggangan menghadap ke arah jalan tunggangannya
1093. Ali
bin Abdillah mengabarkan kepada kami: Abdul A’la mengabarkan kepada kami:
Ma’mar mengabarkan kepada kami: dari Az-Zuhri, dari Abdullah bin Amir bin
Robi’ah, dari ayahnya, ia berkata:
«رَأَيْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ بِهِ»
“Aku
melihat Nabi ﷺ
sholat (sunnah) di atas tunggangannya menghadap arah jalan tunggangannya.” (HR.
Muslim no. 701)
1094.
Abun Nu’aim mengabarkan kepada kami: Syaiban mengabarkan kepada kami: dari
Yahya, dari Muhammad bin Abdurrohman, dari Jabir bin Abdillah, ia mengabarkan
kepadanya bahwa:
«أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي التَّطَوُّعَ وَهُوَ رَاكِبٌ فِي غَيْرِ
القِبْلَةِ»
“Nabi
ﷺ
dahulu sholat sunnah saat naik tunggangan tanpa menghadap qiblat.”
1095. Abdul
A’la bin Hammad mengabarkan kepada kami: Wuhaib mengabarkan kepada kami: Musa
bin Uqbah mengabarkan kepada kami: dari Nafi, ia berkata: “Dahulu Ibnu Umar Rodhiyallahu
‘Anhuma sholat di atas tunggangannya termasuk witirnya. Ia mengabarkan
bahwa Nabi ﷺ
biasa melakukannya.”
Bab:
Isyarat kepala di atas tunggangan
1096.
Musa bin Ismail mengabarkan kepada kami: Abdul Aziz bin Muslim mengabarkan
kepada kami: Abdullah bin Dinar mengabarkan kepada kami: “Dahulu Abdullah bin
Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma sholat dalam safar di atas tunggangannya. Ia
berisyarat dengan kepala ke arah manapun tunggangannya.”
Bab:
Turun untuk sholat fardhu
1097. Yahya
bin Bukair mengabarkan kepada kami: Al-Laits mengabarkan kepada kami: dari
Uqoil, dari Ibnu Syihab, dari Abdullah bin Amir bin Ro’biah, bahwa Amir bin
Robi’ah mengabarkan kepadanya bahwa ia berkata:
«رَأَيْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الرَّاحِلَةِ يُسَبِّحُ، يُومِئُ
بِرَأْسِهِ قِبَلَ أَيِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ، وَلَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِي الصَّلاَةِ المَكْتُوبَةِ»
“Aku
melihat Rosulullah ﷺ
sholat sunnah di atas tunggangannya. Beliau berisyarat dengan kepala (untuk
ruku dan sujud) menghadap arah perjalanan. Rosulullah ﷺ tidak melakukan itu pada
sholat fardhu.”
1098. dan
Al-Laits berkata: Yunus mengabarkan kepadaku: dari Ibnu Syihab: Salim berkata:
“Dahulu Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma sholat malam di atas
tunggangannya saat safar. Ia tidak peduli arah tunggangannya menghadap.” Ibnu
Umar berkata: “Rosulullah ﷺ sholat sunnah di atas tunggangannya menghadap ke arah
perjalanan tunggangannya termasuk witir di atasnya. Hanya saja beliau tidak
sholat fardhu di atasnya.”
1099.
Mu’adz bin Fadholah mengabarkan kepada kami: Hisyam mengabarkan kepada kami:
dari Yahya, dari Muhammad bin Abdurrohman bin Tsauban: Jabir bin Abdillah
mengabarkan kepadaku:
«أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ نَحْوَ المَشْرِقِ،
فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يُصَلِّيَ المَكْتُوبَةَ نَزَلَ، فَاسْتَقْبَلَ القِبْلَةَ»
“Nabi
ﷺ
sholat (sunnah) di atas tunggangannya menghadap ke arah timur. Apabila ingin
sholat fardhu, beliau turun dan menghadap qiblat.”
Bab:
Sholat sunnah di atas keledai
1100.
Ahmad bin Said mengabarkan kepada kami: Habban mengabarkan kepada kami: Hammam
mengabarkan kepada kami: Anas bin Sirin mengabarkan kepada kami: kami menemui
Anas bin Malik ketika ia tiba di Syam. Kami menemuinya di Ainut Tamr (tempat di
ujung Irak dekat Syam). Kami melihatnya sholat di atas keledai sementara
wajahnya menghadap ke arah sebelah –yakni kiri qiblat–. Aku berkata kepadanya:
“Kami melihat Anda sholat menghadap ke selain qiblat.” Ia menjawab: “Seandainya
aku tidak melihat Rosulullah ﷺ melakukannya, tentu aku tidak akan melakukannya.”
Ia
diriwayatkan juga oleh Ibrohim bin Tuhman, dari Hajjaj, dari Anas bin Sirin,
dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ.
(HR. Muslim no. 702)
Bab:
Pendapat tidak sholat sunnah dalam sholat baik ba’diyah maupun qobliyah
1101. Yahya
bin Sulaiman mengabarkan kepada kami: Ibnu Wahab mengabarkan kepadaku: Umar bin
Muhammad mengabarkan kepadaku bahwa Hafsh bin Ashim mengabarkan kepadanya: Ibnu
Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma safar dan berkata:
صَحِبْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ أَرَهُ يُسَبِّحُ
فِي السَّفَرِ، وَقَالَ اللَّهُ جَلَّ ذِكْرُهُ: {لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ} [الأحزاب: 21]
“Aku
menemani Nabi ﷺ
dan aku tidak melihat
beliau sholat sunnah dalam safar, sementara Allah berfirman: ‘Sungguh pada
diri Rosulullah ada teladan yang baik.’” (QS. Al-Ahzab: 21)
1102. Musaddad
mengabarkan kepada kami: Yahya mengabarkan kepada kami: dari Isa bin Hafsh bin
Ashim (bin Umar bin Al-Khoth-thob): ayahku (Hafsh) mengabarkan kepadaku bahwa
ia mendengar Ibnu Umar berkata:
«صَحِبْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ لاَ يَزِيدُ فِي السَّفَرِ عَلَى
رَكْعَتَيْنِ، وَأَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ كَذَلِكَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ»
“Aku
menemani Rosulullah ﷺ
dan beliau tidak menambah dua rokaat dalam safar, begitu pula Abu Bakar, Umar,
dan Utsman. Semoga Allah meridhoi mereka semua.”
Bab:
Pendapat sholat sunnah dalam safar selain sholat sunnah rowatib
Nabi ﷺ
sholat dua rokaat fajar (qobliyah subuh) dalam safar.
1103. Hafsh
bin Umar mengabarkan kepada kami: Syu’bah mengabarkan kepada kami: dari Amr bin
Murroh, dari Ibnu Abi Laila berkata: tidak ada seorang pun mengabarkan kepadaku
bahwa ia melihat Nabi ﷺ
sholat Dhuha selain Ummu Hani. Ia menyebutkan:
«أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ اغْتَسَلَ فِي بَيْتِهَا، فَصَلَّى
ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ، فَمَا رَأَيْتُهُ صَلَّى صَلاَةً أَخَفَّ مِنْهَا غَيْرَ أَنَّهُ
يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ»
Pada Fathu
Makkah (penaklukan Makkah pada 8 H), Nabi ﷺ mandi di rumahku. Lalu sholat
8 rokaat. Aku tidak pernah melihat beliau sholat yang lebih ringan dari sholat
tersebut. Hanya saja beliau menyempurnakan ruku dan sujudnya.” (HR. Muslim no.
336)
1104. Dan
Al-Laits berkata: Yunus mengabarkan kepadaku: dari Ibnu Syihab: Abdullah bin
Amir bin Robi’ah mengabarkan kepadaku bahwa ayahnya mengabarkan kepadanya bahwa
ia melihat Nabi ﷺ
sholat sunnah di malam hari dalam safar di atas punggung tunggangannya menghadap
arah perjalanannya.
1105. Abul
Yaman mengabarkan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami: dari Az-Zuhri:
Salim bin Abdillah (bin Umar) mengabarkan kepadaku: dari Ibnu Umar Rodhiyallahu
‘Anhuma:
«أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُسَبِّحُ عَلَى ظَهْرِ رَاحِلَتِهِ
حَيْثُ كَانَ وَجْهُهُ يُومِئُ بِرَأْسِهِ» وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَفْعَلُهُ
“Rosulullah
ﷺ
sholat sunnah di atas punggung tunggangannya menghadap arah perjalanan
tunggangan dengan berisyarat menggunakan kepala (untuk ruku dan sujud).” Dahulu
Ibnu Umar melakukannya.
Bab:
Menjamak sholat Maghrib dengan Isya saat safar
1106. Ali
bin Abdillah mengabarkan kepada kami: Sufyan mengabarkan kepada kami: aku
mendengar Az-Zuhri, dari Salim, dari ayahnya, ia berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ المَغْرِبِ وَالعِشَاءِ إِذَا جَدَّ
بِهِ السَّيْرُ»
“Nabi
ﷺ
biasa menjamak antara Maghrib dengan Isya jika sudah bertekad akan safar.”
1107. Dan
Ibrohim bin Thuhman berkata: dari Al-Husain Al-Mu’allim, dari Yahya bin Abi
Katsir, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata:
«كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ صَلاَةِ الظُّهْرِ وَالعَصْرِ،
إِذَا كَانَ عَلَى ظَهْرِ سَيْرٍ وَيَجْمَعُ بَيْنَ المَغْرِبِ وَالعِشَاءِ»
“Rosulullah
ﷺ
menjamak antara sholat Zhuhur dengan Ashar, apabila sudah di atas kendaraan,
juga menjamak antara Maghrib dengan Isya.”
1108. Dan
dari Husain, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Hafsh bin Ubaidillah bin Anas,
dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ صَلاَةِ المَغْرِبِ وَالعِشَاءِ فِي
السَّفَرِ»
“Nabi
ﷺ
menjamak antara Maghrib dengan Isya ketika safar.”
Hadits ini
dimutabaah oleh Ali bin Al-Mubarok dan Harb, dari Yahya, dari Hafsh,
dari Anas: Nabi ﷺ
menjamak.
Bab:
Apakah melakukan adzan dan iqomat ketika menjamak antara Maghrib dengan Isya
1109. Abul
Yaman mengabarkan kepada kami: Syu’aib mengabarkan kepada kami: dari Az-Zuhri:
Salim mengabarkan kepadaku: dari Abdullah bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma:
«رَأَيْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَعْجَلَهُ السَّيْرُ فِي السَّفَرِ،
يُؤَخِّرُ صَلاَةَ المَغْرِبِ حَتَّى يَجْمَعَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ العِشَاءِ»
“Aku
melihat Rosulullah ﷺ
apabila tergesa-gesa segera safar menunda sholat Maghrib hingga nanti dijamak
bersama Isya.”
Salim
berkata: Abdullah bin Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma melakukannya, apabila
tergesa-gesa segera safar. Ia melakukan iqomat untuk sholat Maghrib dan
mengerjakannya 3 rokaat lalu salam. Tidak lama dari itu ia melakukan iqomat
untuk sholat Isya dan mengerjakannya dua rokaat lalu salam. Ia tidak melakukan
sholat sunnah di antara dua sholat itu dan tidak pula setelah Isya meskipun
satu rokaat hingga ia bangun di tengah malam.
1110. Ishaq
mengabarkan kepada kami: Abdus Shomad bin Abdul Warits mengabarkan kepada kami:
Harb mengabarkan kepada kami: Yahya mengabarkan kepada kami: Hafsh bin
Ubaidullah bin Anas mengabarkan kepadaku: bahwa Anas Rodhiyallahu ‘Anhu
mengabarkan kepadanya bahwa:
«أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَجْمَعُ بَيْنَ هَاتَيْنِ الصَّلاَتَيْنِ
فِي السَّفَرِ»، يَعْنِي المَغْرِبَ وَالعِشَاءَ
“Rosulullah
ﷺ
menjamak antara dua sholat ini dalam safar.” Yakni Maghrib dengan Isya.
Bab:
Menunda sholat Zhuhur sampai Ashar jika berangkat sebelum matahari tergelincir
(sebelum masuk waktu Zhuhur)
Padanya ada
hadits dari Ibnu Abbas dari Nabi ﷺ.
1111.
Hassan Al-Wasithi mengabarkan kepada kami: Al-Mufadh-dhol bin Fadholah
mengabarkan kepada kami: dari Uqoil, dari Ibnu Syihab, dari Anas bin Malik Rodhiyallahu
‘Anhu, ia berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ تَزِيغَ الشَّمْسُ أَخَّرَ
الظُّهْرَ إِلَى وَقْتِ العَصْرِ، ثُمَّ يَجْمَعُ بَيْنَهُمَا، وَإِذَا زَاغَتْ صَلَّى
الظُّهْرَ ثُمَّ رَكِبَ»
“Apabila
Nabi ﷺ
berangkat sebelum matahari bergeser (belum masuk Zhuhur), beliau menunda sholat
Zhuhur sampai waktu Ashar lalu menjamak keduanya. Apabila matahari sudah
bergeser (masuk waktu Zhuhur), beliau sholat Zuhur lalu menaiki tunggangannya.”
(HR. Muslim no. 704)[1]
Bab:
Apabila berangkat setelah matahari bergeser (masuk Zhuhur), sholat Zhuhur lalu
naik kendaraan
1112. Qutaibah
bin Said mengabarkan kepada kami: Al-Mufadh-dhol mengabarkan kepada kami: dari
Uqoil, dari Ibnu Syihab, dari Anas bin Malik, ia berkata:
«كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ تَزِيغَ الشَّمْسُ،
أَخَّرَ الظُّهْرَ إِلَى وَقْتِ العَصْرِ، ثُمَّ نَزَلَ فَجَمَعَ بَيْنَهُمَا، فَإِنْ
زَاغَتِ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ صَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ رَكِبَ»
“Apabila
Rosulullah ﷺ
berangkat sebelum matahari bergeser (belum masuk Zhuhur), beliau menunda sholat
Zhuhur sampai waktu Ashar lalu turun untuk menjamak keduanya. Apabila matahari
sudah bergeser (masuk waktu Zhuhur), beliau sholat Zuhur lalu menaiki
tunggangannya.” (HR. Muslim no. 704)
Bab:
Sholat sambil duduk
1113.
Qutaibah bin Said mengabarkan kepada kami: dari Malik, dari Hisyam bin Urwah,
dari ayahnya, dari Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, ia berkata: Rosulullah ﷺ
sholat di rumahnya saat sakit dengan duduk, sementara orang-orang sholat di
belakangnya sambil berdiri. Beliau mengisyaratkan kepada mereka agar duduk.
Seusai sholat, beliau bersabda:
«إِنَّمَا جُعِلَ
الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا، وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا»
“Imam
dijadikan agar diikuti. Apabila ia ruku maka rukulah dan apabila ia bangkit
maka bangkitlah.”
1114. Abun
Nu’aim mengabarkan kepada kami: Ibnu Uyainah mengabarkan kepada kami: dari
Az-Zuhri, dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rosulullah
ﷺ
terjatuh dari kuda sehingga tubuh bagian kanan terluka. Kami menjenguk beliau.
Ketika tiba waktu sholat, beliau sholat sambil duduk, sementara kami sholat di
belakangnya sambil berdiri. Beliau bersabda:
«إِنَّمَا جُعِلَ
الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا، وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا،
وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا، وَإِذَا قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُولُوا:
رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ»
“Imam
dijadikan agar diikuti. Apabila ia bertakbir, bertakbirlah. Jika ia ruku,
rukulah. Jika ia bangkit (dari ruku), bangkitlah. Jika ia membaca: (سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ)
‘Allah mendengar orang yang memuji-Nya’, ucapkan: (رَبَّنَا
وَلَكَ الحَمْدُ)
‘Wahai Rob kami, segala puji milik-Mu.’”
1115. Ishaq
bin Manshur mengabarkan kepada kami: Rouh bin Ubadah mengabarkan kepada kami:
Husain mengabarkan kepada kami: dari Abdullah bin Buroidah, dari Imron bin
Hushoin Rodhiyallahu ‘Anhu, ia bertanya kepada Nabi ﷺ.
Dan Ishaq
mengabarkan kepada kami: Abdul Shomad mengabarkan kepada kami: aku mendengar
ayahku berkata: Al-Husain mengabarkan kepada kami: dari Buroidah: Imron bin
Hushoin mengabarkan kepadaku –dia terkena penyakit wasir–: aku bertanya kepada Rosulullah
ﷺ
tentang sholat seseorang sambil duduk. Beliau bersabda:
«إِنْ صَلَّى
قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ، وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ القَائِمِ،
وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ القَاعِدِ»
“Jika
ia sholat sambil berdiri maka lebih utama.[2]
Siapa yang sholat sambil duduk, ia mendapatkan setengah pahala sholat sambil
berdiri. Siapa yang sholat sambil tiduran (miring ke kanan), ia mendapatkan
pahala setelah sholat sambil duduk.”
Bab:
Sholat duduk dengan berisyarat
1116. Abu
Ma’mar mengabarkan kepada kami: Abdul Warits mengabarkan kepada kami: Husain
Al-Mu’allim mengabarkan kepada kami: dari Buroidah, bahwa Imron bin Hushoin
–dia terkena penyakit wasir–. Terkadang Abu Ma’mar berkata: dari Imron bin
Hushoin, ia berkata: aku bertanya kepada Nabi ﷺ tentang sholat sambil duduk?
Beliau menjawab:
«مَنْ صَلَّى
قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ، وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ القَائِمِ،
وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ القَاعِدِ»
“Siapa
yang sholat dengan berdiri maka itu lebih utama. Siapa yang sholat dengan
duduk, ia mendapatkan pahala setengah sholat dengan berdiri. Siapa yang sholat
dengan tiduran, ia mendapatkan pahala setengah sholat dengan duduk.”
Abu
Abdillah (Imam Al-Bukhori) berkata: menurutku maksud tidur di sini adalah tidur
miring.
Bab:
Apabila tidak sanggup duduk, sholat dengan tidur miring
Atho
berkata: jika tidak mampu mengubah ke arah qiblat, ia sholat sesuai arah
hadapnya.
1117. Abdan
mengabarkan kepada kami: dari Abdullah, dari Ibrohim bin Thuhman: Al-Husain
Al-Muktib, dari Ibnu Buroidah, dari Imron bin Hushoin Rodhiyallahu ‘Anhu,
ia berkata: aku terkena penyakit wasir maka aku tanyakan kepada Nabi ﷺ
tentang sholat dan beliau menjawab:
«صَلِّ قَائِمًا،
فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ»
“Sholatlah
dengan berdiri. Jika tidak mampu, maka dengan duduk. Jika tidak mampu, maka
dengan tidur miring.”
Bab:
Jika sholat dengan duduk lalu sembuh atau merasa ringan, ia menyempurnakan rokaat
tersisa
Al-Hasan
(Al-Bashri) berkata: orang yang sakit boleh sholat dua rokaat dengan berdiri
dan dua rokaat (sisanya) dengan duduk.
1118.
Abdullah bin Yusuf mengabarkan kepada kami: Malik mengabarkan kepada kami: dari
Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, Ummul
Mukminin, ia mengabarkan bahwa:
أَنَّهَا «لَمْ تَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي
صَلاَةَ اللَّيْلِ قَاعِدًا قَطُّ حَتَّى أَسَنَّ، فَكَانَ يَقْرَأُ قَاعِدًا، حَتَّى
إِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ، فَقَرَأَ نَحْوًا مِنْ ثَلاَثِينَ آيَةً - أَوْ
أَرْبَعِينَ آيَةً - ثُمَّ رَكَعَ»
“Ia
tidak pernah melihat Rosulullah ﷺ sholat malam dengan duduk
sama sekali hingga berlanjut usia. Beliau membaca dengan duduk hingga apabila
ingin ruku beliau berdiri untuk membaca sekitar 30 ayat atau 40 ayat lalu ruku.”
1119.
Abdullah bin Yusuf mengabarkan kepada kami: Malik mengabarkan kepada kami: dari
Ubaidullah bin Yazid dan Abun Nadhr maula (bekas budak) Umar bin
Ubaidillah, dari Abu Salamah bin Abdurrohman, dari Aisyah Ummul Mukminin Rodhiyallahu
‘Anha bahwa Rosulullah ﷺ sholat sambil duduk lalu membaca dengan duduk. Ketika bacaan
tersisa sekitar 30 atau 40 ayat, beliau berdiri untuk membaca sambil berdiri.
Lalu ruku. Lalu sujud. Beliau melakukan pada rokaat kedua seperti itu. Jika
selesai sholat, beliau memperhatikan: jika aku bangun, beliau ngobrol denganku.
Jika aku tidur, beliau tidur miring.” (HR. Muslim no. 731)
[1]
Jika naik kendaraan umum (bus,
kereta, pesawat) dan khawatir tidak sempat atau kesulitan sholat Asar pada
waktunya, maka Ashar dijamak bersama Zhuhur sebelum berangkat safar.
[2]
Baik sholat wajib karena uzur
maupun sholat sunnah tanpa uzur. Jika sakitnya parah hingga tidak mampu duduk,
maka ia sholat dengan duduk dengan pahala sempurna berdasarkan hadits: “Jika
salah seorang dari kalian sakit atau safar, ditulis untuknya amal yang biasa ia
kerjakan saat mukim dan sehat.” (HR. Bukhori)