Dosa Besar Ke-26: Hakim yang Buruk
Alloh ﷻ berfirman:
﴿وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ﴾
“siapa yang tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir.” (QS. Al-Maidah: 44)
Dia
berfirman:
﴿أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ﴾
“Apakah
hukum Jahiliyyah yang mereka kehendaki?” (QS. Al-Maidah: 50)
Dia berfirman:
﴿إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَىٰ مِن بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَٰئِكَ يَلْعَنُهُمُ
اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ﴾
“Sungguh,
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam
Kitab, mereka itu dilaknat oleh Alloh dan dilaknat (pula) oleh mereka yang
melaknat.” (QS. Al-Baqoroh: 159)
Al-Hakim
(405 H) telah meriwayatkan dalam Shohih-nya dengan sanad yang tidak saya
(Adz-Dzahabi) ridhoi, dari Tholhah bin Ubaidillah, dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda:
«لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ إِمَامٍ حَكَمَ بِغَيْرِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ»
“Alloh
tidak akan menerima Sholat imam (pemimpin) yang berhukum dengan selain apa yang
Alloh turunkan.” (Al-Mustadrok, Al-Hakim)
Al-Hakim
juga menshohihkannya -dan tanggung jawabnya ada padanya- dari Hadits Buroidah,
dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda:
«قَاضٍ فِي الْجَنَّةِ وَقَاضِيَانِ فِي النَّارِ، قَاضٍ عَرَفَ الْحَقَّ فَقَضَى بِهِ فَهُوَ فِي الْجَنَّةِ، وَقَاضٍ عَرَفَ الْحَقَّ فَجَارَ مُتَعَمِّدًا فَهُوَ فِي النَّارِ، وَقَاضٍ قَضَى بِغَيْرِ عِلْمٍ فَهُوَ فِي النَّارِ»
“Satu hakim
di Jannah dan dua hakim di Naar. Hakim yang mengetahui kebenaran lalu
memutuskan dengannya, maka dia di Jannah. Hakim yang mengetahui kebenaran namun
zholim dengan sengaja, maka dia di Naar. hakim
yang memutuskan tanpa ilmu, maka dia di Naar.” (Al-Mustadrok, Al-Hakim)
Saya
(Adz-Dzahabi) katakan: “Setiap orang yang memutuskan perkara tanpa ilmu dan
tanpa petunjuk dari Alloh dan Rosul-Nya, maka dia termasuk dalam ancaman ini.”
Syariq
meriwayatkan dari Al-A’masy, dari Sa’ad bin Ubaidah, dari Ibnu Buroidah, dari
ayahnya, dia berkata: Rosululloh ﷺ
bersabda:
«قَاضِيَانِ فِي النَّارِ وَقَاضٍ فِي الْجَنَّةِ»
“Dua hakim
di Naar dan satu hakim di Jannah.” Mereka berkata: “Lalu apa dosa hakim yang
jahil (bodoh)?” Beliau bersabda:
«ذَنْبُهُ أَنْ لَا يَكُونَ قَاضِيًا حَتَّى يَعْلَمَ»
“Dosanya
adalah dia tidak seharusnya menjadi hakim sampai dia berilmu.” (Sanadnya
kuat)
Lebih kuat
lagi dari Hadits Ma’qil bin Sinan dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda:
«مَا مِنْ أَحَدٍ يَكُونُ عَلَى شَيْءٍ مِنْ أُمُورِ هَذِهِ
الْأُمَّةِ فَلَا يَعْدِلُ فِيهِمْ؛ إِلَّا كَبَّهُ اللَّهُ فِي النَّارِ»
“Tidak ada
seorang pun yang mengurus suatu urusan dari umat ini, lalu dia tidak adil
terhadap mereka, melainkan Alloh akan menjatuhkannya ke dalam Naar.” (HR.
Al-Baghowi, Syarhus Sunnah)
Utsman bin
Muhammad Al-Akhnasi -dia adalah orang yang shoduq (jujur)- meriwayatkan dari
Al-Maqburi, dari Abu Huroiroh, dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda:
«مَنْ جُعِلَ قَاضِيًا بَيْنَ النَّاسِ فَكَأَنَّمَا ذُبِحَ
بِغَيْرِ سِكِّينٍ»
“Siapa yang
dijadikan hakim di antara manusia, maka seolah-olah dia disembelih tanpa pisau.”
(Hadits Jayyid)
Jika
seorang hakim berijtihad dan memutuskan perkara dengan dalil yang shohih, dan
tidak berhukum dengan pendapat seorang ahli fiqih (ulama) yang terlihat lemah, maka
dia pasti mendapatkan pahala.
Berdasarkan
sabda Nabi ﷺ:
«إِذَا اجْتَهَدَ
الْحَاكِمُ فَأَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ، وَإِنِ اجْتَهَدَ فَأَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ»
“Jika
seorang hakim berijtihad dan benar, maka dia mendapatkan dua pahala. jika dia berijtihad lalu salah, maka
dia mendapatkan satu pahala.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Nabi ﷺ
mengurutkan pahala ketika seorang berijtihad dalam memutuskan perkara. Adapun
orang yang hanya bertaklid (mengikuti) dalam keputusannya, maka ia tidak
termasuk dalam kabar ini.
Harom bagi
seorang hakim untuk memutuskan perkara saat dia sedang marah, apalagi jika
marahnya kepada pihak yang berperkara.
Jika pada
seorang hakim terkumpul: sedikitnya ilmu, niat yang buruk, akhlak yang buruk,
dan sedikitnya waro’ (kehati-hatian), maka kerugiannya sempurna, dan dia
wajib mengundurkan diri dan segera menyelamatkan dirinya dari Naar.
Dari
Abdulloh bin Amr, dia berkata: Rosululloh ﷺ
bersabda:
«لَعَنَ اللَّهُ عَلَى الرَّاشِي وَالْمُرْتَشِي»
“Alloh
melaknat orang yang menyuap dan orang yang disuap.” (Hadits ini dishohihkan
oleh At-Tirmidzi)