Keutamaan dan Waktu Sholat Witir - Fiqih Muyassar
Hukumnya: sunnah muakkad (ditekankan). Rosulullah ? mendorong dan memotifasi mengerjakannya, dengan bersabda:
«إن الله وتر يحب الوتر»
“Allah itu ganjil (satu) dan mencintai witir (sholat ganjil).” (HR.
Al-Bukhori no. 6410 dan Muslim no. 2677)
«يا أهل القرآن أوتروا، فإن الله وتر يحب الوتر»
“Wahai ahli Al-Qur’an, sholatlah witir, karena Allah witir (satu) dan suka
witir.” (Shohih: HR. Abu Dawud no. 1416)
Waktunya: dari sholat Isya
sampai sholat Subuh[1] dengan
ijma ulama, sesuai dengan perbuatan Nabi ? dan
sabda beliau:
«إن الله أمدكم بصلاة هي خير لكم من حمر النعم:
صلاة الوتر، ما بين صلاة العشاء إلى طلوع الفجر»
“Sungguh Allah memanjangkan tempo sholat yang lebih baik bagi kalian
daripada unta merah, yaitu sholat witir, antara sholat Isya sampai terbitnya
fajar shodiq.” (Shohih: HR. Abu Dawud no. 1418)
Jika telah masuk fajar (shodiq) maka sudah tidak boleh witir, berdasarkan
sabda Nabi ?:
«صلاة الليل مثنى مثنى، فإذا خشي أحدكم الصبح
صلى ركعة واحدة، توتر له ما قد صلى»
“Sholat malam dikerjakan tiap dua rokaat salam. Jika seorang dari kalian
khawatir masuk waktu subuh, sholatlah satu rokaat yang menggenapkan sholat
malamnya.” (HR. Al-Bukhori no. 990)
Ini dalil atas keluarnya waktu witir dengan terbitnya fajar shodiq.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Riwayat Abu Dawud dan An-Nasai yang
dishohikan Abu Awanah dan lainnya memperjelas hal ini, yaitu Ibnu Umar berkata:
‘Siapa sholat malam, hendaknya menjadikan akhir sholatnya adalah witir, karena
Rosulullah ? memerintahkan demikian. Jika telah masuk
fajar (shodiq) maka semua sholat malam dan witir sudah selesai.” (Fathul Bari,
2/557)
Sholat witir di akhir malam lebih utama dari awal malam. Namun dianjurkan
mengawalkannya di awal malam jika menduga kuat tidak bangun di akhir malam.
Dianjurkan mengakhirkan bagi yang menduga kuat bangun di akhir malam. Dasarnya
hadits Jabir bahwa Rosulullah ?
bersabda:
«من خاف أن لا يقوم من آخر الليل فليوتر أوله،
ومن طمع أن يقوم آخر الليل فليوتر آخر الليل؛ فإن صلاة آخر الليل مشهودة، وذلك أفضل»
“Siapa yang khawatir tidak bangun di akhir malam maka witirlah di awal
malam. Siapa yang menduga kuat bangun di akhir malam maka witirlah di akhir
malam, karena sholat di akhir malam disaksikan Malaikat dan itu lebih utama.”
(HR. Muslim no. 755)
[1] Yakni awal witir: setelah
sholat Isya dan berakhir dengan masuknya waktu Subuh. Witir tidak boleh
dikerjakan kecuali setelah mengerjakan sholat Isya, meskipun jama’ taqdim.