Jumlah Sholat Sunnah Rowatib - Fiqih Muyassar
Rowatib artinya dikerjakan terus-menerus, dan ia adalah sholat yang mengikuti sholat fardhu. Manfaat sholat ini adalah menambal kekurangan pada sholat fardhu, seperti pada hadits yang lalu.
Jumlah rowatib ada 10 rokaat, yang tersebut dalam hadits Ibnu Umar:
حفظت عن رسول الله ﷺ ركعتين قبل الظهر، وركعتين بعد الظهر، وركعتين
بعد المغرب، وركعتين بعد العشاء، وركعتين قبل الغداة، كانت ساعة لا أدخل على النبي
ﷺ فيها، فحدثتني حفصة أنه كان إذا طلع الفجر، وأذَّن المؤذن، صلَّى ركعتين
“Aku hafal dari Rosulullah ﷺ (10
rokaat): 2 rokaat sebelum Zhuhur, 2 rokaat setelahnya, 2 rokaat setelah
Maghrib, 2 rokaat setelah Isya, 2 rokaat sebelum Subuh, yaitu waktu yang aku
tidak memasuki Rosulullah ﷺ dan
Hafshoh memberitahuku bahwa jika masuk fajar dan telah dikumandangkan adzan,
beliau sholat dua rokaat (qobliyah Subuh).” (HR. Al-Bukhori no. 1180 dan Muslim
no. 729)
Muslim ditekankan menjaga 12 rokaat, seperti yang disebutkan Nabi ﷺ:
«ما من عبد مسلم يصلي لله تعالى في كل يوم ثنتي
عشرة ركعة، إلا بنى الله له بيتاً -أو: لا بُنِيَ له بيت- في الجنة»
“Hamba Muslim yang sholat 12 rokaat sehari semalam, dibangunkan untuknya
sebuah istana di Surga.” (HR. Muslim no. 728 dari Ummu Habibah)
Yaitu 10 rokaat yang disebutkan di awal, hanya saja sebelum Zhuhur 4 rokaat
(2 salam atau 1 tasyahud). At-Tirmidzi dalam riwayat Ummu Habibah menambahkan:
«أربعاً قبل الظهر وركعتين بعدها، وركعتين بعد
المغرب، وركعتين بعد العشاء، وركعتين قبل صلاة الفجر»
“4 rokaat sebelum Zhuhur, 2 rokaat setelahnya, 2 rokaat setelah Maghrib, 2
rokaat setelah Isya, dan 2 rokaat sebelum sholat Fajar.” (Shohih: HR.
At-Tirmidzi no. 415)
Juga hadits Aisyah, ia berkata:
كان النبي ﷺ لا يدع أربعاً قبل الظهر
“Nabi ﷺ tidak pernah meninggalkan 4 rokaat sebelum
Zhuhur.” (HR. Al-Bukhori no. 1182)
Yang paling ditekankan dari rowatib: dua rokaat qobliyah Subuh, berdasarkan
sabda Nabi ﷺ:
«ركعتا الفجر خير من الدنيا وما فيها»
“Dua rokaat sebelum Subuh lebih utama dari dunia seisinya.” (HR. Muslim no.
725)
Juga berdasarkan hadits Aisyah tentang 2 rokaat ini:
«ولم يكن يدعهما أبداً»
“Beliau tidak pernah meninggalkannya sama sekali (baik muqim maupun
safar).” (HR. Al-Bukhori no. 1159)