Sifat Dua Mata Bagi Alloh

 

Imam Abul Hasan Al-Asy’ari berkata:

* وأن له عينين بلا كيف كما قال: ﴿تَجْرِي بِأَعْيُنِنَا

Dia memiliki dua Mata tanpa bertanya “bagaimana” (bila kaif), sebagaimana firman-Nya: “Yang berlayar dengan pengawasan Mata Kami.” (QS. Al-Qomar)

Penjelasan:

Penulis (Al-Asy’ari) secara tegas menetapkan sifat dua Mata bagi Alloh Ta’ala dan menyertakan dalilnya, sebagaimana yang beliau rincikan dalam kitabnya Al-Ibanah pada bab “Pembahasan tentang Wajah, Dua Mata, Penglihatan, dan Dua Tangan”. Setelah menyebutkan dalil-dalil untuk sifat Wajah dan Mata, beliau berkata: “Maka Dia mengabarkan bahwa Dia memiliki Wajah dan Mata, yang tidak boleh ditanya bagaimana caranya dan tidak boleh dibatasi.” (Al-Ibanah, hlm. 120-121)

Inilah yang ditegaskan oleh Ash-Shobuni dalam kitabnya (‘Aqidatus Salaf Ashabil Hadits, hlm. 5), di mana beliau berkata: “Begitu pula mereka (Ahli Hadits) berkata tentang semua sifat yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan diriwayatkan dalam hadits-hadits shohih, seperti Pendengaran, Penglihatan, dan Mata.”

Penyebutan “Mata” sebagai sifat bagi Alloh Ta’ala dalam Al-Qur’an datang dalam bentuk tunggal yang disandarkan kepada kata ganti tunggal, seperti dalam firman-Nya:

﴿وَلِتُصْنَعَ عَلَى عَيْنِي

“...dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan Mata-Ku.” (QS. Thoha)

Sifat ini juga datang dalam bentuk jamak, seperti pada ayat yang dikutip oleh penulis.

Ibnu Al-Qoyyim berkata: “Penyebutan ‘Mata’ dalam bentuk tunggal tidak serta-merta menunjukkan bahwa Dia hanya memiliki satu Mata. Sama seperti ucapanmu, ‘Lakukan ini di depan mataku,’ yang tidak berarti engkau hanya punya satu mata. Aturannya, jika kata ‘Mata’ disandarkan kepada kata benda jamak (baik nama maupun kata ganti), maka yang lebih baik adalah menyebutnya dalam bentuk jamak untuk keserasian lafazh, seperti firman Alloh Ta’ala:

﴿تَجْرِي بِأَعْيُنِنَا

‘Yang berlayar dengan pengawasan Mata-mata Kami.’ dan firman-Nya:

﴿وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا

Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan Mata-mata Kami’.

Ini serupa dengan keserasian lafazh ‘Tangan’ yang disandarkan kepada kata tunggal, seperti firman-Nya:

﴿بِيَدِهِ الْمُلْكُ

‘Di Tangan-Nyalah segala kerajaan’ (QS. Al-Mulk)

﴿بِيَدِكَ الْخَيْرُ

Di Tangan-Mulah segala kebaikan’. (QS. Ali Imron)

Namun, jika disandarkan kepada kata ganti jamak, maka ia dijamakkan, seperti firman-Nya:

﴿أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَامًا

‘Apakah mereka tidak melihat bahwa sungguh Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan Tangan-tangan Kami’. (QS. Yasin)

Demikian pula penyandaran Tangan dan Mata kepada kata benda jamak, seperti:

﴿بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ

‘Disebabkan perbuatan Tangan-tangan manusia. (QS. Ar-Rum)

﴿فَأْتُوا بِهِ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ

‘Bawalah dia ke hadapan Mata-mata orang banyak’. (QS. Al-Anbiya)

Al-Qur’an dan As-Sunnah menyebutkan ‘Tangan’ yang disandarkan kepada-Nya dalam bentuk tunggal, jamak, dan ganda (mutsanna). Adapun ‘Mata’, disebutkan dalam bentuk tunggal dan jamak. Sementara As-Sunnah menyebutkannya dalam bentuk ganda (mutsanna), sebagaimana sabda Nabi (dalam sebuah riwayat):

«إن العبد إذا قام في الصلاة قام بين عيني الرحمن»

“Sungguh seorang hamba jika berdiri dalam Sholatnya, ia berdiri di antara kedua Mata Ar-Rohman...” (Namun, hadits ini diriwayatkan oleh Al-‘Uqaili dalam Adh-Dhu’afa’ 1/70, dan dalam sanadnya terdapat Ibrohim bin Yazid Al-Khuzi yang riwayatnya ditinggalkan)

Imam Al-Bukhori dalam kitab Tauhid di dalam Shohih-nya membuat bab “Firman Alloh Ta’ala: ‘...dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan Mata-Ku’ dan firman-Nya ‘...yang berlayar dengan pengawasan Mata-mata Kami’.” Kemudian beliau meriwayatkan dengan sanadnya dari ‘Abdulloh (bin ‘Umar), ia berkata: Dajjal disebutkan di hadapan Nabi , lalu beliau bersabda:

«إن الله لا يخفى عليكم، إن الله ليس بأعور - وأشار بيده إلى عينه - وإن المسيح أعور عين اليمنى كأن عينه عنبة طافية»

“Sungguh Alloh tidaklah tersembunyi dari kalian. Sungguh Alloh tidak buta sebelah – beliau berisyarat dengan tangannya ke matanya – sedangkan Al-Masih (Ad-Dajjal) itu buta mata kanannya, seakan-akan matanya seperti buah anggur yang menonjol.” (HR. Al-Bukhori no. 7407)

Begitu pula, beliau meriwayatkan dari Qotadah, yang berkata: Aku mendengar Anas Rodhiyallohu ‘Anhu berkata bahwa Nabi bersabda:

«ما بعث الله من نبي إلا أنذر قومه الأعور الكذاب، إنه أعور وإن ربكم ليس بأعور، مكتوب بين عينيه كافر»

“Tidak ada seorang Nabi pun yang diutus oleh Alloh melainkan ia telah memperingatkan kaumnya tentang si buta sebelah sang pendusta. Ketahuilah, ia buta sebelah, sedangkan Robb kalian tidak buta sebelah. Di antara kedua matanya tertulis ‘Kafir’.” (HR. Al-Bukhori no. 7408)

Al-‘Allamah ‘Abdul Haq Al-Hasyimi rohimahulloh (dalam penjelasannya terhadap Kitab Tauhid karya Al-Bukhori, hlm. 77) berkata: “(Dalam bab ini), Imam Al-Bukhori menunjukkan kebenaran penyandaran sifat Mata kepada Alloh Ta’ala tanpa ta’wil, disertai dengan keyakinan untuk menyucikan-Nya (dari keserupaan dengan makhluk).”

Fadhilatus Syaikh ‘Abdulloh Al-Ghunaiman (dalam penjelasannya terhadap Kitab Tauhid karya Al-Bukhori, 1/281) berkata: “Kitab Alloh, Sunnah Rosul-Nya secara terang-terangan, serta ijma’ (kesepakatan) para ulama yang mengenal Alloh dan beriman kepada-Nya telah menunjukkan bahwa Alloh Ta’ala disifati memiliki dua Mata secara hakiki, sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya.” Ijma’ ini juga telah disebutkan oleh Al-Asy’ari dalam risalahnya kepada penduduk Ats-Tsaghr.

Namun, kelompok Asy’ariyyah telah menyalahi imam mereka dalam menetapkan sifat Mata, di mana mereka men-ta’wil-nya dengan berbagai macam penyelewengan dan menolaknya.

Ringkasan:

Ahli Sunnah menetapkan sifat dua Mata bagi Alloh Ta’ala dengan cara (kaifiyyah) yang layak bagi-Nya.

Diskusi:

S1: Jelaskan madz-hab Ahli Sunnah mengenai sifat Mata!

S2: Jelaskan bagaimana Anda membuktikan kebenaran madz-hab Ahli Hadits dalam menetapkan sifat dua Mata bagi Alloh Ta’ala!

S3: Bagaimana sikap Asya’iroh dan Maturidiyyah terhadap nash-nash yang menunjukkan penetapan sifat dua Mata bagi Alloh Ta’ala?


 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url