Sifat Wajah Bagi Alloh
Imam Abul Hasan Al-Asy’ari berkata:
* وأن له وجها
كما قال: ﴿وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ﴾
Dia memiliki Wajah, sebagaimana firman-Nya: “tetap kekal
Wajah Robb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rohman)
Bahasa:
(الْجَلَالِ): Keagungan dan kebesaran.
Penjelasan:
Penulis di sini secara tegas menetapkan sifat Wajah dan
menyertakan dalilnya, sebagaimana yang juga beliau tegaskan dan dalilkan dalam
kitabnya Al-Ibanah (hlm. 121). Kemudian beliau berkata: “Maka Dia
mengabarkan bahwa Dia ﷻ
memiliki Wajah yang tidak akan fana dan tidak akan binasa.”
Imamnya para imam, Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah rohimahulloh,
berkata: “Kami dan seluruh ulama kami dari kalangan Ahlul Hijaz, Tihamah,
Yaman, ‘Iroq, Syam, dan Mesir, madz-hab kami adalah menetapkan bagi Alloh apa
yang Dia tetapkan untuk diri-Nya. Kami mengakuinya dengan hati kami tanpa
menyerupakan Wajah Pencipta kami dengan wajah-wajah makhluk mana pun. Maha Suci
Robb kami dari diserupakan dengan makhluk, dan Maha Agung Robb kami dari apa yang
dikatakan oleh kaum mu’aththilah (penolak sifat).” (At-Tauhid, hlm.
10-11)
Inilah yang ditegaskan oleh Abu Bakr Al-Isma’ili (dalam
kitabnya I’tiqod A’immah Ahlil Hadits, hlm. 55), di mana beliau berkata: “Mereka
menetapkan bahwa Dia memiliki Wajah....”
Demikian pula Ash-Shobuni (dalam ‘Aqidatus Salaf Ashabil
Hadits, hlm. 5-6), beliau berkata: “Begitu pula mereka berkata tentang semua
sifat yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan diriwayatkan dalam hadits-hadits
shohih, seperti Pendengaran... dan Wajah.” Alloh telah menetapkan sifat Wajah
untuk Dzat-Nya yang suci dalam 14
ayat Al-Qur’an. Penulis menyertakan satu ayat sebagai dalil, di samping ayat
lain seperti firman-Nya:
﴿كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ﴾
“Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Wajah-Nya.”
(QS. Al-Qoshosh)
﴿إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ﴾
“Sungguh kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan Wajah Alloh.” (QS. Al-Insan)
Rosul ﷺ juga menetapkan sifat Wajah untuk-Nya
dalam hadits-hadits yang masyhur, di antaranya hadits Abu Musa Al-Asy’ari yang
di dalamnya disebutkan:
«إن الله عز وجل
لا ينام ولا ينبغي له أن ينام، يخفض القسط ويرفعه، يرفع إليه عمل الليل قبل عمل النهار
وعمل النهار قبل عمل الليل، حجابه النور»
“Sungguh Alloh ﷻ
tidak tidur dan tidak selayaknya bagi-Nya untuk tidur. Dia menurunkan dan
mengangkat timbangan. Amal malam diangkat kepada-Nya sebelum amal siang, dan
amal siang sebelum amal malam. Hijab (penghalang)-Nya adalah cahaya.”
Dalam riwayat lain:
«لو كشفه لأحرقت
سَبَحَات وجهه ما انتهى إليه بصره من خلقه»
“Seandainya Dia menyingkapnya, niscaya cahaya Wajah-Nya akan
membakar seluruh makhluk sejauh pandangan-Nya.” (HR. Muslim no. 179)
Telah shohih dari Nabi ﷺ
bahwa beliau berlindung dengan Wajah Alloh. Al-Bukhori meriwayatkan dalam
Shohih-nya di Kitab Tauhid, bab “Segala Sesuatu Pasti Binasa Kecuali
Wajah-Nya”, dari Jabir Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: “Ketika turun
ayat ini:
لما نزلت هذه
الآية: ﴿قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا
مِنْ فَوْقِكُمْ﴾ قال النبي ﷺ: «أعوذ بوجهك»
فقال: ﴿أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ﴾ فقال النبي ﷺ: «أعوذ بوجهك»،
قال: ﴿أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا﴾ فقال النبي ﷺ: «هذا أيسر»
‘Katakanlah: Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab
kepadamu dari atasmu,’ Nabi ﷺ berkata: ‘Aku berlindung dengan Wajah-Mu.’
Lalu Alloh berfirman: ‘...atau dari bawah kakimu,’ Nabi ﷺ kembali berkata: ‘Aku berlindung dengan Wajah-Mu.’ Lalu Alloh
berfirman: ‘...atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang
saling bertikai),’ Nabi ﷺ berkata: ‘Ini lebih ringan.’” (HR.
Al-Bukhori no. 7406)
Di antara doa Nabi ﷺ
adalah:
«وأسألك لذة النظر
إلى وجهك الكريم والشوق إلى لقائك»
“...dan aku memohon kepada-Mu kelezatan memandang Wajah-Mu yang
mulia dan kerinduan untuk bertemu dengan-Mu.” (HR. An-Nasa’i dalam Sunan-nya
3/54-55, dishohihkan oleh Al-Albani)
Sudah maklum bahwa seseorang tidak boleh berlindung kecuali
kepada Alloh dan sifat-sifat-Nya. Berlindung kepada makhluk sama sekali tidak
dibenarkan.
Namun, kelompok Asy’ariyyah telah menyalahi imam mereka
dengan menolak sifat ini dan menyelewengkan nash-nashnya dengan berbagai macam ta’wil.
Ringkasan:
Sifat Wajah adalah sifat yang tetap bagi Alloh Ta’ala
dengan cara (kaifiyyah) yang layak bagi-Nya. Ahli Sunnah memandangnya
sebagai sifat yang hakiki dan tidak menafsirkannya keluar dari makna
lahiriahnya.
Diskusi:
S1: Jelaskan pandangan Ahli Sunnah wal Jama’ah mengenai
sifat Wajah!
S2: Sebutkan satu dalil yang menunjukkan bahwa sifat-sifat
Alloh Ta’ala bukanlah makhluk!
S3: Bagaimana sikap Asya’iroh terhadap nash-nash yang
menunjukkan penetapan sifat Wajah?