Sifat Dua Tangan Bagi Alloh
Imam Abul Hasan Al-Asy’ari berkata:
* وأن له يدين
بلا كيف كما قال: ﴿خَلَقْتُ بِيَدَيَّ﴾ وكما قال: ﴿بَلْ يَدَاهُ
مَبْسُوطَتَانِ﴾
Dia memiliki dua Tangan tanpa bertanya “bagaimana” (bila
kaif), sebagaimana firman-Nya: “...yang telah Ku-ciptakan dengan kedua
Tangan-Ku.” (QS.
Shod)
Juga sebagaimana
firman-Nya: “…tetapi kedua-dua Tangan Alloh terbuka.” (QS. Al-Maidah)
Bahasa:
(بلا كيف): Tanpa membayangkan bagaimana bentuk atau cara tertentu
dari sifat tersebut.
Penjelasan:
Penetapan sifat dua Tangan disebutkan di beberapa tempat
dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rosul-Nya ﷺ. Adapun dari
Al-Qur’an, penulis telah menyebutkan sebagiannya. Sedangkan dari As-Sunnah,
Imam Al-Bukhori rohimahulloh dalam kitab Shohih-nya membuat sebuah bab
berjudul “Bab Firman Alloh Ta’ala: ‘kepada makhluk yang telah Kuciptakan
dengan kedua Tangan-Ku’” dalam kitab Tauhid. Beliau membawakan sejumlah hadits
shohih yang semuanya menetapkan sifat dua Tangan bagi Alloh Ta’ala. Di
antaranya adalah hadits Anas bin Malik tentang syafaat agung (syafa’ah al-‘uzhma),
yang di dalamnya disebutkan:
«يجتمع المؤمنون
يوم القيامة فيقولون: لو استشفعنا إلى ربنا يُرِحْنا من مكاننا هذا، فيأتون آدم فيقولون:
يا آدم، أما ترى الناس؟ خلقك الله بيده وأسجد لك ملائكته وعلمك أسماء كل شيء، اشفع
لنا إلى ربك»
“Orang-orang beriman berkumpul pada hari Kiamat dan berkata:
‘Andai kita meminta syafaat kepada Robb kita agar Dia membebaskan kita dari
tempat ini.’ Mereka pun mendatangi Adam dan berkata: ‘Wahai Adam, tidakkah
engkau lihat keadaan manusia? Alloh menciptakanmu dengan Tangan-Nya,
memerintahkan para Malaikat sujud kepadamu, dan mengajarkanmu nama-nama segala
sesuatu. Mintakanlah syafaat untuk kami kepada Robb-mu…’”
Juga hadits Ibnu ‘Umar Rodhiyallohu ‘Anhuma, yang di
dalamnya Rosululloh ﷺ bersabda:
«إن الله يقبض
يوم القيامة الأرض وتكون السماوات بيمينه ثم يقول: أنا الملك»
“Sungguh pada hari Kiamat, Alloh akan menggenggam bumi dan
langit-langit berada di Tangan kanan-Nya, lalu berfirman: ‘Akulah Sang Raja…’“ (HR.
Al-Bukhori no. 7412)
Juga hadits Abu Huroiroh Rodhiyallohu ‘Anhu, yang di
dalamnya Rosululloh ﷺ bersabda:
«يد الله ملأى
لا يغيضها نفقة سحَّاء الليل والنهار»
“Tangan Alloh senantiasa penuh, tidak berkurang oleh nafkah
(yang Dia berikan) siang dan malam.” (HR. Al-Bukhori no. 7411)
Nash-nash di atas menunjukkan penetapan dua Tangan bagi
Alloh ﷻ, dan sama sekali
tidak bisa ditafsirkan dengan makna lain. Tangan tersebut harus dipahami secara
hakiki. Siapa pun yang tidak memahaminya secara hakiki, berarti ia telah
menolak (mu’aththil)
sifat tersebut. Imam Abu Hanifah rohimahulloh dengan tegas menyatakan
bahwa orang yang menafsirkan sifat Tangan dengan “kekuasaan” atau “ni’mat”,
maka ia telah membatalkan sifat tersebut. Beliau berkata:
ولا يقال إن
يده قدرته أو نعمته لأن فيه إبطال الصفة، وهو قول أهل القدر والاعتزال، ولكن يده صفة
بلا كيف
“Tidak boleh dikatakan bahwa Tangan-Nya berarti kekuasaan-Nya
atau ni’mat-Nya, karena itu berarti membatalkan sifat, dan itu adalah pandangan
kaum Qodariyyah dan Mu’tazilah. Akan tetapi, Tangan-Nya adalah sifat-Nya tanpa
bertanya ‘bagaimana’.” (Al-Fiqh Al-Akbar, hlm. 302)
Ibnu Baththol, dalam membantah orang yang menafsirkan sifat
dua Tangan sebagai “kekuasaan” atau “ni’mat”, berkata: “Cukuplah sebagai
bantahan bagi mereka yang mengklaim bahwa maknanya adalah ‘kekuasaan’, bahwa
para ulama sepakat bahwa Alloh hanya memiliki satu kekuasaan (menurut kelompok
yang menetapkan sifat) atau tidak punya kekuasaan sama sekali (menurut kelompok
yang menafikan sifat). Yang menunjukkan bahwa dua Tangan itu bukan bermakna
‘kekuasaan’ adalah firman Alloh kepada iblis:
﴿مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ﴾
‘Apa yang menghalangimu untuk sujud kepada yang telah
Ku-ciptakan dengan kedua Tangan-Ku?’ Ini adalah isyarat kepada sebuah makna
yang mewajibkan sujud. Seandainya maknanya adalah ‘kekuasaan’, maka tidak akan
ada perbedaan antara Adam dan iblis, karena keduanya sama-sama diciptakan
dengan kekuasaan-Nya. Tentu iblis akan berkata: ‘Keistimewaan apa yang ia
miliki atasku, sementara Engkau menciptakanku dengan kekuasaan-Mu sebagaimana
Engkau menciptakannya dengan kekuasaan-Mu?’ Namun, ketika iblis berkata:
﴿خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ﴾
‘Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan
dari tanah,’ ini menunjukkan kekhususan Adam bahwa Alloh menciptakannya dengan
kedua Tangan-Nya.”
Ibnu Baththol melanjutkan: “Tidak boleh diartikan bahwa dua
Tangan itu adalah dua ni’mat, karena mustahil makhluk diciptakan oleh makhluk,
sebab ni’mat itu sendiri adalah makhluk.’” (Fath Al-Bari, 13/393-394)
Inilah yang disepakati oleh para Salaf. Al-Asy’ari berkata:
“Mereka (para Salaf) sepakat bahwa Alloh ﷻ
Maha Mendengar dan Maha Melihat, dan bahwa Dia memiliki dua Tangan yang
terbuka, dan bahwa seluruh bumi berada dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat,
dan langit-langit tergulung di Tangan kanan-Nya.” (Risalah Ats-Tsaghr, hlm.
72) Hal ini juga ditetapkan oleh Al-Isma’ili dalam kitabnya I’tiqod
Ahlil Hadits (hlm. 51).
Namun, meskipun demikian, Anda akan melihat kelompok
Asy’ariyyah menyelisihi imam mereka. Mereka melakukan tafwidh terhadap
sifat ini layaknya tafwidh kaum jahil dan pembodoh, atau mereka
melakukan ta’wil layaknya ta’wil kaum penyeleweng dan penolak
sifat.
Ringkasan:
Ahli Sunnah mengimani sifat dua Tangan, dan meyakini bahwa
itu adalah sifat hakiki yang menunjukkan makna yang sesuai dengan keagungan
Alloh ﷻ.
Diskusi:
S1: Apa pandangan Ahli Sunnah mengenai sifat dua Tangan?
S2: Sebutkan pandangan-pandangan Asy’ariyyah mengenai sifat
dua Tangan dan bagaimana Anda membantah mereka?