Perumpamaan Tanah Subur dan Tanah Tandus
[1] Dalil
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ
بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ
لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ
كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ * وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَالَّذِي
خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا كَذَلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ
“Dialah yang mengirimkan angin sebagai pembawa berita
gembira (busyrō) sebelum kedatangan rohmat-Nya (hujan), hingga apabila
angin itu telah membawa awan yang tebal (saḥāban tsiqōlā), Kami halau ia
ke suatu negeri yang mati (baladin mayyitin), lalu Kami turunkan hujan
di tempat itu, kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam
buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, agar kamu
mengambil pelajaran (57). Dan negeri yang baik (al-baladuṭ-ṭoyyibu),
tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Robbnya, dan negeri yang buruk (khobuts),
tanaman-tanamannya tidak tumbuh kecuali dengan nakidan (susah payah).
Demikianlah Kami menjelaskan âyât-âyât itu bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS.
Al-A’rāf: 57-58)
[2] Uraian Inti
Ayat ini membuat perumpamaan bagi hati Mu’min dan kāfir
dalam menerima Al-Qur’an.
Mu’min (Negeri yang Baik): Hati Mu’min diserupakan
dengan al-baladuṭ-ṭoyyibu (negeri/tanah yang baik), yang ketika ditimpa
air hujan (Al-Qur’an), ia akan mengeluarkan tumbuh-tumbuhan dengan subur dan
mudah (bi idzni Robbihī).
Kāfir (Negeri yang Buruk): Hati kāfir diserupakan
dengan negeri yang buruk (khobuts), yang ketika ditimpa air hujan
(Al-Qur’an), tanaman-tanamannya tidak tumbuh kecuali nakidan (susah
payah).
[3] Poin Penting
Perumpamaan Al-Qur’an: Hujan (mā’) diserupakan dengan
Al-Qur’an.
Hakikat Hati: Hati Mu’min adalah tempat yang baik
bagi tumbuhnya iman dan amal sholih, sedangkan hati kāfir adalah tempat yang
buruk yang sulit menerima kebenaran.
Kebangkitan: Ayat ini mengaitkan hujan yang
menghidupkan bumi yang mati dengan Allah mengeluarkan orang-orang yang mati,
untuk menunjukkan bahwa Alloh ﷻ
Mahakuasa menghidupkan kembali orang mati.
Mu’min dan kāfir: Keadaan hati Mu’min diserupakan
dengan orang yang hidup dan diberi nūr (cahaya), sementara kāfir
diserupakan dengan orang yang mati dan berada dalam ẓulumāt
(kegelapan-kegelapan).
Hati yang Baik: Hati Mu’min adalah al-baladuṭ-ṭoyyibu
(tanah yang baik) yang menghasilkan tanaman subur dengan mudah.
Hati yang Buruk: Hati kāfir adalah tanah yang buruk
yang tidak menghasilkan tanaman kecuali nakidan susah payah.