Doa Naik Kendaraan dan Safar
Doa Naik Kendaraan dan Safar
Berdoa dan berdzikir dalam berbagai keadaan merupakan tanda hamba yang dicintai Allah, disamping kebaikan melimpah seperti ditulis pahala, dihapus dosa, diangkat derajat, dijaga, disembuhkan, dan dimudahkan urusan.
Keluar rumah, naik kendaraan, dan safar adalah
aktifitas yang sering dilakukan. Muslim bisa meraih banyak kebaikan jika
mengamalkan sunnah-sunnahnya dari doa dan dzikir berikut ini.
Saat Keluar Rumah
Dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu,
Nabi ﷺ
bersabda: “Apabila seseorang keluar dari rumahnya dan berdoa:
«بِسْمِ اللَّهِ
تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ»
Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal
kepada Allah, tidak ada daya (menjauhi keburukan) dan kekuatan (meraih
kebaikan) kecuali dengan pertolongan Allah.
يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ، وَكُفِيتَ، وَوُقِيتَ، فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ،
فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ؟
Maka saat itu ada Malaikat yang menyeru: ‘Kamu
diberi petunjuk (ilmu dan amal), kamu diberi kecukupan (dari hajat), kamu
dijaga (dari bahaya).’ Lalu setan-setan berteriak dan seorang setan berkata:
‘Bagaimana kamu bisa mengganggu orang yang telah diberi petunjuk, diberi
kecukupan, dan dijaga?!’” (HSR. Abu Dawud no. 5095)
Dari Ummu Salamah Rodhiyallahu ‘Anha, ia
berkata: tidaklah Nabi ﷺ
keluar dari rumahku sekalipun kecuali memandang ke langit dengan berkata:
«اللَّهُمَّ أَعُوذُ
بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ،
أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ»
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari menyesatkan dan
disesatkan, dari tergelincir atau digelincirkan, dari menzolimi atau dizolimi,
dari membodohi atau dibodohi.” (HSR. Abu Dawud no. 5094)
Dua doa ini boleh dibaca bergantian dengan
memilih salah satu. Jika dibaca semuanya maka lebih utama. Dianjurkan dengan
memandang ke langit. Ia dibaca setelah keluar dari pintu rumahnya.
Dikatakan membaca jika bersuara dan bibir
bergerak.
Saat Naik Kendaraan
﴿ وَجَعَلَ لَكُمْ
مِّنَ الْفُلْكِ وَالْاَنْعَامِ مَا تَرْكَبُوْنَۙ لِتَسْتَوٗا عَلٰى ظُهُوْرِهٖ ثُمَّ
تَذْكُرُوْا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ اِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُوْلُوْا سُبْحٰنَ
الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هٰذَا وَمَا كُنَّا لَهٗ مُقْرِنِيْنَۙ وَاِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا
لَمُنْقَلِبُوْنَ ﴾
“Allah
menjadikan untuk kalian kapal (kendaraan laut) dan binatang (kendaraan darat)
yang bisa kalian naiki agar kalian bisa naik di atas punggungnya dengan tenang
lalu kalian mengingat ni’mat Rob kalian saat duduk di atasnya dan berkata:
‘Mahasuci Dzat yang telah menundukkan ini kepada kami padahal kami sebelumnya
tidak mampu mengendalikannya. Kami hanya kembali kepada Rob kami.” (QS.
Az-Zukhruf: 12-14)
Doa ini mengingatkan hamba safar Akhirat dalam
ayat “kami hanya kembali kepada Rob kami”, sebagaimana Allah
mengingatkan bekal Akhirat dalam bekal safar, dan mengingatkan pakaian taqwa
dalam pakaian dunia. Allah E berfirman:
﴿وَتَزَوَّدُوْا
فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ ﴾
“Berbekallah
(dalam menempuh perjalanan Haji), dan bekal terbaik adalah taqwa. Bertaqwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqoroh: 197)
﴿ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ
قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْءٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ
التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ﴾
“Wahai
keturunan Adam, Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi
aurot kalian dan sebagai keindahan. Sementara pakaian taqwa itu lebih baik.”
(QS. Al-A’rof: 26)
Dari ayat dalam Az-Zukhruf di atas, doa naik
kendaraan (baik darat maupun laut) adalah:
﴿ سُبْحٰنَ الَّذِيْ
سَخَّرَ لَنَا هٰذَا وَمَا كُنَّا لَهٗ مُقْرِنِيْنَۙ وَاِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ
﴾
Sebagian ahli ilmu berpendapat, untuk kendaraan
laut lebih utama menggunakan doa yang diperintahkan Allah kepada Nuh:
﴿ ۞ وَقَالَ ارْكَبُوْا
فِيْهَا بِسْمِ اللّٰهِ مَجْرٰ۪ىهَا وَمُرْسٰىهَا ۗاِنَّ رَبِّيْ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
﴾
“Allah
berfirman: ‘Naiklah ke perahu dan ucapkan: ‘Dengan menyebut nama Allah kami
berlayar dan kami mendarat. Sungguh Robku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Hud: 41)
Sebelum itu, dianjurkan membaca bismillah saat
menginjakkan kaki di kendaraan dan membaca alhamdulillah saat duduk
di kendaraan. Ini berdasarkan hadits berikut ini:
Ali bin Robiah berkata: aku menyaksikan Ali ketika
didatangkan kendaraan (onta) untuk dinaiki. Ketika ia meletakkan kakinya di rikab
(pijakan kaki pengendara di onta) ia membaca (بِسْمِ اللهِ). Ketika ia telah duduk
tenang di atasnya membaca (الْحَمْدُ لِلهِ). Lalu membaca:
﴿ سُبْحٰنَ الَّذِيْ
سَخَّرَ لَنَا هٰذَا وَمَا كُنَّا لَهٗ مُقْرِنِيْنَۙ وَاِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ
﴾
“Mahasuci Dzat yang telah menundukkan ini kepada kami padahal
kami tidak mampu mengendalikannya sebelumnya. Kelak kami hanya kembali kepada
Rob kami.” (QS. Az-Zukhruf)
Lalu membaca (الْحَمْدُ
لِلهِ)
tiga kali. Lalu membaca (اللهُ أَكْبَرُ) tiga kali. Lalu membaca:
سُبْحَانَكَ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي؛ إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ
إِلَّا أَنْتَ
“Mahasuci Engkau, sungguh aku telah menzolimi diriku sendiri
(banyak berbuat dosa), maka ampunilah aku. Karena tidak ada yang mengampuni
semua dosa kecuali Engkau.”
Lalu ia tertawa. Ada yang bertanya kepadanya:
“Wahai Amirul Mukminin, kenapa Anda tertawa?” Jawabnya: “Aku melihat Nabi ﷺ
melakukan seperti yang kulakukan lalu beliau tertawa. Aku bertanya: ‘Wahai
Rosulullah, kenapa Anda tertawa?’ Beliau menjawab:
إِنَّ رَبَّكَ يَعْجَبُ مِنْ عَبْدِهِ إِذَا قَالَ: اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي، يَعْلَمُ
أَنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ غَيْرِي
‘Robmu takjub (heran karena cinta) kepada hamba-Nya yang
berkata: ‘Ampunilah dosa-dosaku.’ Allah berfirman: ‘Hamba-Ku tahu tidak ada
yang mengampuni dosa selain Aku.’” (HSR. Abu Dawud no. 2602 sesuai syarat
Al-Bukhori)
Saat Safar
Dari Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma,
apabila Nabi ﷺ
sudah di menetap di atas ontanya hendak keluar safar, bertakbir (اللهُ أَكْبَرُ)
tiga kali lalu membaca:
﴿ سُبْحٰنَ الَّذِيْ
سَخَّرَ لَنَا هٰذَا وَمَا كُنَّا لَهٗ مُقْرِنِيْنَۙ وَاِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ
﴾
Mahasuci Dzat yang telah menundukkan ini pada
kami, padahal kami sebelumnya tidak kuasa mengendalikannya. Kelak kami hanya
kembali kepada Rob kami.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ
الْعَمَلِ مَا تَرْضَى،
Ya Allah kami memohon kepadamu dalam safar ini
kebaikan dan taqwa serta amal yang Engkau ridhoi.
اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ،
Ya Allah ringankanlah safar kami ini dan
lipatlah jarak yang jauh
اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ،
Ya Allah Engkau teman dalam safar (yang
melindungi kami) dan pengganti keluarga (yang melindungi keluarga kami)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ
وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ
Ya Allah aku berlindung
kepadamu dari keburukan safar (tujuan yang buruk), keburukan pemandangan (di
perjalanan), dan keburukan di tempat kembali pada harta dan keluarga.”
Apabila beliau pulang maka mengucapkannya lagi
dan menambahkan:
آيِبُونَ، تَائِبُونَ، عَابِدُونَ، لِرَبِّنَا حَامِدُونَ
“Kami kembali (dengan jasad), kami bertaubat (kembali ke taat),
kami menyembah, kami memuji Rob kami.” (HR. Muslim no. 1342)
Dalam hadits Abdullah bin Sarjis Rodhiyallahu
‘Anhu, ia menambahkan bahwa Nabi ﷺ saat safar berlindung dari:
الْحَوْرِ بَعْدَ الْكَوْرِ، وَدَعْوَةِ الْمَظْلُومِ
“Berubah menjadi buruk
setelah baik dan doa orang yang terzolimi.” (HR. Muslim no. 1343)
Tambahan takbir 3x dalam hadits ini kemungkinan
dianjurkan dibaca jika hendak safar saja, meskipun boleh dibaca
dengan sekedar naik kendaraan tanpa safar. Ini untuk menjamak dua hadits
(hadits kendaraan dan hadits safar).
Saat Pulang
Dari Ibnu Umar Rodhiyallahu ‘Anhuma,
apabila Nabi ﷺ
pulang dari perang, Haji, atau Umroh, beliau bertakbir tiga kali pada setiap
jalan mendaki lalu membaca:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ
الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ،
“Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah. Segala kerajaan
dan segala pujian hanya milik-Nya. Hanya Dia yang kuasa atas segala sesuatu.
آيِبُونَ تَائِبُونَ عَابِدُونَ سَاجِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ،
Kami pulang, dengan bertaubat, beribadah,
bersujud, dan memuji Rob kami.
صَدَقَ اللهُ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ
Allah menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya,
dan menghancurkan sendiri pasukan gabungan.” (HR. Al-Bukhori no. 1797 dan
Muslim no. 1344)
Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu
berkata: kami pulang bersama Nabi ﷺ, Abu Tholhah, dan Shofiyah
yang dibonceng beliau di atas ontanya. Ketika kami sudah melihat Madinah (dari
kejauhan) beliau membaca:
آيِبُونَ، تَائِبُونَ، عَابِدُونَ، لِرَبِّنَا حَامِدُونَ
Beliau terus membacanya sampai tiba di
Madinah.” (HR. Muslim no. 1345 dan Bukhori)
Saat Melihat Desa Tujuan
Ka’ab Al-Akhbar mengatakan, Shuhaib Rodhiyallahu
‘Anhu mengabarkan kepadanya bahwa
Nabi ﷺ
tidaklah melihat desa yang ingin dimasuki melainkan beliau membaca saat
melihatnya:
«اللهم رَبَّ
السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَمَا أَظْلَلْنَ، وَرَبَّ الْأَرْضِينَ السَّبْعِ وَمَا أَقْلَلْنَ،
وَرَبَّ الشَّيَاطِينِ وَمَا أَضْلَلْنَ، وَرَبَّ الرِّيَاحِ وَمَا ذَرَيْنَ، فَإِنَّا
نَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذِهِ الْقَرْيَةِ وَخَيْرِ أَهْلِهَا، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا
وَشَرِّ أَهْلِهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا»
“Ya Allah, Rob langit yang tujuh dan apa yang dinauginya, Rob
bumi yang tujuh dan apa yang di atasnya, Rob setan-setan dan siapa yang
disesatkannya, Rob angin dan apa yang diterbangkannya, kami memohon kepada-Mu
kebaikan desa ini dan kebaikan penduduknya. Kami berlindung kepada-Mu dari
keburukan desa ini, keburukan penghuninya, dan keburukan isinya.”
Ka’ab bersumpah bahwa ini doa yang dibaca Dawud
S ketika melihat musuh. (HSR.
An-Nasai, no. 8775)
Dari hadits Anas dan Shuhaib Rodhiyallahu ‘Anhuma
ini, menunjukkan saat melihat desa yang hendak dituju maka membaca dua doa di
atas. Bebas mengawali yang mana. Allahu a’lam.
Kesimpulan
Doa keluar rumah:
1- بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى
اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
2- اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِكَ أَنْ
أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ
أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
Bacaan saat menginjakkan kaki di kendaraan:
3- بِسْمِ اللهِ
Bacaan saat duduk di kendaraan:
4- الْحَمْدُ لِلهِ
Bacaan saat berkendara:
5-
﴿ سُبْحٰنَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هٰذَا وَمَا كُنَّا لَهٗ
مُقْرِنِيْنَۙ وَاِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ ﴾
6-
﴿ بِسْمِ اللّٰهِ مَجْرٰ۪ىهَا وَمُرْسٰىهَا ۗاِنَّ رَبِّيْ
لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ﴾
Bacaan saat safar:
7- اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللَّهُمَّ
هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ
فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ
وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ
[وَالْحَوْرِ بَعْدَ الْكَوْرِ، وَدَعْوَةِ الْمَظْلُومِ]
Bacaan saat pulang:
8- لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ،
9- آيِبُونَ تَائِبُونَ عَابِدُونَ سَاجِدُونَ لِرَبِّنَا
حَامِدُونَ،
10- صَدَقَ اللهُ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ
الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ
11- اللهم رَبَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَمَا أَظْلَلْنَ،
وَرَبَّ الْأَرْضِينَ السَّبْعِ وَمَا أَقْلَلْنَ، وَرَبَّ الشَّيَاطِينِ وَمَا أَضْلَلْنَ،
وَرَبَّ الرِّيَاحِ وَمَا ذَرَيْنَ، فَإِنَّا نَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذِهِ الْقَرْيَةِ
وَخَيْرِ أَهْلِهَا، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ أَهْلِهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا
اللهم صلّ وسلّم على محمد وتمت بحمد لله.
sdada
BalasHapus