Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj

 

Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj

Oleh: Syaikh Abu Hasyim Sholih bin Awwad bin Sholih A-Maghomisi

Allah akan mengeluarkan Ya’juj dan Ma’juj dari dinding penghalang yang dibangun atas mereka oleh Dzulqornain. Allah berfirman:

﴿ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا ۝ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوْمًا لَّا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا ۝ قَالُوا يَـٰذَا ٱلْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِى ٱلْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَىٰٓ أَن تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا﴾

“Kemudian dia menempuh suatu jalan (lagi), hingga apabila dia telah sampai di antara dua gunung, dia mendapati di hadapan keduanya suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan. Mereka berkata, 'Wahai Dzulqarnain! Sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di bumi. Maka bolehkah kami memberikan imbalan kepadamu agar engkau membuat dinding antara kami dan mereka?'“ (QS. Al-Kahfi: 92–94)

Mereka ini akan keluar dengan izin Allah di akhir zaman, sebagaimana firman-Nya:

 ﴿حَتَّىٰٓ إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ﴾

 “Hingga apabila dibuka untuk Ya’juj dan Ma’juj, mereka keluar dari segala arah...” (QS. Al-Anbiya: 96)

Maka Nabi ‘Isa dan orang-orang Mukmin bersamanya akan melarikan diri ke Gunung Thur. Sementara Ya’juj dan Ma’juj menyebar melakukan kerusakan di bumi dan meminum air dari Danau Thobariyyah, serta berbuat apa yang mereka kehendaki. Lalu Nabi ‘Isa berdoa kepada Allah agar mereka dimusnahkan. Maka Allah mengirimkan ulat-ulat di leher-leher mereka hingga semuanya mati dalam waktu bersamaan.

Kemudian Allah mengirimkan burung-burung yang membawa jasad-jasad mereka dan melemparkan ke lautan. Lalu Allah menurunkan hujan, bukan untuk tanaman atau ternak, melainkan untuk membersihkan bumi dari bau busuk mereka.

Kenikmatan Hidup Setelah Binasanya Ya’juj dan Ma’juj

Setelah itu, Nabi ‘Isa dan orang-orang beriman turun dari Gunung Thur, dan pada saat itulah kehidupan benar-benar menjadi nikmat. Bumi mengalami masa terbaiknya karena Allah memerintahkan bumi untuk mengeluarkan keberkahannya. Seolah-olah ini adalah bentuk penegasan dari Allah terhadap kebohongan Dajjal sebelumnya.

Allah menghilangkan racun dari setiap binatang berbisa. Nabi bersabda:

«عِصَابَتَانِ مِنْ أُمَّتِي أَحْرَزَهُمَا اللَّهُ مِنَ النَّارِ: عِصَابَةٌ تَغْزُو الْهِنْدَ، وَعِصَابَةٌ تَكُونُ مَعَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ»

 “Dua kelompok dari umatku yang Allah selamatkan dari Neraka: satu kelompok yang berjihad di India...”—aku (Al-Maghomisi) tidak tahu bagaimana hakikatnya—”...dan satu kelompok yang bersama ‘Isa bin Maryam.” (HR. Ahmad no. 22396, An-Nasa’i no. 3175)

 Kelompok yang bersama ‘Isa bin Maryam ini akan diperlihatkan derajat mereka di Surga oleh ‘Isa. Mereka telah berperang melawan Dajjal selama empat puluh hari dan Allah melindungi mereka dari fitnah Dajjal. Setelah kemenangan, Nabi ‘Isa memberitahukan kepada mereka derajat mereka di Surga.

Rasulullah bersabda:

«حَتَّى تَكُونَ السَّجْدَةُ لِلرَّجُلِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا»

 “Hingga sujud bagi seseorang menjadi lebih baik daripada dunia dan seisinya.”

 Hal itu karena para Mukmin saat itu menyaksikan langsung kedekatan Kiamat; mereka hidup bersama seorang Nabi Allah, yaitu ‘Isa bin Maryam, dan mereka yakin sepenuhnya bahwa Kiamat sudah dekat. Maka mereka mencurahkan diri untuk ibadah. Tidak ada satu pun dari mereka yang mau disibukkan dengan dunia karena semua hal menjadi nyata dan penuh keyakinan. Maka tidak ada yang akan meninggalkan sujud, karena mereka mencari peningkatan derajat di Akhirat mereka.

Nabi ‘Isa tinggal di bumi selama 40 tahun, meskipun tidak jelas apakah ini termasuk masa sebelum keluarnya Ya’juj dan Ma’juj atau tidak. Namun Nabi bersabda:

«طُوبَى لِلْعَيْشِ بَعْدَ المَسِيحِ»

 “Beruntunglah hidup setelah Al-Masih.”

 Yakni, setelah Allah menyelamatkan para hamba dari Ya’juj dan Ma’juj melalui Al-Masih. Setelah itu Nabi ‘Isa pun wafat sebagaimana firman Allah:

 ﴿كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ ٱلْمَوْتِ﴾

 “Setiap jiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali ‘Imron: 185)

Setelahnya, tanda-tanda besar Kiamat terus berlanjut secara berturut-turut hingga matahari terbit dari arah barat, lalu muncul api yang menggiring manusia menuju padang Mahsyar.

Sisi Manusia Ya’juj dan Ma’juj

Ya’juj dan Ma’juj adalah manusia dari keturunan Nabi Adam. Allah berfirman mengenai Nabi Nuh:

 ﴿وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُۥ هُمُ ٱلْبَاقِينَ﴾

“Kami jadikan keturunan Nuh, hanyalah mereka yang tersisa.” (QS. Ash-Shoffat: 77)

Para Ulama memahami dari ayat ini bahwa seluruh keturunan manusia setelah banjir besar berasal dari anak-anak Nabi Nuh. Karena itu sebagian mereka berkata: “Nuh adalah bapak kedua umat manusia.” Diriwayatkan bahwa Nabi Nuh memiliki empat anak: Kan‘an, Yafits, Sam, dan Ham. Kan‘an diyakini oleh sebagian besar ahli sejarah adalah anak yang tenggelam, dan ini dikuatkan oleh nash Al-Qur’an. Namun apakah benar dia Kan‘an atau bukan, Allah lebih mengetahui secara pasti. Yang jelas yang selamat hanya tiga: Yafits, Sam, dan Ham.

Kesimpulannya, menurut mayoritas Ulama, Ya’juj dan Ma’juj berasal dari keturunan Yafits bin Nuh. Mereka adalah bangsa yang sangat buas (barbaric). Yang dimaksud dengan kebuasan di sini bukan hanya makna awam, melainkan mereka tidak memiliki peradaban. Mereka berbuat semata-mata karena dorongan naluriah, seperti yang pernah terjadi pada bangsa Tatar saat menyerang negeri Islam: membunuh hanya karena ingin membunuh. Berbeda dengan Fir‘aun yang ketika membunuh, dia melakukannya dengan strategi kekuasaan—membunuh anak-anak laki-laki dan membiarkan perempuan untuk dijadikan pelayan.

Namun Ya’juj dan Ma’juj serta mereka yang sejenis tidak demikian: mereka membunuh bayi, perempuan, laki-laki, pemuda—tidak seorang pun mereka tinggalkan. Mereka membunuh hanya demi pembunuhan. Andai mereka berakal, tentu mereka akan mempertahankan perempuan—walau haram—untuk nafsu mereka. Tapi karena mereka tidak berakal, mereka menumpahkan darah hanya untuk menumpahkan darah.

Mereka tinggal di balik tembok yang dibangun oleh Dzulqornain, seorang raja sholeh. Apakah ia seorang Nabi atau bukan, terdapat perbedaan pendapat dan tidak ada nash yang tegas. Bahkan dalam Hadits shohih, Nabi bersabda:

«لَا أَدْرِي أَكَانَ ذُو القَرْنَيْنِ نَبِيّاً أَمْ لَا»

 “Aku tidak tahu, apakah Dzulqornain itu seorang Nabi atau bukan.” (HR. Al-Hakim, no. 3830 – shohih)

Hikmah Allah Menyembunyikan Tempat Ya’juj dan Ma’juj

Allah jika menghendaki sesuatu, Dia siapkan sebab-sebabnya. Andaikan manusia mengetahui lokasi Ya’juj dan Ma’juj—meski hanya sekadar rasa ingin tahu ilmiah—niscaya mereka akan mendatanginya. Namun Allah menyembunyikannya.

Dikatakan bahwa tempat mereka dekat dengan wilayah Georgia (bekas Uni Soviet). Ini adalah pendapat mayoritas ahli geografi dan peneliti, tetapi tetap bersifat dzonni (dugaan), bukan pasti.

Dzulqornain telah membangun penghalang atas mereka agar mereka tidak keluar. Mereka sangat ingin keluar, dan kelak suatu saat Allah akan izinkan mereka keluar, sebagaimana firman-Nya:

 ﴿حَتَّىٰٓ إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُم مِّن كُلِّ حَدَبٍۢ يَنسِلُونَ﴾

 “Hingga apabila telah dibukakan (dinding) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” (QS. Al-Anbiya: 96)

Kami telah menjelaskan tentang keluarnya mereka dan bahwa setelah itu kehidupan akan kembali nikmat setelah turunnya Al-Masih. Semua ini termasuk perkara ghoib yang tidak dapat dipastikan secara rinci kecuali berdasarkan berita shohih dan shorih dari Allah atau Rosul-Nya .

Allahu a’lam.[]

Komentar

Artikel Terpopuler

Al-Quran Obat Rohani dan Jasmani

Bacaan Setelah Al-Fatihah dalam Sholat

Doa Naik Kendaraan dan Safar

Hukum Tiyaroh (Anggapan Sial)

Duduk Istirahat dalam Sholat Menurut 4 Madzhab