Perjalanan Menuntut Ilmu Syar'i

Perjalanan Menuntut Ilmu Syar'i

Muqoddimah

Buku sederhana ini ditulis atas permintaan beberapa ikhwah Pati yang menginginkan tema kajian Perjalanan Menuntut Ilmu Syar’i pada Al-Muharrom 1446 H/2024.

Tulisan ini adalah hasil pengalaman pribadi dan pengalaman beberapa penulis dalam menuntut ilmu, lalu saya rangkum menjadi 10 poin besar.

Semoga buku sederhana ini bermanfaat bagi saya dan Muslimin serta diterima Allah Ta’ala.

Penulis

[1] Keutamaan Ilmu

Untuk senantiasa menjaga semangat menuntut ilmu, Anda disyaratkan sering membaca keutamaan ilmu yang tersebar di Kitabullah, hadits, dan ucapan Salaf. Berikut ini saya sampaikan beberapa saja dari keutamaan ilmu.

Dari Al-Qur’an

1)    Allah menyuruh Nabi-Nya meminta tambahan ilmu. Seandainya ada yang lebih utama dari ilmu tentulah tidak akan disuruh meminta tambahan ilmu. Allah Ta’ala berfirman:

﴿رَّبِّ زِدۡنِي عِلۡمٗا 

“Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu.” (QS. Thoha: 114)

2)    Semakin berilmu maka iman semakin naik sehingga Surganya semakin tinggi. Allah Ta’ala berfirman:

﴿يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ 

“Allah mengangkat orang-orang beriman dari kalian dan orang berilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

3)    Allah membedakan antara orang berilmu dengan orang jahil, sebagaimana firman-Nya:

﴿قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ 

“Katakanlah: apakah sama antara orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?” (QS. Az-Zumar: 9)

Dari Sunnah

1)    Ilmu tanda dicintai Allah, sebagaimana sabda Nabi :

«مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ»

“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya maka ia akan dijadikan faham agama.” (HR. Al-Bukhori no. No. 71)

2)    Pelajar dan pengajar dimintakan ampun oleh seluruh makhluk, sebagaimana sabda Nabi :

«إِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ، وَمَنْ فِي الْأَرْضِ، وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ»

“Sesungguhnya orang berilmu dimintakan ampun oleh makhluk di langit (para Malaikat) dan makhluk di bumi hingga ikan di laut dan semut di sarangnya.” (HSR. Abu Dawud no. 3641)

Dari Ucapan Salaf

1)    Ilmu lebih utama daripada ibadah sunnah, bahkan ibadah wajib tidak diterima kecuali di atas ilmu, sebagaimana ucapan Imam Asy-Syafii (204 H) Rohimahullah:

«طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنَ الصَّلَاةِ النَّوَافِل»

“Menuntut ilmu syar’i lebih utama dari ibadah sunnah.” (HR. Ibnu Syahin no. 63 dalam Syarhu Madzahib Ahlis Sunnah dengan sanad shohih)

Imam Ahmad (241 H) Rohimahullah berkata: “Tidak ada amalan yang  bisa menandingi ilmu jika benar niatnya (ikhlas).”

2)    Ilmu membesarkan pemiliknya, sebagaimana ucapan Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu: “Orang yang hafal Al-Baqoroh dan Ali Imron menjadi besar di tengah kami.” Ini sesuai dengan sabda Nabi :

«خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ»

“Orang terbaik dari kalian adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhori no. 5027)

Bagi yang ini menambah wawasan seputar keutaman ilmu bisa membaca buku Keutamaan Ilmu (فضل العلم) karya Ibnul Qoyyim (751 H) yang dikumpulkan Syaikh Ali Hasan Al-Halabi Rohimahullah dari Miftah Daris Sa’adah.

[2] Tujuan Menuntut Ilmu

Sebelum mendalami ilmu, Anda harus menata hati bahwa tujuan menuntut ilmu adalah agar hidup bahagia di dunia dan Akhirat.

Ilmu membantu menyelesaikan berbagai problematika kehidupan, baik dalam masalah ekonomi, kesehatan, gangguan, baik dalam skala rumah tangga, tempat kerja, masyarakat, maupun bernegara. Lalu hasil akhirnya adalah bahagia di Surga, sebagaimana sabda Nabi :

«مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ»

“Siapa yang menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan ia jalan menuju Surga.” (HR. Muslim no. 2699)

Hati-hati menuntut ilmu untuk mencari dunia dan popularitas. Nabi bersabda:

«مَنْ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ، وَيُجَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ، وَيَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ، أَدْخَلَهُ اللّٰهُ جَهَنَّمَ»

“Barangsiapa mencari ilmu untuk berbangga-bangga di tengah ulama, mengelabui orang-orang bodoh, dan memalingkan wajah-wajah manusia ke arahnya, niscaya Allah akan memasukannya ke Jahanam.” (HHR. Ibnu Majah no. 260)

Satu dari tiga orang yang akan disiksa dahulu pada hari Kiamat adalah orang yang belajar ilmu karena riya (pamer amal) dan agar dipuji manusia. (HR. Muslim no. 1905)

Akan tetapi jangan karena belum bisa menata hati lalu meninggalkan ilmu. Ilmu akan membantu ia untuk ikhlas suatu saat nanti.

[3] Banyak Berdoa

Setelah Anda berhasil menata hati, maka berikutnya perbanyak berdoa, karena semua perkara hanya di tangan Allah. Pelajar yang lambat dalam menghafal dan keterbatasan kitab dan guru bisa mengalahkan pelajar cerdas, kuat menghafal, lengkap fasilitas, banyak guru, jika ia menang dalam berdoa.

Contoh doa-doa penting:

ﵟرَّبِّ زِدۡنِي عِلۡمٗاﵞ 

“Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu.” (QS. Thoha: 114)

«اللهم فَقِّهْنِي فِي الدِّينِ، وَعَلِّمْنِي التَّأْوِيلَ»

“Ya Allah, fahamkan aku agama dan ajari aku tafsir.” (HSR. Ahmad no. 2397)

«اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَزِدْنِي عِلْمًا»

“Ya Allah, berilah aku manfaat atas ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku, dan ajari aku ilmu yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah aku ilmu.” (HSR. At-Tirmidzi no. 3599)

«اللَّهُمَّ لَا سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا، وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ سَهْلًا إِذَا شِئْتَ»

“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Kesedihan Engkau jadikan mudah jika Engkau menghendaki.” (HSR. Ibnu Hibban no. 974)

Dianjurkan setiap usai sholat Subuh membaca doa ini:

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا»

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, amal yang diterima.” (HSR. Ibnu Majah no. 925)

Perhatian: wadah ilmu adalah hati. Jika hati bersih maka ilmu akan mudah tertampung, maka berdoalah minta disucikan hati, misalnya  dengan membaca:

«اللهم آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اللهم إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا»

“Ya Allah, berilah jiwaku ketaqwaan dan sucikan ia, Engkau yang terbaik mensucikan, Engkau menguasainya dan mengurusnya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari qolbu yang tidak khusyu, dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim no. 2722)

[4] Adab Sebelum Ilmu

Sebelum Anda mendalami dan menghafal banyak ilmu, maka perhatikan dulu adab: baik kepada Allah, Nabi-Nya, orang tua, guru, dan teman.

Jundub bin Abdillah Rodhiyallahu ‘Anhu berkata:

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ، فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا

“Kami dahulu para pemuda saat bersama Nabi . Kami dahulu mempelajari iman (adab) sebelum mempelajari (menghafal) Al-Quran. Lalu ketika kami belajar (menghafal) Al-Quran maka bertambah iman kami.” (HSR. Ibnu Majah no. 61)

Yakni belajar adab tentang ikhlas, sabar, tawakkal, berdzikir, bersholawat, mengagungkan sunnah, berbakti kepada orang tua, berakhlak kepada teman, dan semisalnya. Lalu dilanjutkan menghafal Al-Quran untuk menguatkan adab tersebut maka bertambahlah ilmu dan iman.

Abdullah bin Mubarok Rohimahullah (181 H) berkata:

تَعَلَّمْتُ الأَدَبَ ثَلَاثِينَ سَنَةً وَتَعَلَّمْتُ العِلْمَ عِشْرِينَ سَنَةً

“Aku mempelajari adab 30 tahun lalu mempelajari ilmu 20 tahun.”

Maksud mempelajari ilmu di sini adalah menghafal hadits dan fiqih.

Maka dahulukan menghafal dzikir harian dan membiasakan diri mengamalkannya disertai melazimi berdzikir dan berdoa, sabar, dan tidak menganggu orang lain.

Imam Malik Rohimahullah (179 H) ditanya tentang menuntut ilmu dan beliau menjawab:

حَسَنٌ، جَمِيلٌ وَلَكِنِ انْظُرِ الَّذِي يَلْزَمُكَ مِنْ حِينِ تُصْبِحُ إِلَى حِينِ تُمْسِي فَالْزَمْهُ

“Baik dan bagus. Akan tetapi perhatikan amal yang mesti kamu kerjakan dari pagi sampai sore lalu rutinkan ia.” (Al-Hilyah, 6/319)

Maka lakukanlah 2 hal:

1)    Menghafal doa dan dzikir harian, misalnya kitab Hisnul Muslim karya Dr. Ali bin Wahf Al-Qohthoni Rohimahullah.

2)    Membaca buku adab Islami, misalnya terjemah dari kitab Al-Adaab Al-Islamiyah karya Dr. Wahid Abdussalam Bali atau lainnya.

[5] Mendalami Bahasa Arob

Sumber ilmu adalah Kitabullah, Sunnah, dan kitab ulama berbahasa Arob. Maka Anda harus mendahulukan bahasa Arob atas semua ilmu sebelum menapaki tangga ilmu.

Bahasa Arob menjadikan materi lebih mudah dipahami dan dihafal. Yang lebih penting dari itu, bahasa Arob menghilangkan gagal paham dan kebosanan dalam belajar.

Di antara manfaat mendahulukan bahasa Arob adalah:

1)    Menyingkat masa belajar.

2)    Memudahkan memahami dan menghafal.

3)    Semua ilmu terbuka lebar di hadapannya, karena ilmu ibarat gudang emas dan kunci pintunya bahasa Arob.

4)    Menghemat waktu, tenaga, biaya. Kitab asli lebih murah daripada yang diterjemahkan. Tafsir Ibnu Katsir seharga Rp250.000, sementara terjemahannya Rp1.200.000 berjilid-jilid. Tentu terjemah semacam ini tidak menghemat biaya dan waktu serta tenaga dalam membacanya, belum lagi jika penerjemah keliru dalam menerjemahkan.

Bagi yang ingin memperbanyak wawasan seputar pengaruh bahasa Arob bagi ilmu syari, bisa baca buku Ada Apa dengan Bahasa Arob? karya Abu Zur’ah Ath-Thaybi yang bisa didownload di sini.

Untuk tahapan belajar bahasa Arob, saya sarankan mempelajari Bahasa Arob Khusus Untuk Memahami Quran dan Hadits karya Nor Kandir. Untuk download kitabnya klik di sini dan untuk ringkasannya klik di sini.

[6] Memulai Menghafal Kitabullah

Pada asalnya ilmu adalah Kitabullah. Ilmu apapun pada asalnya menjelaskan Kitabullah, baik tafsir, hadits, sejarah, fiqih, dan seterusnya.

Ibnu Mas’ud Rodhiyallahu ‘Anhu (32 H) berkata:

مَنْ أَرَادَ الْعِلْمَ فَلْيُثَوِّرِ الْقُرْآنَ، فَإِنَّ فِيهِ عِلْمَ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ

“Siapa yang ingin ilmu maka dalami Al-Quran karena ia berisi ilmu orang teradahulu dan orang kemudian.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, no. 30018)

Imam Asy-Syafi’i Rohimahullah (204 H) berkata:

حَفِظْتُ القُرْآنَ وَأَنَا ابْنُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَحَفِظْتُ المُوَطَّأَ وَأَنَا ابْنُ عَشْرٍ

Aku hafal al-Qur`an ketika berumur 7 tahun, dan aku hafal kitab Al-Muwath-tho` ketika berumur 10 tahun.” (As-Siyar, X/11, oleh Adz-Dzahabi)

Mulai menghafal yang mana? Ada dua yang perlu dihafal:

1)    Ayat dan surat yang dianjurkan Nabi dibaca setiap hari atau momen khusus, seperti ayat Kursi, 2 ayat akhir Al-Baqoroh, 10 ayat akhir Ali Imron, Al-A’la, Al-Ghosyiyah, Al-Mulk, As-Sajdah, Al-Isro, Az-Zumar, Al-Kahfi, Al-Baqoroh, Ali Imron. Tentunya bertahap dan yang ringan-ringan dulu.

2)    Menghafal Juz Amma, karena ia jembatan untuk menghafal semua juz Al-Quran, serta bagus untuk penguatan aqidah, penguatan ilmu, dan penguatan daya hafal.

Saya menyarankan Anda untuk membaca Agar Hafal 30 Juz Seperti Al-Fatihah karya Nor Kandir yang bisa didownload di sini.

Perhatian: aib besar penuntut ilmu adalah tidak fasih dalam tilawah. Hendaknya penuntut ilmu perhatian dengan makhorijul huruf dan sifat-sifatnya.

[7] Memulai Menghafal Hadits

Setelah mahir bahasa Arob dan merintis hafalan Al-Quran, Anda boleh memulai menghafal hadits. Jangan menghafal kitab hadits apapun kecuali memulai dari Arbain Nawawi yang berisi 42 hadits pokok dalam agama. Semua bab agama masuk dalam 42 hadits ini.

Hadits Nabi berjumlah sekitar 120.000. Jika ringkas tanpa pengulangan menjadi sekitar 5.000 hadits. Jika diambil yang pokok maka 42 hadits Arbain Nawawi ini.

Jika sudah hafal, jangan menambah kitab hadits lain, tetapi kajilah makna hadits dari buku syarah atau menghadiri kajian offline atau kajian Youtube.

Jika benar-benar telah hafal dan mengerti maknanya, lanjut ke poin berikutnya di bawah.

[8] Memilih Kutaib

Kesalahan penutut ilmu adalah di awal merintis ilmu langsung mengkaji kitab besar seperti Shohih Al-Bukhori, Fathul Bari, Tafsir Ibnu Katsir, dan semisalnya. Akan tetapi, semestinya Anda memulai dari kutaib (kitab kecil) dari setiap cabang ilmu: aqidah, fiqih, hadits, nahwu, tajwid, dan lain-lain.

Berikut beberapa kutaib yang saya usulkan:

1)    Aqidah: Ushul Tsalatsah, Qowaidul Arba, Nawaqidhul Islam, Kitabut Tauhid. Semuanya karya Muhammad bin Abdul Wahhab Rohimahullah. Lalu Aqidah Thohawiyah dan Aqidah Al-Washithiyah.[1]

2)    Fiqih: Dalilut Tholib[2] untuk fiqih Hanbali atau Abu Syuja untuk fiqih Syafii.[3] Fiqih lebih didahulukan dari selainnya setelah Aqidah, karena ia bersinggungan langsung dengan ibadah harian baik sebagai hamba Allah, jual beli, rumah tangga, hingga kriminalitas dan peradilan.

3)    Hadits: Arbain Nawawi. Jika sudah hafal Arbain, bisa menghafal Umdatul Ahkam (±500 hadits) atau Bulughul Marom (±1.500 hadits) jika mampu. Paling minimal hafal Arbain Nawawi dan jangan ditawar.

4)    Mustholah: Baiquniyah atau Nukhbatul Fikar.

5)    Ushul Fiqih: Al-Ushul min Ilmil Ushul karya Ibnu Utsaimin atau Al-Bidayah fi Ilmil Ushul karya Dr. Wahid Bali atau Al-Waroqot karya Al-Juwaini.

6)    Qowaid Fiqih: saya belum menjumpai yang ringkas. Saya sudah membaca Qowaid Fiqhiyyah karya Ahmad Sabiq, Lc dan mencukupi.

7)    Tafsir: Mukhtashor fit Tafsir atau At-Tafsir Al-Muyassar. Keduaya mirip.

8)    Ushul Tafsir: Al-Ushul fit Tafsir karya Ibnu Utsaimin atau Al-Bidayah fi Ulumil Quran karya Sami bin Bali dan kitab yang kedua ini lebih lengkap.

9)    Tajwid: Tuhfathul Athfal, Al-Jazari, atau Al-Bidayah fit Tajwid karya Zakariya bin Ibrohim bin Zakariya.

10) Sejarah: Al-Khulashoh Al-Bahiyyah karya Dr. Wahid Bali dan dianjurkan membaca ringkasannya berjudul Ringkasan Perjalanan Hidup Nabi dari Lahir Sampai Wafat karya Nor Kandir.

11) Adab: Hisnul Muslim dan membaca Al-Adab Al-Islamiyah karya Dr. Wahid Bali dan jika dihafal maka lebih baik karena hanya berisi hadits.

12) Nahwu: Al-Ajurrumiyah dan sudah saya terjemahkan disertai catatan kaki.

13) Shorof: Amtsilah Tashrifiyah atau Al-Mukhtashor fis Shorf karya Dr. Mahmud Al-Juhani.

Penawaran lain: mutun tholibul ilmi karya Dr. Abdul Muhsin Al-Qosim, yaitu 5 kutaib yang berisi matan-matan pokok yang sebagian sama dengan di atas. Anda bisa ikut program menghafalnya secara online.

Penawaran lain: www.takw.in . Saya takjub dengan situs ini yang berisi semua kitab dari dasar sampai level atas dalam tahapan menuntut ilmu.

Semestinya kutaib-kutaib ini (atau yang semisalnya) dituntaskan dulu sebelum ke kitab-kitab lain yang lebih tebal atau lebih spesifik pembahasannya. Jika tidak demikian, maka selamanya Anda tidak akan menjadi faqih dan kurang kuat wawasan keilmuannya.

Semua pdf kutaib di atas bisa didownload di net atau www.terjemahmatan.com  .

[9] Urgensi Guru dan Majlis Ta’lim

Ada dua keadaan: Anda fokus kuliah agama atau Anda pekerja dan tidak kuliah.

(1) Kuliah

Bagi Anda yang kuliah, maka Anda mendapatkan kurikulum dan modul secara terstruktur. Nilai positifnya: memiliki guru yang rutin mengajar dan mempelajari semua cabang ilmu. Nilai negatifnya: seringkali mempelajari buku yang tebal dan tinggi, dan seringkali pula mahasiswa belum menguasai materi semester sebelumnya, seringkali naik semester tanpa menguasai pokok bahasan. Saya mendengar Prof. Dr. Ziyād Al-Abbāni (salah satu murid utama Imam Al-Albani Rohimahullah) seorang guru besar di sebuah universitas di Syam berkata: “Kami menyayangkan kurikulum kuliah yang tidak memberi pondasi ilmu yang memadai. Kamu akan melihat lulusan sarjana belum hatam Al-Ajurrumiyah dan tidak pula menguasainya.”

Solusi: mengikuti semua mata kuliah dengan baik, dan sebagian waktu untuk menghadiri majlis ilmu ushul yang fokus mengkaji kutaib (kitab kecil) dan dianjurkan dihafal.

(2) Tidak Kuliah

Jika Anda bekerja sebagai pegawai maka waktu belajar menjadi sempit. Jika Anda bekerja membuka usaha (seperti jual beli) maka waktu Anda bisa longgar untuk belajar. Jenis kedua lebih disarankan bagi  penuntut ilmu sejati.

Penuntut ilmu sejati harus menyediakan waktu menghafal kutaib (matan) lalu menghadiri kajiannya di Masjid sekitar atau via youtube jika tidak ada. Adapun menuntut ilmu mengalir saja dengan menghadiri majlis di beberapa Masjid tanpa memperhatikan kutaib dan matan, maka selamanya ilmunya tidak akan kokoh dan tidak akan menjadi faqih.

Jika Anda privat dengan seorang guru maka itu lebih utama.

[10] Kuliah Gratis

Ada beberapa kampus agama yang menyediakan kuliah gratis: D2 (seperti Zad Academy Riyadh), D3 (seperti Murtaqo Kuwait), S1 (seperti KUSA Mesir dan International Al-Quran University Afrika), S2 (seperti Syifaul Qulub Mesir).

Namun, jika belum kuat bahasa Arobnya maka baiknya fokus dulu ke bahasa dan matan. Jika langsung kuliah online, ibarat berburu ke hutan tanpa alat apapun, karena kuliah online berbeda dengan offline.

Kesimpulan

1)    Hendaknya semangat menuntut ilmu dijaga dengan membaca hadits-hadits keutamaan ilmu dan perjuangan para ulama dalam belajar. Dianjurkan membaca 102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara karya Abul Qo’qo terbitan Pustaka Elba.

2)    Tujuan menuntut ilmu adalah agar bahagia dunia Akhirat. Urusan dunia menjadi ringan dan setelah wafat masuk Surga tertinggi, bukan mencari dunia dan popularitas.

3)    Kunci pertama dari ilmu adalah doa, karena semua kebaikan hanya di Tangan Allah. Orang bodoh di atas keterbatasan fasilitas akan mengalahkan orang pintar dengan fasilitas lengkap, jika ia rajin berdoa.

4)    Kunci kedua adalah bahasa Arob. Jika ilmu adalah gudang maka kuncinya adalah bahasa Arob.

5)    Kunci ketiga adalah menghafal. Tidak ada ilmu tanpa menghafal. Ibnu Utsaimin mengaku lebih banyak mendapatkan faidah dari apa yang dihafal melebihi dari apa yang telah dibaca. Yang paling berhak dihafal adalah Kitabullah lalu Arbain Nawawi lalu kutaib (kitab kecil).

6)    Hendaknya Anda memiliki guru, baik offline maupun online. Untuk ilmu dasar, terutama bahasa Arob, sangat dianjurkan belajar privat, terutama tahsin Al-Quran.

7)    Ikutilah kuliah gratis online, jika tidak memungkinkan offline dan terkendala biaya. Namun jika bahasa Arob belum kuat, baiknya fokus dulu belajar bahasa Arob, minimal bisa baca kitab gundul, meskipun belum mampu memahami ceramah  berbahasa Arob.

Ini yang bisa saya tulis. Semoga bermanfaat.

ولله الحمد والصلاة والسلام على محمد.



[1] Dianjurkan dihafal. Jika tidak mampu, maka dibaca berkali-kali dan dipahami setiap kalimatnya dengan bantuan rekaman kajian atau buku syarahnya. Ini berlaku untuk setiap cabang ilmu dari kutaib yang saya usulkan.

[2] Dr. Bakr Abu Zaid menyebutkan bahwa Syaikh As-Sa’di menghafal kitab ini, sementara Ibnu Utsaimin menghafal Zadul Mustaqni. Dalilut Tholib menjadi modul untuk fiqih Hanbali di KUSA Mesir dan susunan tulisannya lebih bagus dari fiqih dasar Hanbali lainnya: Umdatul Fiqh, Al-Mukhtashorot, Zadul Mustaqni, dll.

[3] Saya menyarankan untuk menghafal Abu Syuja atau membacanya hatam berkali-kali. Alasan memilih fiqih Syafii karena fiqih masyarakat Indonesia umumnya Syafii. Jika sudah mahir, tidak mengapa menambah fiqih Hambali. Namun, jika aqidah belum mapan, baiknya memilih Hanbali, karena banyak rujukan Syafiiyah yang bermadzhab Asyairoh, berbeda dengan Hanbali yang kebanyakannya Atsariyah/Salafiyah.

Komentar

Artikel Terpopuler

Al-Quran Obat Rohani dan Jasmani

Bacaan Setelah Al-Fatihah dalam Sholat

Doa Naik Kendaraan dan Safar

Hukum Tiyaroh (Anggapan Sial)

Duduk Istirahat dalam Sholat Menurut 4 Madzhab