Perjalanan Menuntut Ilmu Syar'i
Perjalanan Menuntut Ilmu Syar'i
Muqoddimah
Buku sederhana ini ditulis
atas permintaan beberapa ikhwah Pati yang menginginkan tema kajian Perjalanan
Menuntut Ilmu Syar’i pada Al-Muharrom 1446 H/2024.
Tulisan ini adalah hasil
pengalaman pribadi dan pengalaman beberapa penulis dalam menuntut ilmu, lalu
saya rangkum menjadi 10 poin besar.
Semoga buku sederhana ini
bermanfaat bagi saya dan Muslimin serta diterima Allah Ta’ala.
Penulis
[1] Keutamaan
Ilmu
Untuk senantiasa menjaga
semangat menuntut ilmu, Anda disyaratkan sering membaca keutamaan ilmu yang
tersebar di Kitabullah, hadits, dan ucapan Salaf. Berikut ini saya sampaikan
beberapa saja dari keutamaan ilmu.
Dari Al-Qur’an
1)
Allah menyuruh Nabi-Nya meminta tambahan ilmu. Seandainya ada yang lebih
utama dari ilmu tentulah tidak akan disuruh meminta tambahan ilmu. Allah Ta’ala
berfirman:
﴿رَّبِّ زِدۡنِي
عِلۡمٗا﴾
“Ya
Allah, tambahkanlah aku ilmu.” (QS. Thoha: 114)
2)
Semakin berilmu maka iman semakin naik sehingga Surganya semakin tinggi.
Allah Ta’ala berfirman:
﴿يَرۡفَعِ
ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ مِنكُمۡ
وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ
ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ﴾
“Allah mengangkat
orang-orang beriman dari kalian dan orang berilmu beberapa derajat.” (QS.
Al-Mujadilah: 11)
3)
Allah membedakan antara orang berilmu dengan orang jahil, sebagaimana
firman-Nya:
﴿قُلۡ
هَلۡ يَسۡتَوِي
ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ
وَٱلَّذِينَ لَا
يَعۡلَمُونَۗ﴾
“Katakanlah:
apakah sama antara orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?” (QS.
Az-Zumar: 9)
Dari Sunnah
1)
Ilmu tanda dicintai Allah, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
«مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ»
“Siapa yang Allah
kehendaki kebaikan pada dirinya maka ia akan dijadikan faham agama.” (HR.
Al-Bukhori no. No. 71)
2)
Pelajar dan pengajar dimintakan ampun oleh seluruh makhluk, sebagaimana
sabda Nabi ﷺ:
«إِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ، وَمَنْ
فِي الْأَرْضِ، وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ»
“Sesungguhnya orang berilmu
dimintakan ampun oleh makhluk di langit (para Malaikat) dan makhluk di bumi
hingga ikan di laut dan semut di sarangnya.” (HSR. Abu Dawud no. 3641)
Dari Ucapan
Salaf
1)
Ilmu lebih utama daripada ibadah sunnah, bahkan ibadah wajib tidak diterima
kecuali di atas ilmu, sebagaimana ucapan Imam Asy-Syafii (204 H) Rohimahullah:
«طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنَ الصَّلَاةِ النَّوَافِل»
“Menuntut ilmu syar’i
lebih utama dari ibadah sunnah.” (HR. Ibnu Syahin no. 63 dalam Syarhu
Madzahib Ahlis Sunnah dengan sanad shohih)
Imam Ahmad (241 H) Rohimahullah
berkata: “Tidak ada amalan yang bisa
menandingi ilmu jika benar niatnya (ikhlas).”
2)
Ilmu membesarkan pemiliknya, sebagaimana ucapan Anas bin Malik Rodhiyallahu
‘Anhu: “Orang yang hafal Al-Baqoroh dan Ali Imron menjadi besar di tengah
kami.” Ini sesuai dengan sabda Nabi ﷺ:
«خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ»
“Orang
terbaik dari kalian adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhori
no. 5027)
Bagi yang ini menambah
wawasan seputar keutaman ilmu bisa membaca buku Keutamaan Ilmu (فضل العلم) karya Ibnul Qoyyim (751 H) yang
dikumpulkan Syaikh Ali Hasan Al-Halabi Rohimahullah dari Miftah Daris
Sa’adah.
[2] Tujuan
Menuntut Ilmu
Sebelum mendalami ilmu,
Anda harus menata hati bahwa tujuan menuntut ilmu adalah agar hidup bahagia di
dunia dan Akhirat.
Ilmu membantu
menyelesaikan berbagai problematika kehidupan, baik dalam masalah ekonomi,
kesehatan, gangguan, baik dalam skala rumah tangga, tempat kerja, masyarakat,
maupun bernegara. Lalu hasil akhirnya adalah bahagia di Surga, sebagaimana
sabda Nabi ﷺ:
«مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا
يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ»
“Siapa
yang menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan ia
jalan menuju Surga.” (HR. Muslim no. 2699)
Hati-hati menuntut ilmu
untuk mencari dunia dan popularitas. Nabi ﷺ
bersabda:
«مَنْ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ،
وَيُجَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ، وَيَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ، أَدْخَلَهُ
اللّٰهُ جَهَنَّمَ»
“Barangsiapa
mencari ilmu untuk berbangga-bangga di tengah ulama, mengelabui orang-orang
bodoh, dan memalingkan wajah-wajah manusia ke arahnya, niscaya Allah akan
memasukannya ke Jahanam.” (HHR. Ibnu Majah no. 260)
Satu dari tiga orang yang
akan disiksa dahulu pada hari Kiamat adalah orang yang belajar ilmu karena riya
(pamer amal) dan agar dipuji manusia. (HR. Muslim no. 1905)
Akan tetapi jangan karena
belum bisa menata hati lalu meninggalkan ilmu. Ilmu akan membantu ia untuk
ikhlas suatu saat nanti.
[3] Banyak
Berdoa
Setelah Anda berhasil
menata hati, maka berikutnya perbanyak berdoa, karena semua perkara hanya di
tangan Allah. Pelajar yang lambat dalam menghafal dan keterbatasan kitab dan
guru bisa mengalahkan pelajar cerdas, kuat menghafal, lengkap fasilitas,
banyak guru, jika ia menang dalam berdoa.
Contoh doa-doa penting:
ﵟرَّبِّ
زِدۡنِي عِلۡمٗاﵞ
“Ya
Allah, tambahkanlah aku ilmu.” (QS. Thoha: 114)
«اللهم فَقِّهْنِي
فِي الدِّينِ، وَعَلِّمْنِي التَّأْوِيلَ»
“Ya
Allah, fahamkan aku agama dan ajari aku tafsir.” (HSR. Ahmad no. 2397)
«اللَّهُمَّ انْفَعْنِي
بِمَا عَلَّمْتَنِي، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَزِدْنِي عِلْمًا»
“Ya
Allah, berilah aku manfaat atas ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku, dan
ajari aku ilmu yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah aku ilmu.” (HSR.
At-Tirmidzi no. 3599)
«اللَّهُمَّ لَا
سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا، وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ سَهْلًا إِذَا
شِئْتَ»
“Ya
Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Kesedihan
Engkau jadikan mudah jika Engkau menghendaki.” (HSR. Ibnu Hibban no. 974)
Dianjurkan setiap usai
sholat Subuh membaca doa ini:
«اللَّهُمَّ إِنِّي
أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا»
“Ya
Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, amal yang
diterima.” (HSR. Ibnu Majah no. 925)
Perhatian: wadah ilmu
adalah hati. Jika hati bersih maka ilmu akan mudah tertampung, maka berdoalah
minta disucikan hati, misalnya dengan
membaca:
«اللهم آتِ نَفْسِي
تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا.
اللهم إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ،
وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا»
“Ya
Allah, berilah jiwaku ketaqwaan dan sucikan ia, Engkau yang terbaik mensucikan,
Engkau menguasainya dan mengurusnya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari
ilmu yang tidak bermanfaat, dari qolbu yang tidak khusyu, dari jiwa yang tidak
pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim no. 2722)
[4] Adab Sebelum
Ilmu
Sebelum Anda mendalami
dan menghafal banyak ilmu, maka perhatikan dulu adab: baik kepada Allah,
Nabi-Nya, orang tua, guru, dan teman.
Jundub bin Abdillah Rodhiyallahu
‘Anhu berkata:
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ
ﷺ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ، فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ
قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ
إِيمَانًا
“Kami
dahulu para pemuda saat bersama Nabi ﷺ. Kami
dahulu mempelajari iman (adab) sebelum mempelajari (menghafal) Al-Quran. Lalu
ketika kami belajar (menghafal) Al-Quran maka bertambah iman kami.” (HSR. Ibnu
Majah no. 61)
Yakni belajar adab tentang
ikhlas, sabar, tawakkal, berdzikir, bersholawat, mengagungkan sunnah, berbakti
kepada orang tua, berakhlak kepada teman, dan semisalnya. Lalu dilanjutkan
menghafal Al-Quran untuk menguatkan adab tersebut maka bertambahlah ilmu dan
iman.
Abdullah bin Mubarok Rohimahullah
(181 H) berkata:
تَعَلَّمْتُ
الأَدَبَ ثَلَاثِينَ سَنَةً وَتَعَلَّمْتُ العِلْمَ عِشْرِينَ سَنَةً
“Aku
mempelajari adab 30 tahun lalu mempelajari ilmu 20 tahun.”
Maksud mempelajari
ilmu di sini adalah menghafal hadits dan fiqih.
Maka dahulukan menghafal
dzikir harian dan membiasakan diri mengamalkannya disertai melazimi berdzikir
dan berdoa, sabar, dan tidak menganggu orang lain.
Imam Malik Rohimahullah
(179 H) ditanya tentang menuntut ilmu dan beliau menjawab:
حَسَنٌ، جَمِيلٌ
وَلَكِنِ انْظُرِ الَّذِي يَلْزَمُكَ مِنْ حِينِ تُصْبِحُ إِلَى حِينِ تُمْسِي فَالْزَمْهُ
“Baik
dan bagus. Akan tetapi perhatikan amal yang mesti kamu kerjakan dari pagi
sampai sore lalu rutinkan ia.” (Al-Hilyah, 6/319)
Maka lakukanlah 2 hal:
1)
Menghafal doa dan dzikir harian, misalnya kitab Hisnul Muslim karya
Dr. Ali bin Wahf Al-Qohthoni Rohimahullah.
2)
Membaca buku adab Islami, misalnya terjemah dari kitab Al-Adaab
Al-Islamiyah karya Dr. Wahid Abdussalam Bali atau lainnya.
[5] Mendalami
Bahasa Arob
Sumber ilmu adalah
Kitabullah, Sunnah, dan kitab ulama berbahasa Arob. Maka Anda harus
mendahulukan bahasa Arob atas semua ilmu sebelum menapaki tangga ilmu.
Bahasa Arob menjadikan
materi lebih mudah dipahami dan dihafal. Yang lebih penting dari itu, bahasa
Arob menghilangkan gagal paham dan kebosanan dalam belajar.
Di antara manfaat
mendahulukan bahasa Arob adalah:
1)
Menyingkat masa belajar.
2)
Memudahkan memahami dan menghafal.
3)
Semua ilmu terbuka lebar di hadapannya, karena ilmu ibarat gudang emas dan
kunci pintunya bahasa Arob.
4)
Menghemat waktu, tenaga, biaya. Kitab asli lebih murah daripada yang
diterjemahkan. Tafsir Ibnu Katsir seharga Rp250.000, sementara
terjemahannya Rp1.200.000 berjilid-jilid. Tentu terjemah semacam ini tidak
menghemat biaya dan waktu serta tenaga dalam membacanya, belum lagi jika
penerjemah keliru dalam menerjemahkan.
Bagi yang ingin
memperbanyak wawasan seputar pengaruh bahasa Arob bagi ilmu syari, bisa baca
buku Ada Apa dengan Bahasa Arob? karya Abu Zur’ah Ath-Thaybi yang bisa didownload di sini.
Untuk tahapan belajar
bahasa Arob, saya sarankan mempelajari Bahasa Arob Khusus Untuk Memahami
Quran dan Hadits karya Nor Kandir. Untuk download kitabnya klik di sini dan untuk ringkasannya klik di sini.
[6] Memulai
Menghafal Kitabullah
Pada asalnya ilmu adalah
Kitabullah. Ilmu apapun pada asalnya menjelaskan Kitabullah, baik tafsir,
hadits, sejarah, fiqih, dan seterusnya.
Ibnu Mas’ud Rodhiyallahu
‘Anhu (32 H) berkata:
مَنْ أَرَادَ الْعِلْمَ
فَلْيُثَوِّرِ الْقُرْآنَ، فَإِنَّ فِيهِ عِلْمَ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ
“Siapa yang ingin ilmu
maka dalami Al-Quran karena ia berisi ilmu orang teradahulu dan orang
kemudian.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, no. 30018)
Imam Asy-Syafi’i Rohimahullah
(204 H) berkata:
حَفِظْتُ القُرْآنَ
وَأَنَا ابْنُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَحَفِظْتُ المُوَطَّأَ وَأَنَا ابْنُ عَشْرٍ
“Aku hafal al-Qur`an ketika berumur 7 tahun, dan
aku hafal kitab Al-Muwath-tho` ketika berumur 10 tahun.” (As-Siyar, X/11,
oleh Adz-Dzahabi)
Mulai menghafal yang
mana? Ada dua yang perlu dihafal:
1)
Ayat dan surat yang dianjurkan Nabi ﷺ dibaca
setiap hari atau momen khusus, seperti ayat Kursi, 2 ayat akhir Al-Baqoroh, 10
ayat akhir Ali Imron, Al-A’la, Al-Ghosyiyah, Al-Mulk, As-Sajdah, Al-Isro,
Az-Zumar, Al-Kahfi, Al-Baqoroh, Ali Imron. Tentunya bertahap dan yang
ringan-ringan dulu.
2)
Menghafal Juz Amma, karena ia jembatan untuk menghafal semua juz Al-Quran,
serta bagus untuk penguatan aqidah, penguatan ilmu, dan penguatan daya hafal.
Saya menyarankan Anda
untuk membaca Agar Hafal 30 Juz Seperti Al-Fatihah karya Nor Kandir yang
bisa didownload di sini.
Perhatian: aib besar penuntut ilmu adalah tidak fasih dalam
tilawah. Hendaknya penuntut ilmu perhatian dengan makhorijul huruf dan
sifat-sifatnya.
[7] Memulai
Menghafal Hadits
Setelah mahir bahasa Arob
dan merintis hafalan Al-Quran, Anda boleh memulai menghafal hadits. Jangan
menghafal kitab hadits apapun kecuali memulai dari Arbain Nawawi yang berisi 42
hadits pokok dalam agama. Semua bab agama masuk dalam 42 hadits ini.
Hadits Nabi ﷺ berjumlah sekitar 120.000. Jika ringkas
tanpa pengulangan menjadi sekitar 5.000 hadits. Jika diambil yang pokok maka 42
hadits Arbain Nawawi ini.
Jika sudah hafal, jangan
menambah kitab hadits lain, tetapi kajilah makna hadits dari buku syarah atau
menghadiri kajian offline atau kajian Youtube.
Jika benar-benar telah
hafal dan mengerti maknanya, lanjut ke poin berikutnya di bawah.
[8] Memilih
Kutaib
Kesalahan penutut ilmu
adalah di awal merintis ilmu langsung mengkaji kitab besar seperti Shohih
Al-Bukhori, Fathul Bari, Tafsir Ibnu Katsir, dan semisalnya. Akan tetapi,
semestinya Anda memulai dari kutaib (kitab kecil) dari setiap cabang ilmu:
aqidah, fiqih, hadits, nahwu, tajwid, dan lain-lain.
Berikut beberapa kutaib
yang saya usulkan:
1)
Aqidah: Ushul Tsalatsah,
Qowaidul Arba, Nawaqidhul Islam, Kitabut Tauhid. Semuanya karya Muhammad
bin Abdul Wahhab Rohimahullah. Lalu Aqidah Thohawiyah dan Aqidah
Al-Washithiyah.[1]
2)
Fiqih: Dalilut Tholib[2]
untuk fiqih Hanbali atau Abu Syuja untuk fiqih Syafii.[3]
Fiqih lebih didahulukan dari selainnya setelah Aqidah, karena ia bersinggungan
langsung dengan ibadah harian baik sebagai hamba Allah, jual beli, rumah
tangga, hingga kriminalitas dan peradilan.
3)
Hadits: Arbain Nawawi.
Jika sudah hafal Arbain, bisa menghafal Umdatul Ahkam (±500 hadits) atau
Bulughul Marom (±1.500 hadits) jika mampu. Paling minimal hafal Arbain
Nawawi dan jangan ditawar.
4)
Mustholah: Baiquniyah
atau Nukhbatul Fikar.
5)
Ushul Fiqih: Al-Ushul min
Ilmil Ushul karya Ibnu Utsaimin atau Al-Bidayah fi Ilmil Ushul karya
Dr. Wahid Bali atau Al-Waroqot karya Al-Juwaini.
6)
Qowaid Fiqih: saya belum
menjumpai yang ringkas. Saya sudah membaca Qowaid Fiqhiyyah karya Ahmad
Sabiq, Lc dan mencukupi.
7)
Tafsir: Mukhtashor fit
Tafsir atau At-Tafsir Al-Muyassar. Keduaya mirip.
8)
Ushul Tafsir: Al-Ushul fit
Tafsir karya Ibnu Utsaimin atau Al-Bidayah fi Ulumil Quran karya
Sami bin Bali dan kitab yang kedua ini lebih lengkap.
9)
Tajwid: Tuhfathul Athfal,
Al-Jazari, atau Al-Bidayah fit Tajwid karya Zakariya bin Ibrohim
bin Zakariya.
10)
Sejarah: Al-Khulashoh
Al-Bahiyyah karya Dr. Wahid Bali dan dianjurkan membaca ringkasannya
berjudul Ringkasan Perjalanan Hidup Nabi ﷺ
dari Lahir Sampai Wafat karya Nor Kandir.
11)
Adab: Hisnul Muslim
dan membaca Al-Adab Al-Islamiyah karya Dr. Wahid Bali dan jika dihafal
maka lebih baik karena hanya berisi hadits.
12)
Nahwu: Al-Ajurrumiyah
dan sudah saya terjemahkan disertai catatan kaki.
13)
Shorof: Amtsilah
Tashrifiyah atau Al-Mukhtashor fis Shorf karya Dr. Mahmud Al-Juhani.
Penawaran lain: mutun
tholibul ilmi karya Dr. Abdul Muhsin Al-Qosim, yaitu 5 kutaib yang berisi
matan-matan pokok yang sebagian sama dengan di atas. Anda bisa ikut program
menghafalnya secara online.
Penawaran lain: www.takw.in . Saya
takjub dengan situs ini yang berisi semua kitab dari dasar sampai level atas
dalam tahapan menuntut ilmu.
Semestinya kutaib-kutaib
ini (atau yang semisalnya) dituntaskan dulu sebelum ke kitab-kitab lain yang
lebih tebal atau lebih spesifik pembahasannya. Jika tidak demikian, maka
selamanya Anda tidak akan menjadi faqih dan kurang kuat wawasan keilmuannya.
Semua pdf kutaib di atas
bisa didownload di net atau www.terjemahmatan.com .
[9] Urgensi Guru
dan Majlis Ta’lim
Ada dua keadaan: Anda fokus
kuliah agama atau Anda pekerja dan tidak kuliah.
(1) Kuliah
Bagi Anda yang kuliah,
maka Anda mendapatkan kurikulum dan modul secara terstruktur. Nilai positifnya:
memiliki guru yang rutin mengajar dan mempelajari semua cabang ilmu. Nilai
negatifnya: seringkali mempelajari buku yang tebal dan tinggi, dan seringkali
pula mahasiswa belum menguasai materi semester sebelumnya, seringkali naik
semester tanpa menguasai pokok bahasan. Saya mendengar Prof. Dr. Ziyād Al-Abbāni
(salah satu murid utama Imam Al-Albani Rohimahullah) seorang guru besar
di sebuah universitas di Syam berkata: “Kami menyayangkan kurikulum kuliah yang
tidak memberi pondasi ilmu yang memadai. Kamu akan melihat lulusan sarjana
belum hatam Al-Ajurrumiyah dan tidak pula menguasainya.”
Solusi: mengikuti semua mata kuliah dengan baik, dan
sebagian waktu untuk menghadiri majlis ilmu ushul yang fokus mengkaji kutaib
(kitab kecil) dan dianjurkan dihafal.
(2) Tidak Kuliah
Jika Anda bekerja sebagai
pegawai maka waktu belajar menjadi sempit. Jika Anda bekerja membuka usaha
(seperti jual beli) maka waktu Anda bisa longgar untuk belajar. Jenis kedua
lebih disarankan bagi penuntut ilmu
sejati.
Penuntut ilmu sejati
harus menyediakan waktu menghafal kutaib (matan) lalu menghadiri kajiannya di Masjid
sekitar atau via youtube jika tidak ada. Adapun menuntut ilmu mengalir saja
dengan menghadiri majlis di beberapa Masjid tanpa memperhatikan kutaib dan
matan, maka selamanya ilmunya tidak akan kokoh dan tidak akan menjadi faqih.
Jika Anda privat dengan
seorang guru maka itu lebih utama.
[10] Kuliah
Gratis
Ada beberapa kampus agama
yang menyediakan kuliah gratis: D2 (seperti Zad Academy Riyadh), D3 (seperti
Murtaqo Kuwait), S1 (seperti KUSA Mesir dan International Al-Quran University
Afrika), S2 (seperti Syifaul Qulub Mesir).
Namun, jika belum kuat
bahasa Arobnya maka baiknya fokus dulu ke bahasa dan matan. Jika langsung
kuliah online, ibarat berburu ke hutan tanpa alat apapun, karena kuliah online
berbeda dengan offline.
Kesimpulan
1)
Hendaknya semangat menuntut ilmu dijaga dengan membaca hadits-hadits
keutamaan ilmu dan perjuangan para ulama dalam belajar. Dianjurkan membaca 102
Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara karya Abul Qo’qo terbitan Pustaka
Elba.
2)
Tujuan menuntut ilmu adalah agar bahagia dunia Akhirat. Urusan dunia
menjadi ringan dan setelah wafat masuk Surga tertinggi, bukan mencari dunia dan
popularitas.
3)
Kunci pertama dari ilmu adalah doa, karena semua kebaikan hanya di Tangan
Allah. Orang bodoh di atas keterbatasan fasilitas akan mengalahkan orang pintar
dengan fasilitas lengkap, jika ia rajin berdoa.
4)
Kunci kedua adalah bahasa Arob. Jika ilmu adalah gudang maka kuncinya
adalah bahasa Arob.
5)
Kunci ketiga adalah menghafal. Tidak ada ilmu tanpa menghafal. Ibnu Utsaimin
mengaku lebih banyak mendapatkan faidah dari apa yang dihafal melebihi dari apa
yang telah dibaca. Yang paling berhak dihafal adalah Kitabullah lalu Arbain
Nawawi lalu kutaib (kitab kecil).
6)
Hendaknya Anda memiliki guru, baik offline maupun online. Untuk ilmu dasar,
terutama bahasa Arob, sangat dianjurkan belajar privat, terutama tahsin
Al-Quran.
7)
Ikutilah kuliah gratis online, jika tidak memungkinkan offline dan
terkendala biaya. Namun jika bahasa Arob belum kuat, baiknya fokus dulu belajar
bahasa Arob, minimal bisa baca kitab gundul, meskipun belum mampu memahami
ceramah berbahasa Arob.
Ini yang bisa saya tulis.
Semoga bermanfaat.
ولله الحمد
والصلاة والسلام على محمد.
[1] Dianjurkan dihafal. Jika
tidak mampu, maka dibaca berkali-kali dan dipahami setiap kalimatnya dengan
bantuan rekaman kajian atau buku syarahnya. Ini berlaku untuk setiap cabang
ilmu dari kutaib yang saya usulkan.
[2] Dr. Bakr Abu Zaid
menyebutkan bahwa Syaikh As-Sa’di menghafal kitab ini,
sementara Ibnu Utsaimin menghafal Zadul Mustaqni. Dalilut Tholib
menjadi modul untuk fiqih Hanbali di KUSA Mesir dan susunan tulisannya lebih
bagus dari fiqih dasar Hanbali lainnya: Umdatul Fiqh, Al-Mukhtashorot, Zadul
Mustaqni, dll.
[3] Saya menyarankan untuk menghafal Abu Syuja atau membacanya hatam berkali-kali. Alasan memilih fiqih Syafii karena fiqih masyarakat Indonesia umumnya Syafii. Jika sudah mahir, tidak mengapa menambah fiqih Hambali. Namun, jika aqidah belum mapan, baiknya memilih Hanbali, karena banyak rujukan Syafiiyah yang bermadzhab Asyairoh, berbeda dengan Hanbali yang kebanyakannya Atsariyah/Salafiyah.
Komentar
Posting Komentar