Syarah Doa Nabi ﷺ Pasca Perang Uhud

 

Dari Rifa’ah Az-Zuroqi, ia berkata: Ketika terjadi Perang Uhud dan kaum musyrikin telah mundur (kalah dan pulang), Rosululloh bersabda: “Berbarislah kalian hingga aku dapat memuji Robb-ku.” Maka mereka berbaris di belakang beliau dalam shof-shof. Lalu beliau berdoa:

«اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ،

“Ya Alloh, bagi-Mu segala puji seluruhnya.

اللَّهُمَّ لَا قَابِضَ لِمَا بَسَطْتَ، وَلَا بَاسِطَ لِمَا قَبَضْتَ، وَلَا هَادِيَ لِمَا أَضْلَلْتَ، وَلَا مُضِلَّ لِمَنْ هَدَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُقَرِّبَ لِمَا بَاعَدْتَ، وَلَا مُبَاعِدَ لِمَا قَرَّبْتَ،

Ya Alloh, tidak ada yang bisa menahan apa yang Engkau lapangkan, dan tidak ada yang bisa melapangkan apa yang Engkau tahan. Tidak ada yang bisa memberi petunjuk terhadap siapa yang Engkau sesatkan, dan tidak ada yang bisa menyesatkan siapa yang Engkau beri petunjuk. Tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau tahan, dan tidak ada yang bisa menahan apa yang Engkau beri. Tidak ada yang bisa mendekatkan apa yang Engkau jauhkan, dan tidak ada yang bisa menjauhkan apa yang Engkau dekatkan.

اللَّهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ وَرِزْقِكَ،

Ya Alloh, limpahkanlah atas kami keberkahan-Mu, rohmat-Mu, karunia-Mu, dan rezeki-Mu.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ الْمُقِيمَ الَّذِي لَا يَحُولُ وَلَا يَزُولُ،

Ya Alloh, aku memohon kepada-Mu keni’matan yang abadi yang tidak sirna dan tidak berubah.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ الْعَيْلَةِ وَالْأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ،

Ya Alloh, aku memohon kepada-Mu keni’matan di hari kefakiran dan keamanan di hari ketakutan.

اللَّهُمَّ إِنِّي عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا مَنَعْتَ،

Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang Engkau berikan kepada kami dan kejelekan apa yang Engkau tahan dari kami.

اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ، وَالْفُسُوقَ، وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ،

Ya Alloh, jadikanlah iman itu dicintai oleh kami dan hiasilah dalam hati kami, dan bencilah kepada kami kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan, dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendapatkan petunjuk.

اللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ، وَأَحْيِنَا مُسْلِمِينَ، وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مَفْتُونِينَ،

Ya Alloh, wafatkanlah kami dalam keadaan Muslim, hidupkanlah kami dalam keadaan Muslim, dan kumpulkanlah kami bersama orang-orang sholih tanpa kehinaan dan tanpa fitnah.

اللَّهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ، وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ، وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ، اللَّهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَهَ الْحَقِّ

Ya Alloh, perangi orang-orang kafir yang mendustakan Rosul-Rosul-Mu dan menghalangi dari jalan-Mu. Limpahkanlah kepada mereka kemurkaan dan siksa-Mu. Ya Alloh, perangi orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab, wahai Tuhan yang Maha Benar!” (HSR. Ahmad no. 15492)

Intisari Doa

Doa panjang Rosululloh ini berisi: tauhid, permohonan, dan permusuhan terhadap kekafiran.

Setiap bagian doa ini mengandung makna mendalam:

لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ”: Semua pujian hanya milik Alloh, baik dalam kesenangan maupun kesusahan.

لَا قَابِضَ لِمَا بَسَطْتَ...”: Mengajarkan kita bahwa Alloh-lah satu-satunya pengatur mutlak segala urusan.

ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ...”: Permohonan untuk kelimpahan ni’mat dan rezeki yang halal serta rohmat-Nya.

إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ الْمُقِيمَ...”: Doa agar memperoleh keni’matan abadi, yaitu keni’matan di Surga.

يَوْمَ الْعَيْلَةِ وَالْخَوْفِ”: Menyebut dua waktu genting: kefakiran dan ketakutan, agar Alloh menjaga kita saat itu.

مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَ...”: Menunjukkan bahwa pemberian Alloh bisa menjadi musibah jika tidak disyukuri atau disalahgunakan.

حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ...”: Permohonan agar iman menjadi hal yang dicintai dan maksiat menjadi sesuatu yang dibenci.

تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ...”: Doa agar ditetapkan dalam Islam sampai mati, hidup dalam Islam, dan dikumpulkan dengan orang sholih.

قَاتِلِ الْكَفَرَةَ...”: Doa agar Alloh memerangi orang-orang kafir yang memusuhi da’wah dan menolak kebenaran.

الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ...”: Termasuk dari kalangan Ahlul Kitab yang menentang risalah Islam dan menolak Rosul.

Makna Global

Ketika Nabi hijrah ke Madinah dan telah menetap di sana, beliau membangun Daulah Islam, mendirikan Masjid, dan mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshor. Maka dimulailah kehidupan perjuangan dan Jihad di jalan Allah. Pada tahun kedua Hijriyah, terjadilah Perang Badar yang menjadi kemenangan besar bagi kaum Muslimin, kemenangan yang oleh Allah Ta’ala disebut sebagai yaumul furqon, hari pembeda antara yang haq dan yang batil, yang juga menjadi hari kehinaan bagi kaum Kafir Quroisy; para pemuka mereka terbunuh. Maka kaum Quroisy ingin membalas dendam atas para pemimpin mereka dengan memulai Perang Uhud pada tahun ketiga Hijriyah.

Dalam peristiwa Uhud, Rifa’ah bin Rofi’ Rodhiyallahu ‘Anhu bercerita: pada hari Uhud tiba, yaitu hari banyaknya syuhada’ dari kalangan Muslimin dan menjadi musibah besar bagi mereka, hingga Rosulullah pun terluka. Setelah pertempuran usai dan kaum musyrikin mundur kembali ke rumah-rumah mereka, Rosulullah bersabda kepada para Shohabat: “Berdirilah dengan lurus.” Maka mereka berbaris di belakang beliau dalam shof-shof sebagaimana disebut dalam riwayat lain. Kemudian beliau memuji Robb-nya ‘Azza wa Jalla dan berdoa: “Ya Allah, bagi-Mu segala pujian, seluruhnya. Tiada yang mampu menahan apa yang Engkau bentangkan, tiada yang bisa mendekatkan apa yang Engkau jauhkan, dan tiada yang bisa menjauhkan apa yang Engkau dekatkan. Tiada yang bisa memberi jika Engkau menahan, dan tiada yang bisa menahan jika Engkau memberi.”

Setelah bertawassul kepada Allah Ta’ala dengan pujian dan sifat-sifat-Nya, beliau pun meminta segala ni’mat dunia Akhiroh: “Ya Allah, limpahkanlah atas kami keberkahan, rohmat, karunia, dan rizki-Mu. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keni’matan yang kekal, yang tidak lenyap dan tidak berpindah, yaitu keni’matan Akhiroh. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kecukupan di hari kefakiran dan kebutuhan, dan keamanan di hari peperangan.”

Beliau juga meminta: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang telah Engkau beri kepada kami — berupa harta atau keni’matan yang menjadi sebab meninggalkan Zakat, memutus silaturohmi, menjadi sombong, atau durhaka — serta dari keburukan hal yang Engkau tahan dari kami — karena Engkau lebih mengetahui maslahat kami — yang dapat menimbulkan hasad, kesedihan, dan ketidakridhoan terhadap takdir-Mu.”

Nabi meminta lagi mencintai iman dan membenci kufur: “Ya Allah, jadikanlah iman indah di hati kami dan tanamkan cinta terhadapnya, serta jadikan kami membenci kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan. Jadikanlah kami orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Nabi meminta keteguhan iman dan kebersamaan orang sholih: “Ya Allah, wafatkan kami dalam keadaan Islam, hidupkan kami dalam Islam, dan kumpulkan kami bersama orang-orang sholih, tanpa kehinaan, tanpa fitnah.”

Kemudian beliau berdoa: “Ya Allah, perangi orang-orang kafir yang menghalangi dari jalan-Mu, yang mendustakan Rosul-Rosul-Mu, turunkan atas mereka azab-Mu dan murka-Mu. Ya Allah, perangi pula orang-orang kafir dari kalangan Ahlul Kitab. Wahai Rob yang Haq.”

Doa ini ditutup dengan menyebut dua Nama Allah: Al-Ilah (yang berhak disembah) dan Al-Haq (yang Maha Benar), menunjukkan pengesaan Allah dalam Uluhiyah, Rububiyah, Asma dan Sifat-Nya.

Hadits ini menunjukkan disyariatkannya doa pemimpin setelah peperangan, serta pentingnya memuji dan bertawassul kepada Allah dengan Nama dan Sifat-Nya, sebagaimana tampak dari kuatnya ketundukan dan kebutuhan Nabi kepada Robb-nya dalam segala urusan.

Kaitan 4 Pujian dalam Doa Ini

Empat muqoddimah (pendahuluan atau pembukaan) dalam doa Nabi setelah Perang Uhud — yaitu sifat Allah sebagai Qobidho (yang menggenggam), Hadiya (yang memberi petunjuk), Mu’thi (yang memberi), dan Muqorrib (yang mendekatkan) — memiliki keterkaitan erat sebagai bentuk tawassul dengan menyebut sifat rububiyah dan qudroh Allah Ta’ala sebelum menyampaikan permintaan. Berikut penjelasan keterkaitan keempatnya:

1. Qobidho (قابض) – Yang menggenggam dan menahan

“Tiada yang mampu menahan apa yang Engkau bentangkan (بَسَطْتَ), dan tiada yang mampu membentangkan apa yang Engkau tahan (قَبَضْتَ).”

Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman kuasa Allah, baik rezeki, karunia, ni’mat, maupun bala. Allah Maha Kuasa menahan atau membuka urusan siapa pun, kapan pun. Dengan menyebut sifat ini, hamba mengakui bahwa tidak ada satu pun yang bisa terjadi tanpa izin dan kehendak-Nya.

2. Hadiya (هادي) – Yang memberi petunjuk

“Tiada yang dapat memberi petunjuk (هُدىً) kepada siapa yang Engkau sesatkan, dan tiada yang menyesatkan siapa yang Engkau beri petunjuk.”

Sifat ini menunjukkan bahwa hidayah adalah milik mutlak Allah. Tak ada satu makhluk pun yang bisa memberi hidayah tanpa kehendak Allah. Dalam konteks perang dan da’wah, Nabi menunjukkan bahwa kemenangan dan keselamatan dunia-Akhiroh hanya akan didapat bila Allah memberikan hidayah kepada hati dan amal.

3. Mu’thi (معطي) – Yang memberi

“Tiada yang dapat memberi apa yang Engkau tahan, dan tiada yang dapat menahan apa yang Engkau beri.”

Ini menekankan bahwa semua pemberian berasal dari Allah, baik itu materi, kesehatan, keselamatan, maupun kemenangan. Sifat ini menunjukkan pengakuan total bahwa seluruh kebaikan berasal dari-Nya. Bahkan jika seluruh makhluk ingin memberi sesuatu, tidak akan terjadi jika Allah tidak menghendakinya.

4. Muqorrib (مقرّب) – Yang mendekatkan atau menjadikan dekat

“Tiada yang bisa mendekatkan apa yang Engkau jauhkan, dan tiada yang bisa menjauhkan apa yang Engkau dekatkan.”

Ini mencerminkan bahwa kedekatan kepada kebaikan, keberuntungan, dan Surga hanya bisa diraih jika Allah mendekatkan hamba kepada-Nya. Dan sebaliknya, seseorang akan dijauhkan dari kebaikan jika Allah menghendakinya, meskipun dia berusaha dengan keras. Maka, permintaan perlindungan, kecintaan kepada iman, dan kebencian terhadap kemaksiatan dalam lanjutan doa menjadi logis karena Allah-lah yang bisa mendekatkan hati kepada keimanan.

Empat Permintaan yang Mencakup

«اللَّهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ وَرِزْقِكَ«

“Ya Allah, bentangkan atas kami keberkahan-Mu, rohmat-Mu, keutamaan-Mu, dan rezeki-Mu.”

Ia Merupakan permohonan yang sangat agung dan komprehensif. Di dalamnya terkandung empat permintaan besar: barokah, rohmah, fadl, dan rizq. Masing-masing memiliki makna luas dan didukung oleh banyak dalil dari Al-Qur’an dan Hadits. Berikut penjelasannya:

1. Barokah (بَرَكَاتِكَ)

Makna: Kebaikan yang banyak dan terus bertambah serta menetap, baik di dunia maupun di Akhiroh.

Allah berfirman:

﴿وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

“Dan sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka barokah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’rof: 96)

Barokah meliputi umur, ilmu, waktu, harta, dan keturunan. Dengan barokah, sedikit bisa jadi cukup, bahkan lebih dari cukup.

2. Rohmah (رَحْمَتِكَ)

Makna: Kasih sayang Allah yang meliputi dunia dan Akhiroh. Rohmah adalah penyebab ampunan, hidayah, dan masuk Surga.

Allah berfirman:

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ

“Dan rohmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’rof: 156)

Rohmah adalah pintu segala kebaikan. Tanpanya, manusia binasa.

3. Fadl (فَضْلِكَ)

Makna: Keutamaan dan kemurahan Allah yang diberikan tanpa batas, melebihi dari yang dibutuhkan atau pantas diterima.

Contoh fadhl adalah hikmah. Allah berfirman:

﴿يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا

“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa diberi hikmah, sungguh dia telah diberi kebaikan yang banyak.” (QS. Al-Baqoroh: 269)

Nabi bersabda:

«إِنَّهُ لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمُ الْجَنَّةَ عَمَلُهُ... وَلَكِنْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ«

“Tidak seorang pun dari kalian akan masuk Surga karena amalnya... tapi dengan karunia dan rohmat Allah.” (HR. Al-Bukhori no. 5673 dan Muslim no. 2816)

Fadl lebih luas daripada rohmat. Rohmat sering terkait dengan belas kasih, sedangkan fadl mencakup kelebihan ni’mat tanpa batas.

4. Rizq (رِزْقِكَ)

Makna: Segala bentuk pemberian Allah yang bermanfaat bagi hamba, baik duniawi (makanan, harta, anak, dll) maupun ukhrowi (iman, ilmu, amal sholih, dll).

Allah berfirman:

﴿وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

“Tidak ada satu makhluk pun di bumi melainkan Allah yang menjamin rezekinya.” (QS. Hud: 6)

Nabi bersabda:

«إِنَّ رُوحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رُوعِي أَنَّهُ لَنْ تَمُوتَ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا«

“Sesungguhnya Ruhul Qudus (Jibril) membisikkan ke dalam hatiku bahwa tidak ada jiwa yang mati sampai disempurnakan rezekinya.” (HR. Al-Hakim)

Maka, doa ini mencakup permintaan dunia dan Akhiroh secara menyeluruh:

1.   Barokah: agar ni’mat menjadi banyak dan langgeng.

2.   Rohmah: agar mendapat kasih sayang dan ampunan.

3.   Fadl: agar mendapat keutamaan tanpa batas.

4.   Rizq: agar diberi segala kebutuhan hidup yang halal dan bermanfaat.

Ini menunjukkan sifat Allah Yang Maha Pemurah dan luasnya pemberian-Nya.

Meminta Keni’matan yang Tidak Berubah dan Sirna

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ الْمُقِيمَ الَّذِي لَا يَحُولُ وَلَا يَزُولُ»

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu keni’matan yang abadi, yang tidak pernah terputus dan tidak pernah lenyap.”

Doa ini mencakup permohonan Surga, karena keni’matan di dunia tidak ada yang abadi, sedangkan di Surga ni’mat itu:

1.   Tidak akan berubah

2.   Tidak akan musnah

3.   Akan terus bertambah

Allah berfirman:

﴿أُكُلُهَا دَائِمٌ وَظِلُّهَا ۚ تِلْكَ عُقْبَى الَّذِينَ اتَّقَوا

“Buahnya kekal dan naungannya juga. Itulah balasan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ar-Ro’d: 35)

Doa ini juga berisi nasihat dari keni’matan dunia yang menipu. Dunia bisa tampak menyenangkan, tetapi sebenarnya sementara, dan bisa berubah menjadi bencana (contoh: harta jadi fitnah, kesehatan jadi penyakit, kekuasaan jadi beban).

Nabi bersabda:

«الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ»

“Dunia itu manis dan menghijau (menggoda).” (HR. Muslim no. 2742)

Maka seorang Muslim meminta keni’matan yang hakiki dan langgeng, bukan yang menipu dan membinasakan.

Meminta Rizqi pada Hari Kelaparan dan Kemanan pada Hari Ketakutan

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ الْعَيْلَةِ، وَالْأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ»

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu keni’matan pada hari kefakiran dan keamanan pada hari ketakutan.”

Permintaan ini menunjukkan bahwa seorang hamba tetap memohon keni’matan walau di tengah kondisi serba kekurangan. Bukan hanya berupa harta, tapi ni’mat berupa qona’ah, sabar, dan pertolongan Allah. Allah berfirman:

﴿وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. Ath-Tholaq: 3)

Doa ini juga mengajarkan kita untuk meminta ketenangan dan perlindungan dari Allah ketika seluruh manusia sedang diliputi rasa takut. Allah berfirman:

﴿فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Siapakah yang lebih berhak mendapat rasa aman jika kamu mengetahui? Yaitu orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kedzaliman. Mereka itulah yang mendapat rasa aman dan petunjuk.” (QS. Al-An’am: 81-82)

Maka doa ini berisi permohonan yang sangat agung:

1.   Memohon keni’matan hakiki di tengah kefakiran.

2.   Memohon keamanan sejati di tengah ketakutan.

Berlindung dari Keburukan Ni’mat

اللَّهُمَّ إِنِّي عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا مَنَعْتَ،

Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang Engkau berikan kepada kami dan kejelekan apa yang Engkau tahan dari kami.

Keburukan dari Apa yang Diberi

Harta, jabatan, kekuatan, anak, ilmu — semuanya adalah ni’mat. Namun jika tidak disyukuri, justru bisa menjadi fitnah dan keburukan.

Allah berfirman:

﴿فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ. وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ. كَلَّا

“Adapun manusia apabila diuji oleh Robb-nya dengan dimuliakan dan diberi ni’mat, dia berkata: ‘Robb-ku telah memuliakanku.’ Namun bila diuji dengan membatasi rezekinya, dia berkata: ‘Robb-ku menghinakanku.’ Sekali-kali tidak (bukan begitu hakikatnya).” (QS. Al-Fajr: 15–17)

Maka pemberian Allah adalah ujian, bukan tanda kemuliaan. Maka kita berlindung dari syarr (keburukan) yang ditimbulkan dalam pemberian tersebut.

Keburukan yang Apa yang Ditahan

Terkadang Allah menahan sesuatu dari hamba-Nya: kekayaan, pasangan, keturunan, kesuksesan. Namun penahanan itu bisa jadi rohmat dan penjagaan, karena jika diberi, justru akan merusak agama dan Akhirohnya.

Allah berfirman:

﴿وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu.” (QS. Al-Baqoroh: 216)

Maka kita minta perlindungan agar jangan sampai sesuatu yang ditahan dari kita menimbulkan keputusasaan, iri, atau keluhan terhadap takdir Allah.

Meminta Cinta Iman dan Benci Kufur

«اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ، وَالْفُسُوقَ، وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ»

 “Yaa Alloh, jadikanlah kami mencintai Iman dan hiasilah Iman itu dalam hati kami. Dan jadikanlah kami membenci kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan. Dan jadikanlah kami termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Doa ini adalah permohonan yang sangat dalam dan menyeluruh, mencakup aspek kecintaan terhadap kebaikan dan kebencian terhadap keburukan, serta harapan untuk menjadi golongan orang-orang yang lurus dan mendapatkan petunjuk.

Mencintai Iman dan Menghiasinya di Hati

Bagian pertama dari doa ini adalah permohonan agar Alloh menumbuhkan rasa cinta terhadap Iman dalam diri kita dan menghiasinya di dalam hati. Iman itu bukan sekadar pengakuan lisan, tetapi juga keyakinan yang tertanam kuat dalam qolbu dan terwujud dalam perbuatan. Ketika Iman sudah menghiasi hati, ia akan menjadi cahaya yang membimbing setiap langkah hidup.

Al-Qur’an menjelaskan pentingnya Iman yang kokoh:

﴿قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِن قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ

“Orang-orang Arob Badui itu berkata, ‘Kami telah beriman.’ Katakanlah (kepada mereka), ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘kami telah tunduk’ (Islam), karena Iman itu belum masuk ke dalam hatimu’.” (Q.S.2 Al-Hujurot: 14)

Ayat ini menegaskan bahwa Iman itu letaknya di hati. Doa ini memohon agar Iman itu tidak hanya sekadar masuk, tetapi juga dicintai dan dihiasi, sehingga menjadi sesuatu yang indah dan membahagiakan bagi seorang hamba.

Membenci Kekufuran, Kefasikan, dan Kemaksiatan

Bagian selanjutnya adalah permohonan agar Alloh menjadikan kita membenci tiga hal: kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan. Ini adalah manifestasi dari kesempurnaan Iman. Seseorang yang sungguh-sungguh mencintai Alloh dan Rosul-Nya tentu akan membenci segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran-Nya.

Kekufuran (الْكُفْرَ): Ini adalah penolakan terhadap kebenaran yang datang dari Alloh, baik secara lisan maupun hati. Membenci kekufuran berarti menolak segala bentuk syirik.

Kefasikan (وَالْفُسُوقَ): Berasal dari kata fasaqo yang berarti keluar dari ketaatan. Kefasikan adalah perbuatan menyimpang dari jalan yang benar, melanggar batas-batas syariat Alloh.

Kemaksiatan (وَالْعِصْيَانَ): Ini adalah perbuatan durhaka atau melanggar perintah Alloh. Doa ini memohon agar hati kita dijauhkan dari keinginan untuk berbuat maksiat.

Al-Qur’an secara tegas melarang perbuatan maksiat dan kufur:

﴿وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ

“Tetapi Alloh menjadikan kamu mencintai Iman dan menjadikan Iman itu indah dalam hatimu, dan menjadikan kamu membenci kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus (golongan orang-orang yang Rosyid).” (Q.S. Al-Hujurot: 7)

Menjadi Golongan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk (Ar-Rosyidin)

Bagian terakhir dari doa ini adalah permohonan untuk menjadi golongan orang-orang yang mendapat petunjuk, atau Ar-Rosyidin. Mereka adalah orang-orang yang lurus jalannya, bijaksana, dan senantiasa berada dalam bimbingan Alloh. Ini adalah puncak dari permohonan sebelumnya, karena dengan mencintai Iman dan membenci segala bentuk penyimpangan, seseorang akan secara otomatis diarahkan kepada jalan yang benar.

Petunjuk (hidayah) adalah anugerah terbesar dari Alloh:

﴿مَن يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۖ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُّرْشِدًا

“Barang siapa diberi petunjuk oleh Alloh, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang penolong pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (QS. Al-Kahfi: 17)

Dengan memohon menjadi Ar-Rosyidin, kita berharap Alloh senantiasa membimbing kita dalam setiap keputusan dan perbuatan, sehingga kita selalu berada di atas jalan yang lurus dan diridhoi oleh-Nya.

Permintaan Keteguhan Iman, Kebersamaan dengan Orang Sholih, Serta Perlindungan dari Kehinaan dan Fitnah

اللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ، وَأَحْيِنَا مُسْلِمِينَ، وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مَفْتُونِينَ،

Ya Alloh, wafatkanlah kami dalam keadaan Muslim, hidupkanlah kami dalam keadaan Muslim, dan kumpulkanlah kami bersama orang-orang sholih tanpa kehinaan dan tanpa fitnah.

Doa ini seperti doa Nabi Yusuf:

﴿رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

“Wahai Robbku, Engkau telah menganugerahkan kepadaku kekuasaan dan mengajarkan kepadaku takwil mimpi. Wahai Pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan Akhiroh. Wafatkanlah aku dalam keadaan Muslim dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang sholih.” (QS. Yusuf)

Orang-orang sholih adalah mereka yang taat, seperti para Nabi, syuhada, dan shiddiqin.

﴿وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

“Barangsiapa taat kepada Allah dan Rosul, mereka akan bersama orang-orang yang diberi ni’mat oleh Allah (yaitu) para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang terbaik.” (QS. An-Nisa: 46)

Terkena fitnah bisa menyebabkan orang terhina. Maka hamba sangat berhajat memohon dijauhakan dari fitnah, seperti perintah Nabi kepada para Sohabatnya:

«تَعَوَّذُوا بِاللهِ مِنَ الْفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ» قَالُوا: نَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ

“Berlindunglah kalian dari fitnah yang nampak maupun yang tersembunyi.” Mereka menjawab: “Kami berlindung kepada Allah dari fitnah yang nampak maupun tersembunyi.” (HR. Muslim no. 2867)

Permohonan Kehancuran Atas Musuh

اللَّهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ، وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ، وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ، اللَّهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَهَ الْحَقِّ

Ya Alloh, perangi orang-orang kafir yang mendustakan Rosul-Rosul-Mu dan menghalangi dari jalan-Mu. Limpahkanlah kepada mereka kemurkaan dan siksa-Mu. Ya Alloh, perangi orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab, wahai Tuhan yang Maha Benar!”

Doa ini menyebutkan dua sifat orang kafir yaitu mendustakan dan menghalangi dak’wah.

 Sifat mendustakan seperti ayat:

  ﴿ كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَالْأَحْزَابُ مِنْ بَعْدِهِمْ وَهَمَّتْ كُلُّ أُمَّةٍ بِرَسُولِهِمْ لِيَأْخُذُوهُ وَجَادَلُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ فَأَخَذْتُهُمْ فَكَيْفَ كَانَ عِقَابِ

 “Sebelum mereka, kaum Nuh dan kelompok-kelompok sesudahnya telah mendustakan (para Rosul). Setiap umat berencana menangkap Rosul mereka dan membantah dengan kebatilan untuk menggugurkan kebenaran. Maka Aku menghukum mereka. Alangkah dahsyatnya siksaan-Ku!” (QS. Ghofir: 5)

Sifat keduanya mereka menghalangi da’wah, seperti dalam ayat:

﴿ إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ

 “Sesungguhnya orang-orang kafir menginfakkan harta mereka untuk menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Mereka akan terus menginfakkannya, kemudian menjadi penyesalan bagi mereka, lalu mereka dikalahkan.” (QS. Al-Anfal: 36)

﴿إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَالَهُمْ

 “Sesungguhnya orang-orang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah serta memusuhi Rosul setelah petunjuk jelas bagi mereka, mereka tidak akan bisa membahayakan Allah sedikit pun. Dan Allah akan menghapus amal mereka.” (QS. Muhammad: 32)

Lalu mereka pun Allah hancurkan, sepert ayat:

﴿كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ

 “Seperti kebiasaan Fir’aun dan orang-orang sebelum mereka. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka karena dosa-dosanya. Sungguh, Allah Mahakuat lagi keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Anfal: 52)

﴿فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آيَاتٍ مُفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ

 “Lalu Kami kirimkan kepada mereka banjir besar, belalang, kutu, katak, dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan menjadi kaum yang berdosa.” (QS. Al-A’rof: 133-134)

Terutama orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nashori, sebagaimana dalam doa di atas, karena kekafiran mereka lebih keras, kafir setelah beriman.

Kesimpulan:

Doa ini adalah permohonan keadilan ilahi terhadap orang-orang kafir yang:

1.    Mendustakan para Rosul (seperti kaum Fir’aun, Yahudi, dan musyrikin Quroisy).

2.    Menghalangi manusia dari Islam dengan kekuatan dan tipu daya.

3.    Dari kalangan Ahlul Kitab yang seharusnya mengimani Nabi Muhammad tetapi malah memusuhinya.

Allahu a’lam.[]

Komentar

Artikel Terpopuler

Al-Quran Obat Rohani dan Jasmani

Bacaan Setelah Al-Fatihah dalam Sholat

Doa Naik Kendaraan dan Safar

Hukum Tiyaroh (Anggapan Sial)

Duduk Istirahat dalam Sholat Menurut 4 Madzhab