Tarjamah Kitab Janazah - Lulu wal Marjan
KITAB
JANAZAH
Bab:
Menangisi Orang yang Meninggal
Hadis 531
Dari Usamah bin Zaid, ia berkata: Putri Nabi ﷺ
mengirimkan pesan kepada beliau, “Seorang anakku akan meninggal dunia,
datanglah kepada kami.” Maka beliau mengutus seseorang untuk menyampaikan salam
dan berkata,
إِنَّ للهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى،
وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى، فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ
“Sesungguhnya segala sesuatu milik Allah. Allah yang mengambil
dan memberi, dan segala sesuatu di sisi-Nya sudah ditentukan ajalnya. Maka
hendaknya engkau bersabar dan mengharap pahala.”
Namun putrinya kembali mengutus seseorang
kepadanya dengan memohon secara bersumpah agar beliau benar-benar datang. Maka
beliau pun berdiri dan pergi bersama Sa’d bin Ubadah, Mu’adz bin Jabal, Ubay
bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, dan beberapa orang lelaki lainnya. Lalu anak itu
dibawa kepada Rosulullah ﷺ dan ternyata napasnya sedang sekarat seperti suara bejana, maka
kedua mata beliau berlinang air mata. Sa’d bertanya, “Wahai Rosulullah, apa
ini?” Beliau menjawab,
هذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللهُ فِي قُلُوبِ
عِبَادِهِ، وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءُ
“Ini adalah rahmat yang Allah tempatkan di hati hamba-hamba-Nya.
Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang.”
Hadis 532
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: Sa’d bin
Ubadah pernah sakit parah, maka Nabi ﷺ datang menjenguknya bersama Abdurrahman
bin Auf, Sa’d bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Mas’ud. Ketika beliau masuk dan
mendapati Sa’d berada dalam kondisi dikelilingi oleh keluarganya, beliau
berkata, “Apakah dia sudah meninggal?” Mereka menjawab, “Tidak, wahai Rosulullah.”
Maka Nabi ﷺ
menangis. Ketika orang-orang melihat tangisan beliau, mereka pun ikut menangis.
Beliau pun bersabda,
أَلاَ تَسْمَعُونَ، إِنَّ اللهَ لاَ يُعَذِّبُ
بِدَمْعِ الْعَيْنِ وَلاَ بِحُزْنِ الْقَلْبِ، وَلكِنْ يُعَذِّبُ بِهذَا وَأَشَارَ
إِلَى لِسَانِهِ أَوْ يَرْحَمُ، وَإِنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
“Tidakkah kalian mendengar? Sesungguhnya Allah tidak menyiksa
karena air mata mata atau kesedihan hati, tetapi Allah menyiksa atau merahmati
karena ucapan ini – seraya menunjuk lidahnya – dan sesungguhnya orang yang
meninggal bisa disiksa karena tangisan keluarganya atasnya.”
Bab:
Bersabar Ketika Musibah Menimpa di Saat Pertama
Hadis 533
Dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu,
ia berkata: Nabi ﷺ
melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kubur. Beliau bersabda, “Bertakwalah
kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita itu menjawab, “Pergilah dariku! Engkau
tidak merasakan musibahku.” Ia tidak mengetahui bahwa yang berkata itu adalah
Nabi ﷺ.
Kemudian dikatakan padanya, “Itu Rosulullah ﷺ.” Maka wanita itu datang ke
pintu rumah Nabi ﷺ,
dan tidak menemui penjaga di sana. Ia berkata, “Aku tidak mengenalmu (tadi).”
Maka Nabi ﷺ
bersabda,
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ
الأُولَى
“Sesungguhnya kesabaran itu hanya pada saat pertama kali terkena
musibah.”
Bab:
Orang yang Meninggal Disiksa karena Tangisan Keluarganya Atasnya
Hadis 534
Dari Umar bin Khottob Rodhiyallahu ‘Anhu,
dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda:
الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ بِمَا
نِيحَ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya orang yang meninggal akan disiksa dalam kuburnya
karena ratapan (teriakan dan tangisan berlebihan) yang dilakukan atasnya.”
Hadis 535
Dari Umar bin Khottob, dari Abu Musa, ia
berkata: Ketika Umar tertusuk (yakni saat hendak wafat), Shuhaib mulai berkata,
“Waa akhaah! Wahai saudaraku! (Yakni dengan nada ratapan)” Maka Umar
berkata, “Tidakkah kamu tahu bahwa Rosulullah ﷺ telah bersabda:
إِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ
الْحَيِّ
‘Sesungguhnya orang yang meninggal akan disiksa karena tangisan
orang hidup atasnya.’”
Hadis 536
Dari Abdullah bin Umar, Umar, dan Aisyah,
melalui jalur Abdullah bin Ubaidillah bin Abi Mulaikah, ia berkata:
Putri Utsman Rodhiyallahu ‘Anhu wafat di
Makkah, dan kami datang untuk menyaksikan janazahnya. Di sana hadir pula Ibnu
Umar dan Ibnu Abbas, dan aku duduk di antara keduanya (atau beliau berkata: Aku
duduk di dekat salah satunya, lalu yang satunya datang dan duduk di sampingku).
Ibnu Umar berkata kepada Amr bin Utsman,
“Tidakkah kamu melarang (orang-orang) dari menangis? Karena Rosulullah ﷺ
bersabda:
إِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ
أَهْلِهِ عَلَيْهِ
‘Sesungguhnya orang yang meninggal akan disiksa karena tangisan
keluarganya atasnya.’
Lalu Ibnu Abbas menjawab, “Dulu Umar juga
mengatakan sebagian dari hal itu.” Kemudian ia menceritakan: “Aku pernah
bepergian bersama Umar dari Makkah, hingga kami sampai di daerah Al-Baida, kami
mendapati sekelompok orang berteduh di bawah pohon. Umar berkata, ‘Pergilah,
lihat siapa mereka.’ Aku pun pergi dan melihat ternyata Shuhaib, lalu aku
memberitahu Umar. Ia berkata, ‘Panggil dia untukku.’ Maka ketika Umar tertusuk
dan akan wafat, Shuhaib datang sambil menangis dan berkata, ‘Waa akhooh! Waa
shoohibah!’ Maka Umar berkata,
‘Wahai Shuhaib, apakah engkau menangis atasku,
padahal Rosulullah ﷺ
telah bersabda:
إِنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبَعْضِ بُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
Sesungguhnya orang yang meninggal disiksa
karena sebagian dari tangisan keluarganya atasnya.’”
Ibnu Abbas melanjutkan: “Ketika Umar wafat, aku
menyampaikan hal ini kepada Aisyah, maka ia berkata:
‘Semoga Allah merahmati Umar. Demi Allah, Rosulullah
ﷺ
tidak pernah bersabda bahwa Allah menyiksa seorang mukmin karena tangisan
keluarganya atasnya. Akan tetapi, Rosulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللهَ لَيَزِيدُ الْكَافِرَ عَذَابًا
بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
‘Allah menambah siksa orang kafir karena tangisan keluarganya
atasnya.’
Kemudian ia berkata, ‘Cukuplah bagi kalian
Al-Qur'an (sebagai dalil):
وَلَا تَزِرُ
وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
Artinya: "Tidaklah seseorang menanggung
dosa orang lain."
Ibnu Abbas berkata, “Allah-lah yang menjadikan
seseorang tertawa dan menangis.”
Ibnu Abi Mulaikah berkata: Demi Allah, Ibnu
Umar tidak berkata apa-apa lagi.
Hadis 537
Dari Aisyah dan Ibnu Umar, melalui jalur Urwah,
ia berkata: disebutkan kepada Aisyah bahwa Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ
bersabda:
أَنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ
بِبُكَاءِ أَهْلِهِ
“Orang yang meninggal disiksa di dalam kuburnya karena tangisan
keluarganya atasnya.”
Maka Aisyah berkata: “Semoga Allah merahmati
Ibnu Umar. Sesungguhnya Nabi ﷺ hanya bersabda bahwa orang itu disiksa karena kesalahan dan
dosanya, sementara keluarganya menangisi dirinya sekarang.”
Ia berkata: “Itu seperti sabda beliau ketika
berdiri di atas sumur tempat jasad musyrikin Badr dilemparkan, beliau bersabda
kepada mereka:
إِنَّهُمُ الآنَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّ
مَا كُنْتُ أَقُولُ لَهُمْ حَقٌ
‘Sesungguhnya mereka sekarang mengetahui bahwa apa yang aku
sampaikan kepada mereka adalah benar.’
Kemudian ia membaca:
إِنَّكَ لَا
تُسْمِعُ الْمَوْتَى
dan
وَمَا أَنْتَ
بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ
Artinya: “Sesungguhnya engkau tidak dapat
memperdengarkan kepada orang-orang yang telah mati.”
Yakni: ketika mereka telah menempati tempat
mereka di Neraka.”
Hadis 538
Dari Aisyah, istri Nabi ﷺ, ia
berkata: “Rosulullah ﷺ
pernah melewati seorang wanita Yahudi yang sedang ditangisi oleh keluarganya,
lalu beliau bersabda:
إِنَّهُمْ ليبْكُونَ عَلَيْهَا، وَإِنَّهَا
لَتُعَذَّبُ فِي قَبْرِهَا
‘Sesungguhnya
mereka menangisi dirinya, padahal ia sedang disiksa di dalam kuburnya.’”
Hadis 539
Dari Al-Mughirah Rodhiyallahu ‘Anhu, ia
berkata: Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ نِيحَ عَلَيْهِ يُعَذَّبُ بِمَا
نِيحَ عَلَيْهِ
“Siapa
yang diratapi atas kematiannya, maka ia akan disiksa karena ratapan itu.”
Bab:
Ancaman Keras dalam Meratapi Orang yang Meninggal
Hadis 540
Dari Aisyah, ia berkata: ketika kabar wafatnya
Zaid bin Haritsah, Ja’far, dan Abdullah bin Rowahah sampai kepada Nabi ﷺ,
beliau duduk, dan tampak jelas kesedihan dalam wajah beliau, sedangkan aku
melihat dari sela-sela pintu.
Lalu seorang lelaki datang dan berkata, “Wahai Rosulullah,
para wanita dari keluarga Ja’far sedang menangis.” Maka beliau memerintahkan
agar mereka dihentikan. Lelaki itu pergi, namun saat kembali yang kedua
kalinya, ia berkata bahwa mereka tidak mematuhinya. Beliau bersabda, “Pergi dan
laranglah mereka.” Kemudian ia datang lagi yang ketiga kalinya dan berkata,“Demi Allah, mereka telah mengalahkanku, wahai Rosulullah!” Lalu
disebutkan bahwa Nabi ﷺ
bersabda:
فَاحْثُ فِي أَفْوَاهِهِنَّ التُّرَابَ
“Taburkan
tanah ke mulut mereka!”
Maka aku (Aisyah) berkata: “Semoga Allah merendahkan
hidungmu! Engkau tidak melakukan apa yang diperintahkan Rosulullah ﷺ
kepadamu, dan engkau juga tidak membiarkan Rosulullah ﷺ dari kesulitan yang beliau
alami!”
Hadis 541
Dari Ummu ‘Athiyyah, ia berkata: Nabi ﷺ
mengambil janji setia (baiat) dari kami (para wanita), bahwa kami tidak akan
meratapi orang mati. Namun dari kami, hanya lima orang wanita yang menepati
janji itu: Ummu Sulaim, Ummul ‘Alaa’, Putri Abu Sabroh (istri Mu’adz), dan dua
wanita; -atau putri Abu Sabroh, istri Mu’adz, dan wanita lain.
Hadis 542
Dari Ummu ‘Athiyyah, ia berkata: kami berbaiat
kepada Rosulullah ﷺ,
lalu beliau membaca kepada kami ayat:
(أَنْ لاَ يُشْرِكْنَ بِاللهِ شَيْئًا)
“Agar mereka tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu pun.”
Beliau juga melarang kami dari meratapi orang
yang meninggal.
Lalu ada seorang wanita yang memegang tangannya
sendiri (tidak langsung membaiat) dan berkata, “Fulanah telah menolongku, aku
ingin membalas kebaikannya.” Nabi ﷺ tidak berkata apa pun
kepadanya. Maka wanita itu pun pergi, lalu kembali dan membaiat beliau.
Bab:
Larangan Bagi Wanita Mengikuti janazah
Hadis 543
Dari Ummu ‘Athiyyah, ia berkata:
نُهينَا عَنِ اتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ
وَلَمْ يُعْزَمْ عَلَيْنَا
“Kami dilarang mengikuti janazah, tetapi larangan itu tidak
ditegaskan (tidak ditekankan secara mutlak).”
Bab:
Memandikan janazah
Hadis 544
Dari Ummu ‘Athiyyah al-Anshoriyyah, ia berkata:
ketika putri Nabi ﷺ
wafat, beliau ﷺ
datang kepada kami dan bersabda:
اغْسِلْنَهَا ثَلاَثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ
أَكْثَرَ مِنْ ذلِكَ، إِنْ رَأَيْتُنَّ ذلِكَ، بِمَاءٍ وَسِدْرٍ، وَاجْعَلْنَ فِي الآخِرَةِ
كَافُورًا أَوْ شَيْئًا مِنْ كَافورٍ، فَإِذَا فَرَغْتُنَّ فَآذِنَّنِي
“Mandikanlah dia tiga kali, atau lima kali, atau lebih banyak
jika kalian merasa perlu, dengan air dan daun bidara. Pada siraman terakhir
tambahkan kapur barus atau sesuatu dari kapur barus. Jika kalian selesai,
kabari aku.”
Ketika kami selesai, kami memberitahukan
beliau. Lalu beliau memberikan kepada kami kain sarung beliau dan bersabda:
أَشْعرْنَهَا إِيَّاهُ
“Balutlah ia dengannya (jadikan ini kain kafan untuknya).”
Hadis 545
Dari Ummu ‘Athiyyah al-Anshoriyyah, ia berkata:
Rosulullah ﷺ
masuk kepada kami ketika kami sedang memandikan putrinya. Beliau bersabda:
اغْسِلْنَهَا ثَلاَثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ
أَكْثَرَ مِنْ ذلِكَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ، وَاجْعَلْنَ فِي الآخِرَةِ كَافُورًا، فَإِذَا
فَرَغْتُنَّ فَآذِنَّنِي
“Mandikanlah dia tiga kali, atau lima kali, atau lebih jika
kalian merasa perlu, dengan air dan daun bidara, dan tambahkan kapur barus pada
yang terakhir. Bila kalian selesai, kabari aku.”
Ketika kami telah selesai, kami memberitahukan
beliau. Maka beliau memberikan kepada kami sarung beliau seraya bersabda:
“Balutlah dia dengannya (jadikan sebagai kain
kafannya).”
Ayyub (salah satu perowi) berkata: Hafshoh (binti
Sirin) juga meriwayatkan kepadaku seperti riwayat Muhammad (bin Sirin), dan
dalam hadis Hafshoh disebutkan:
اغْسِلْنَهَا وِتْرًا َكَانَ فِيهِ ثَلاَثًا
أَوْ خَمْسًا أَوْ سَبْعًا
“Mandikanlah dia dalam jumlah ganjil: tiga, lima, atau tujuh
kali,”
dan juga disebutkan:
ابْدَأْنَ بِمَيَامِنِهَا وَمَواضِعِ
الْوُضُوءِ مِنْهَا
“Mulailah dari bagian kanan dan anggota wudunya,”
serta:
“Ummu ‘Athiyyah berkata: Kami menyisir
rambutnya menjadi tiga kepangan.”
Bab:
Memulai dari Sisi Kanan Saat Memandikan
Hadis 546
Dari Ummu ‘Athiyyah, ia berkata: ketika kami
sedang memandikan putri Nabi ﷺ, beliau bersabda:
ابْدَأْنَ بِمَيَامِنِهَا وَمَوَاضِعِ
الْوُضُوءِ مِنْهَا
“Mulailah dari bagian kanan dan anggota wudhunya.”
Bab:
Mengkafani janazah
Hadis 547
Dari Khobbab Rodhiyallahu ‘Anhu, ia
berkata: kami berhijrah bersama Nabi ﷺ demi mengharap wajah Allah.
Maka ada di antara kami yang wafat tanpa mendapat balasan dunia sedikit pun –
di antaranya Mush’ab bin ‘Umair – dan ada juga yang masih hidup hingga
menikmati balasan itu. Mush’ab gugur pada Perang Uhud. Kami tidak mendapati apa
pun untuk mengkafaninya kecuali selembar kain; jika kami tutup kepalanya,
kakinya terlihat, dan jika kami tutup kakinya, kepalanya terlihat. Maka Nabi ﷺ
bersabda menyuruh kami menutupi kepalanya dan meletakkan rumput ‘idhkhir
(semacam rumput harum) di kakinya.”
Hadis 548
Dari Aisyah, bahwa
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كُفِّنَ فِي ثَلاثَةِ أَثْوَابٍ يَمَانِيَةٍ بِيضٍ سَحُولِيَّةٍ مِنْ كُرْسُفٍ،
لَيْسَ فيهِنَّ قَمِيصٌ وَلاَ عِمَامَةٌ
Rosulullah ﷺ dikafani dengan tiga kain
putih buatan Yaman yang bersih dan dari kain katun, tanpa baju dan tanpa
sorban.
Bab:
Menutupi janazah (Setelah Wafat)
Hadis 549
Dari Aisyah, istri Nabi ﷺ,
bahwa
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حينَ تُوُفِّيَ سُجِّيَ بِبُرْدٍ حِبَرَةٍ
Ketika Rosulullah ﷺ wafat, beliau diselimuti
dengan kain hibrah (kain bergaris dari Yaman).
Bab:
Menyegerakan Pemakaman janazah
Hadis 550
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu,
dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda:
أَسْرِعُوا بِالْجِنَازَةِ، فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا،
وَإِنْ يَكُ سِوَى ذلِكَ، فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ
“Segerakanlah janazah! Jika ia orang baik, maka kalian
menyegerakannya menuju kebaikan. Jika tidak, maka itu adalah keburukan yang
kalian singkirkan dari diri kalian.”
Bab:
Keutamaan Sholat janazah dan Mengiringinya
Hadis 551
Dari Abu Huroiroh, ia berkata: Rosulullah ﷺ
bersabda:
مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّي
عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ، وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ،
قِيلَ: وَمَا الْقيرَاطَانِ قَالَ: مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعظيمَيْنِ
“Siapa menghadiri janazah hingga disholatkan, maka baginya satu qiroth.
Siapa menghadirinya hingga dikuburkan, maka baginya dua qiroth.” Para Sohabat
bertanya, “Apakah dua qiroth itu?” Beliau menjawab: “Seperti dua gunung
besar.”
Hadis 552
Dari Abu Huroiroh dan Aisyah, diriwayatkan
bahwa Ibnu Umar mengatakan: Abu Huroiroh telah memperbanyak (riwayat) atas
kami, dengan mengatakan: “Siapa mengikuti janazah, maka baginya satu qiroth.”
Namun Aisyah membenarkannya dan berkata: “Aku mendengar Rosulullah ﷺ
mengatakannya.” Lalu Ibnu Umar berkata: “Sungguh kita telah melewatkan banyak qiroth
(pahala)!”
Bab:
Orang yang Disebut Kebaikan atau Keburukan Setelah Wafat
Hadis 553
Dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu,
ia berkata: suatu janazah lewat, lalu orang-orang menyebutnya dengan pujian yang
baik, maka Nabi ﷺ
bersabda: “Wajib (masuk Surga).” Kemudian janazah lain lewat dan mereka
menyebutnya dengan pujian buruk, maka Nabi ﷺ bersabda: “Wajib (masuk Neraka).”
Umar bin Khottob bertanya, “Apa maksud ‘wajib’ itu?” Beliau menjawab:
هذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا فَوَجَبَتْ
لَهُ الْجَنَّةُ، وَهذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرًّا فَوَجَبَتْ لَهُ النَّارُ، أَنْتُمْ
شُهَدَاءُ اللهِ فِي الأَرْضِ
“Orang yang kalian puji baik, maka wajib baginya Surga. Orang
yang kalian puji buruk, maka wajib baginya Neraka. Kalian adalah saksi-saksi
Allah di bumi.”
Bab:
Tentang Orang yang Beristirahat dan yang Diistirahatkan Darinya
Hadis 554
Dari Abu Qotadah bin Rib’i Al-Anshori, bahwa Rosulullah
ﷺ
bersabda ketika melihat janazah: “(Ada) orang yang beristirahat dan (ada) orang
yang diistirahatkan darinya.” Para Sohabat bertanya, “Wahai Rosulullah, apa
maksudnya?” Beliau menjawab:
الْعَبْدُ الْمُؤمِنُ يَسْتَريحُ مِنْ
نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللهِ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَريحُ
مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
“Seorang hamba Mukmin beristirahat dari kesulitan dunia dan
berpindah ke rohmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat, maka makhluk – manusia,
negeri, pohon-pohonan, dan hewan – beristirahat darinya.”
Bab:
Takbir dalam Sholat janazah
Hadis 555
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu,
أَنَّ رَسُولَ اللهِ نَعَى النَّجَاشِيَّ
فِي الْيَوْمِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ، خَرَجَ إِلَى الْمُصَلَّى فَصَفَّ بِهِمْ وَكَبَّرَ
أَرْبَعًا
Rosulullah ﷺ mengumumkan wafatnya Raja Najasyi pada hari kematiannya,
lalu beliau keluar bersama para Sohabat menuju tempat sholat (berada di samping
Masjid Nabawi), menyusun shof, dan bertakbir empat kali untuk sholat janazah
atasnya.
Hadis 556
Dari Abu Huroiroh, ia berkata: Rosulullah ﷺ
mengumumkan kepada kami kematian Raja Najasyi, penguasa Habasyah, pada hari
wafatnya. Beliau bersabda:
اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ
“Mohonkanlah ampun untuk saudara kalian.”
Hadis 557
Dari Jabir Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa
Nabi ﷺ
menyalatkan Raja
Najasyi, dan beliau bertakbir empat kali.
Hadis 558
Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Nabi ﷺ
bersabda:
قَدْ تُوُفِّيَ الْيَوْمَ رَجُلٌ صَالِحٌ
مِنَ الْحَبَشِ، فَهَلُمَّ فَصَلُّوا عَلَيْهِ
“Hari ini telah wafat seorang lelaki sholih dari Habasyah. Mari
kita mensholatinya.”
Kami pun menyusun shof dan Nabi ﷺ mensholatkannya,
sedangkan kami berada di shof-shof di belakang beliau.
Bab:
Sholat atas Kuburan
Hadis 559
Dari Ibnu Abbas, dari jalur Sulaiman
Asy-Syaibani, ia berkata: aku mendengar Asy-Sya’bi berkata: seseorang yang ikut
bersama Nabi ﷺ
menceritakan bahwa beliau melewati kuburan yang belum ditandai (baru saja
dikuburkan), lalu beliau menyusun shof dan menyalatinya.
Aku bertanya kepada perawi, “Siapa yang
menceritakan itu kepadamu?” Ia menjawab, “Ibnu Abbas.”
Hadis 560
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu: ada
seorang lelaki atau perempuan berkulit hitam yang biasa membersihkan Masjid.
Lalu orang itu wafat dan Nabi ﷺ tidak diberi tahu. Suatu hari beliau bertanya, “Apa yang
terjadi dengan orang itu?” Mereka menjawab, “Ia telah meninggal, wahai Rosulullah.”
Beliau bersabda: “Mengapa kalian tidak memberitahuku?” Lalu mereka menjelaskan
bahwa karena orang itu bukan siapa-siapa. Maka beliau bersabda: “Tunjukkan
kepadaku kuburnya.” Lalu beliau mendatangi kuburnya dan mensholatinya.
Bab:
Berdiri untuk janazah
Hadis 561
Dari Amir bin Robi’ah, dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda:
إِذَا رَأَيْتُمُ الْجَنَازَةَ فَقُومُوا
حَتَّى تُخَلِّفَكُمْ
“Jika kalian melihat janazah, maka berdirilah hingga janazah itu
berlalu meninggalkan kalian.”
Hadis 562
Dari Amir bin Robi’ah Rodhiyallahu ‘Anhu,
dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda:
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ جَنَازَةً، فَإِنْ
لَمْ يَكُنْ مَاشِيًا مَعَهَا، فَلْيَقُمْ حَتَّى يُخَلِّفَهَا أَوْ تخَلِّفهُ أَوْ
تَوضَعَ مِنْ قَبْلِ أَنْ تُخَلِّفَهُ
“Jika salah seorang dari kalian melihat janazah dan tidak ikut
mengiringinya, maka hendaknya ia berdiri hingga janazah itu berlalu atau
diletakkan.”
Hadis 563
Dari Abu Sa’id Al-Khudri Rodhiyallahu ‘Anhu,
dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda:
إِذَا رَأَيْتُمُ الْجَنَازَةَ فَقُومُوا،
فَمَنْ تَبِعَهَا فَلاَ يَقْعُدْ حَتَّى تُوضَعَ
“Jika kalian melihat janazah, maka berdirilah. Siapa yang
mengiringinya, janganlah duduk hingga janazah itu diletakkan (dikuburkan).”
Hadis 564
Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: ada janazah
yang lewat di hadapan kami, maka Nabi ﷺ berdiri untuknya, dan kami
pun ikut berdiri bersama beliau. Lalu kami berkata, “Wahai Rosulullah, itu janazah
seorang Yahudi.” Beliau bersabda:
إِذَا رأَيْتُمُ الْجِنَازَةَ فَقُومُوا
“Jika kalian melihat janazah, berdirilah!”
Hadis 565
Dari Sahl bin Hunaif dan Qois bin Sa’d, dari
jalur Abdurrohman bin Abi Laila, ia berkata: Sahl bin Hunaif dan Qois bin Sa’d
sedang duduk di Al-Qodisiyyah, lalu lewatlah janazah di depan mereka, maka
mereka berdiri. Dikatakan kepada mereka, “Itu janazah dari ahli dzimmah
(non-Muslim yang hidup dalam perlindungan Islam karena bayar pajak).” Mereka
menjawab: “Rosulullah ﷺ
pernah berdiri untuk janazah, lalu dikatakan kepada beliau bahwa itu janazah
seorang Yahudi, maka beliau bersabda:
أَلَيْسَتْ نَفْسًا
‘Bukankah dia juga seorang manusia?’”
Bab:
Posisi Imam dalam Sholat janazah
Hadis 566
Dari Samurah bin Jundub Rodhiyallahu ‘Anhu,
ia berkata:
صَلَّيْتُ وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى امْرَأَةٍ مَاتَتْ فِي نِفَاسِهَا، فَقَامَ عَلَيْهَا،
وَسَطَهَا
Aku sholat di belakang Nabi ﷺ atas
janazah seorang wanita yang meninggal dalam masa nifas, lalu beliau berdiri di
bagian tengah janazahnya.
Komentar
Posting Komentar