Tarjamah Kitab Janazah - Lulu wal Marjan

 


KITAB JANAZAH

Bab: Menangisi Orang yang Meninggal

Hadis 531

Dari Usamah bin Zaid, ia berkata: Putri Nabi mengirimkan pesan kepada beliau, “Seorang anakku akan meninggal dunia, datanglah kepada kami.” Maka beliau mengutus seseorang untuk menyampaikan salam dan berkata,

إِنَّ للهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى، فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ

“Sesungguhnya segala sesuatu milik Allah. Allah yang mengambil dan memberi, dan segala sesuatu di sisi-Nya sudah ditentukan ajalnya. Maka hendaknya engkau bersabar dan mengharap pahala.”

Namun putrinya kembali mengutus seseorang kepadanya dengan memohon secara bersumpah agar beliau benar-benar datang. Maka beliau pun berdiri dan pergi bersama Sa’d bin Ubadah, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, dan beberapa orang lelaki lainnya. Lalu anak itu dibawa kepada Rosulullah dan ternyata napasnya sedang sekarat seperti suara bejana, maka kedua mata beliau berlinang air mata. Sa’d bertanya, “Wahai Rosulullah, apa ini?” Beliau menjawab,

هذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللهُ فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ، وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءُ

“Ini adalah rahmat yang Allah tempatkan di hati hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang.”

Hadis 532

Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: Sa’d bin Ubadah pernah sakit parah, maka Nabi datang menjenguknya bersama Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Mas’ud. Ketika beliau masuk dan mendapati Sa’d berada dalam kondisi dikelilingi oleh keluarganya, beliau berkata, “Apakah dia sudah meninggal?” Mereka menjawab, “Tidak, wahai Rosulullah.” Maka Nabi menangis. Ketika orang-orang melihat tangisan beliau, mereka pun ikut menangis. Beliau pun bersabda,

أَلاَ تَسْمَعُونَ، إِنَّ اللهَ لاَ يُعَذِّبُ بِدَمْعِ الْعَيْنِ وَلاَ بِحُزْنِ الْقَلْبِ، وَلكِنْ يُعَذِّبُ بِهذَا وَأَشَارَ إِلَى لِسَانِهِ أَوْ يَرْحَمُ، وَإِنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ

“Tidakkah kalian mendengar? Sesungguhnya Allah tidak menyiksa karena air mata mata atau kesedihan hati, tetapi Allah menyiksa atau merahmati karena ucapan ini – seraya menunjuk lidahnya – dan sesungguhnya orang yang meninggal bisa disiksa karena tangisan keluarganya atasnya.”

Bab: Bersabar Ketika Musibah Menimpa di Saat Pertama

Hadis 533

Dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Nabi melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kubur. Beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita itu menjawab, “Pergilah dariku! Engkau tidak merasakan musibahku.” Ia tidak mengetahui bahwa yang berkata itu adalah Nabi . Kemudian dikatakan padanya, “Itu Rosulullah .” Maka wanita itu datang ke pintu rumah Nabi , dan tidak menemui penjaga di sana. Ia berkata, “Aku tidak mengenalmu (tadi).” Maka Nabi bersabda,

إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى

“Sesungguhnya kesabaran itu hanya pada saat pertama kali terkena musibah.”

Bab: Orang yang Meninggal Disiksa karena Tangisan Keluarganya Atasnya

Hadis 534

Dari Umar bin Khottob Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , beliau bersabda:

الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ

“Sesungguhnya orang yang meninggal akan disiksa dalam kuburnya karena ratapan (teriakan dan tangisan berlebihan) yang dilakukan atasnya.”

Hadis 535

Dari Umar bin Khottob, dari Abu Musa, ia berkata: Ketika Umar tertusuk (yakni saat hendak wafat), Shuhaib mulai berkata, “Waa akhaah! Wahai saudaraku! (Yakni dengan nada ratapan)” Maka Umar berkata, “Tidakkah kamu tahu bahwa Rosulullah telah bersabda:

إِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ الْحَيِّ

‘Sesungguhnya orang yang meninggal akan disiksa karena tangisan orang hidup atasnya.’”

Hadis 536

Dari Abdullah bin Umar, Umar, dan Aisyah, melalui jalur Abdullah bin Ubaidillah bin Abi Mulaikah, ia berkata:

Putri Utsman Rodhiyallahu ‘Anhu wafat di Makkah, dan kami datang untuk menyaksikan janazahnya. Di sana hadir pula Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, dan aku duduk di antara keduanya (atau beliau berkata: Aku duduk di dekat salah satunya, lalu yang satunya datang dan duduk di sampingku).

Ibnu Umar berkata kepada Amr bin Utsman, “Tidakkah kamu melarang (orang-orang) dari menangis? Karena Rosulullah bersabda:

إِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ

‘Sesungguhnya orang yang meninggal akan disiksa karena tangisan keluarganya atasnya.’

Lalu Ibnu Abbas menjawab, “Dulu Umar juga mengatakan sebagian dari hal itu.” Kemudian ia menceritakan: “Aku pernah bepergian bersama Umar dari Makkah, hingga kami sampai di daerah Al-Baida, kami mendapati sekelompok orang berteduh di bawah pohon. Umar berkata, ‘Pergilah, lihat siapa mereka.’ Aku pun pergi dan melihat ternyata Shuhaib, lalu aku memberitahu Umar. Ia berkata, ‘Panggil dia untukku.’ Maka ketika Umar tertusuk dan akan wafat, Shuhaib datang sambil menangis dan berkata, ‘Waa akhooh! Waa shoohibah!’ Maka Umar berkata,

‘Wahai Shuhaib, apakah engkau menangis atasku, padahal Rosulullah telah bersabda:

إِنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ  بِبَعْضِ بُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ

Sesungguhnya orang yang meninggal disiksa karena sebagian dari tangisan keluarganya atasnya.’”

Ibnu Abbas melanjutkan: “Ketika Umar wafat, aku menyampaikan hal ini kepada Aisyah, maka ia berkata:

‘Semoga Allah merahmati Umar. Demi Allah, Rosulullah tidak pernah bersabda bahwa Allah menyiksa seorang mukmin karena tangisan keluarganya atasnya. Akan tetapi, Rosulullah bersabda:

إِنَّ اللهَ لَيَزِيدُ الْكَافِرَ عَذَابًا بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ

‘Allah menambah siksa orang kafir karena tangisan keluarganya atasnya.’

Kemudian ia berkata, ‘Cukuplah bagi kalian Al-Qur'an (sebagai dalil):

وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى

Artinya: "Tidaklah seseorang menanggung dosa orang lain."

Ibnu Abbas berkata, “Allah-lah yang menjadikan seseorang tertawa dan menangis.”

Ibnu Abi Mulaikah berkata: Demi Allah, Ibnu Umar tidak berkata apa-apa lagi.

Hadis 537

Dari Aisyah dan Ibnu Umar, melalui jalur Urwah, ia berkata: disebutkan kepada Aisyah bahwa Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Nabi bersabda:

أَنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ

“Orang yang meninggal disiksa di dalam kuburnya karena tangisan keluarganya atasnya.”

Maka Aisyah berkata: “Semoga Allah merahmati Ibnu Umar. Sesungguhnya Nabi hanya bersabda bahwa orang itu disiksa karena kesalahan dan dosanya, sementara keluarganya menangisi dirinya sekarang.”

Ia berkata: “Itu seperti sabda beliau ketika berdiri di atas sumur tempat jasad musyrikin Badr dilemparkan, beliau bersabda kepada mereka:

إِنَّهُمُ الآنَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّ مَا كُنْتُ أَقُولُ لَهُمْ حَقٌ

‘Sesungguhnya mereka sekarang mengetahui bahwa apa yang aku sampaikan kepada mereka adalah benar.’

Kemudian ia membaca:

إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى

dan

وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ

Artinya: “Sesungguhnya engkau tidak dapat memperdengarkan kepada orang-orang yang telah mati.”

Yakni: ketika mereka telah menempati tempat mereka di Neraka.”

Hadis 538

Dari Aisyah, istri Nabi , ia berkata: “Rosulullah pernah melewati seorang wanita Yahudi yang sedang ditangisi oleh keluarganya, lalu beliau bersabda:

إِنَّهُمْ ليبْكُونَ عَلَيْهَا، وَإِنَّهَا لَتُعَذَّبُ فِي قَبْرِهَا

Sesungguhnya mereka menangisi dirinya, padahal ia sedang disiksa di dalam kuburnya.’”

Hadis 539

Dari Al-Mughirah Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Aku mendengar Nabi bersabda:

مَنْ نِيحَ عَلَيْهِ يُعَذَّبُ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ

Siapa yang diratapi atas kematiannya, maka ia akan disiksa karena ratapan itu.”

Bab: Ancaman Keras dalam Meratapi Orang yang Meninggal

Hadis 540

Dari Aisyah, ia berkata: ketika kabar wafatnya Zaid bin Haritsah, Ja’far, dan Abdullah bin Rowahah sampai kepada Nabi , beliau duduk, dan tampak jelas kesedihan dalam wajah beliau, sedangkan aku melihat dari sela-sela pintu.

Lalu seorang lelaki datang dan berkata, “Wahai Rosulullah, para wanita dari keluarga Ja’far sedang menangis.” Maka beliau memerintahkan agar mereka dihentikan. Lelaki itu pergi, namun saat kembali yang kedua kalinya, ia berkata bahwa mereka tidak mematuhinya. Beliau bersabda, “Pergi dan laranglah mereka.” Kemudian ia datang lagi yang ketiga kalinya dan berkata,Demi Allah, mereka telah mengalahkanku, wahai Rosulullah!” Lalu disebutkan bahwa Nabi bersabda:

فَاحْثُ فِي أَفْوَاهِهِنَّ التُّرَابَ

Taburkan tanah ke mulut mereka!”

Maka aku (Aisyah) berkata: “Semoga Allah merendahkan hidungmu! Engkau tidak melakukan apa yang diperintahkan Rosulullah kepadamu, dan engkau juga tidak membiarkan Rosulullah dari kesulitan yang beliau alami!”

Hadis 541

Dari Ummu ‘Athiyyah, ia berkata: Nabi mengambil janji setia (baiat) dari kami (para wanita), bahwa kami tidak akan meratapi orang mati. Namun dari kami, hanya lima orang wanita yang menepati janji itu: Ummu Sulaim, Ummul ‘Alaa’, Putri Abu Sabroh (istri Mu’adz), dan dua wanita; ­-atau putri Abu Sabroh, istri Mu’adz, dan wanita lain.

Hadis 542

Dari Ummu ‘Athiyyah, ia berkata: kami berbaiat kepada Rosulullah , lalu beliau membaca kepada kami ayat:

(أَنْ لاَ يُشْرِكْنَ بِاللهِ شَيْئًا)

 “Agar mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun.”

Beliau juga melarang kami dari meratapi orang yang meninggal.

Lalu ada seorang wanita yang memegang tangannya sendiri (tidak langsung membaiat) dan berkata, “Fulanah telah menolongku, aku ingin membalas kebaikannya.” Nabi tidak berkata apa pun kepadanya. Maka wanita itu pun pergi, lalu kembali dan membaiat beliau.

Bab: Larangan Bagi Wanita Mengikuti janazah

Hadis 543

Dari Ummu ‘Athiyyah, ia berkata:

نُهينَا عَنِ اتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ وَلَمْ يُعْزَمْ عَلَيْنَا

“Kami dilarang mengikuti janazah, tetapi larangan itu tidak ditegaskan (tidak ditekankan secara mutlak).”

Bab: Memandikan janazah

Hadis 544

Dari Ummu ‘Athiyyah al-Anshoriyyah, ia berkata: ketika putri Nabi wafat, beliau datang kepada kami dan bersabda:

اغْسِلْنَهَا ثَلاَثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذلِكَ، إِنْ رَأَيْتُنَّ ذلِكَ، بِمَاءٍ وَسِدْرٍ، وَاجْعَلْنَ فِي الآخِرَةِ كَافُورًا أَوْ شَيْئًا مِنْ كَافورٍ، فَإِذَا فَرَغْتُنَّ فَآذِنَّنِي

“Mandikanlah dia tiga kali, atau lima kali, atau lebih banyak jika kalian merasa perlu, dengan air dan daun bidara. Pada siraman terakhir tambahkan kapur barus atau sesuatu dari kapur barus. Jika kalian selesai, kabari aku.”

Ketika kami selesai, kami memberitahukan beliau. Lalu beliau memberikan kepada kami kain sarung beliau dan bersabda:

أَشْعرْنَهَا إِيَّاهُ

“Balutlah ia dengannya (jadikan ini kain kafan untuknya).”

Hadis 545

Dari Ummu ‘Athiyyah al-Anshoriyyah, ia berkata: Rosulullah masuk kepada kami ketika kami sedang memandikan putrinya. Beliau bersabda:

اغْسِلْنَهَا ثَلاَثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذلِكَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ، وَاجْعَلْنَ فِي الآخِرَةِ كَافُورًا، فَإِذَا فَرَغْتُنَّ فَآذِنَّنِي

“Mandikanlah dia tiga kali, atau lima kali, atau lebih jika kalian merasa perlu, dengan air dan daun bidara, dan tambahkan kapur barus pada yang terakhir. Bila kalian selesai, kabari aku.”

Ketika kami telah selesai, kami memberitahukan beliau. Maka beliau memberikan kepada kami sarung beliau seraya bersabda:

“Balutlah dia dengannya (jadikan sebagai kain kafannya).”

Ayyub (salah satu perowi) berkata: Hafshoh (binti Sirin) juga meriwayatkan kepadaku seperti riwayat Muhammad (bin Sirin), dan dalam hadis Hafshoh disebutkan:

اغْسِلْنَهَا وِتْرًا َكَانَ فِيهِ ثَلاَثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ سَبْعًا

“Mandikanlah dia dalam jumlah ganjil: tiga, lima, atau tujuh kali,”

dan juga disebutkan:

ابْدَأْنَ بِمَيَامِنِهَا وَمَواضِعِ الْوُضُوءِ مِنْهَا

“Mulailah dari bagian kanan dan anggota wudunya,”

serta:

“Ummu ‘Athiyyah berkata: Kami menyisir rambutnya menjadi tiga kepangan.”

Bab: Memulai dari Sisi Kanan Saat Memandikan

Hadis 546

Dari Ummu ‘Athiyyah, ia berkata: ketika kami sedang memandikan putri Nabi , beliau bersabda:

ابْدَأْنَ بِمَيَامِنِهَا وَمَوَاضِعِ الْوُضُوءِ مِنْهَا

“Mulailah dari bagian kanan dan anggota wudhunya.”

Bab: Mengkafani janazah

Hadis 547

Dari Khobbab Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: kami berhijrah bersama Nabi demi mengharap wajah Allah. Maka ada di antara kami yang wafat tanpa mendapat balasan dunia sedikit pun – di antaranya Mush’ab bin ‘Umair – dan ada juga yang masih hidup hingga menikmati balasan itu. Mush’ab gugur pada Perang Uhud. Kami tidak mendapati apa pun untuk mengkafaninya kecuali selembar kain; jika kami tutup kepalanya, kakinya terlihat, dan jika kami tutup kakinya, kepalanya terlihat. Maka Nabi bersabda menyuruh kami menutupi kepalanya dan meletakkan rumput ‘idhkhir (semacam rumput harum) di kakinya.”

Hadis 548

Dari Aisyah, bahwa

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُفِّنَ فِي ثَلاثَةِ أَثْوَابٍ يَمَانِيَةٍ بِيضٍ سَحُولِيَّةٍ مِنْ كُرْسُفٍ، لَيْسَ فيهِنَّ قَمِيصٌ وَلاَ عِمَامَةٌ

Rosulullah dikafani dengan tiga kain putih buatan Yaman yang bersih dan dari kain katun, tanpa baju dan tanpa sorban.

Bab: Menutupi janazah (Setelah Wafat)

Hadis 549

Dari Aisyah, istri Nabi , bahwa

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حينَ تُوُفِّيَ سُجِّيَ بِبُرْدٍ حِبَرَةٍ

Ketika Rosulullah wafat, beliau diselimuti dengan kain hibrah (kain bergaris dari Yaman).

Bab: Menyegerakan Pemakaman janazah

Hadis 550

Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , beliau bersabda:

أَسْرِعُوا بِالْجِنَازَةِ،  فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا، وَإِنْ يَكُ سِوَى ذلِكَ، فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ

“Segerakanlah janazah! Jika ia orang baik, maka kalian menyegerakannya menuju kebaikan. Jika tidak, maka itu adalah keburukan yang kalian singkirkan dari diri kalian.”

Bab: Keutamaan Sholat janazah dan Mengiringinya

Hadis 551

Dari Abu Huroiroh, ia berkata: Rosulullah bersabda:

مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّي عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ، وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ، قِيلَ: وَمَا الْقيرَاطَانِ قَالَ: مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعظيمَيْنِ

“Siapa menghadiri janazah hingga disholatkan, maka baginya satu qiroth. Siapa menghadirinya hingga dikuburkan, maka baginya dua qiroth.” Para Sohabat bertanya, “Apakah dua qiroth itu?” Beliau menjawab: “Seperti dua gunung besar.”

Hadis 552

Dari Abu Huroiroh dan Aisyah, diriwayatkan bahwa Ibnu Umar mengatakan: Abu Huroiroh telah memperbanyak (riwayat) atas kami, dengan mengatakan: “Siapa mengikuti janazah, maka baginya satu qiroth.” Namun Aisyah membenarkannya dan berkata: “Aku mendengar Rosulullah mengatakannya.” Lalu Ibnu Umar berkata: “Sungguh kita telah melewatkan banyak qiroth (pahala)!”

Bab: Orang yang Disebut Kebaikan atau Keburukan Setelah Wafat

Hadis 553

Dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: suatu janazah lewat, lalu orang-orang menyebutnya dengan pujian yang baik, maka Nabi bersabda: “Wajib (masuk Surga).” Kemudian janazah lain lewat dan mereka menyebutnya dengan pujian buruk, maka Nabi bersabda: “Wajib (masuk Neraka).” Umar bin Khottob bertanya, “Apa maksud ‘wajib’ itu?” Beliau menjawab:

هذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا فَوَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ، وَهذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرًّا فَوَجَبَتْ لَهُ النَّارُ، أَنْتُمْ شُهَدَاءُ اللهِ فِي الأَرْضِ

“Orang yang kalian puji baik, maka wajib baginya Surga. Orang yang kalian puji buruk, maka wajib baginya Neraka. Kalian adalah saksi-saksi Allah di bumi.”

Bab: Tentang Orang yang Beristirahat dan yang Diistirahatkan Darinya

Hadis 554

Dari Abu Qotadah bin Rib’i Al-Anshori, bahwa Rosulullah bersabda ketika melihat janazah: “(Ada) orang yang beristirahat dan (ada) orang yang diistirahatkan darinya.” Para Sohabat bertanya, “Wahai Rosulullah, apa maksudnya?” Beliau menjawab:

الْعَبْدُ الْمُؤمِنُ يَسْتَريحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللهِ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَريحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ

“Seorang hamba Mukmin beristirahat dari kesulitan dunia dan berpindah ke rohmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat, maka makhluk – manusia, negeri, pohon-pohonan, dan hewan – beristirahat darinya.”

Bab: Takbir dalam Sholat janazah

Hadis 555

Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu,

أَنَّ رَسُولَ اللهِ نَعَى النَّجَاشِيَّ فِي الْيَوْمِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ، خَرَجَ إِلَى الْمُصَلَّى فَصَفَّ بِهِمْ وَكَبَّرَ أَرْبَعًا

Rosulullah mengumumkan wafatnya Raja Najasyi pada hari kematiannya, lalu beliau keluar bersama para Sohabat menuju tempat sholat (berada di samping Masjid Nabawi), menyusun shof, dan bertakbir empat kali untuk sholat janazah atasnya.

Hadis 556

Dari Abu Huroiroh, ia berkata: Rosulullah mengumumkan kepada kami kematian Raja Najasyi, penguasa Habasyah, pada hari wafatnya. Beliau bersabda:

اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ

“Mohonkanlah ampun untuk saudara kalian.”

Hadis 557

Dari Jabir Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi menyalatkan Raja Najasyi, dan beliau bertakbir empat kali.

Hadis 558

Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Nabi bersabda:

قَدْ تُوُفِّيَ الْيَوْمَ رَجُلٌ صَالِحٌ مِنَ الْحَبَشِ، فَهَلُمَّ فَصَلُّوا عَلَيْهِ

“Hari ini telah wafat seorang lelaki sholih dari Habasyah. Mari kita mensholatinya.”

Kami pun menyusun shof dan Nabi mensholatkannya, sedangkan kami berada di shof-shof di belakang beliau.

Bab: Sholat atas Kuburan

Hadis 559

Dari Ibnu Abbas, dari jalur Sulaiman Asy-Syaibani, ia berkata: aku mendengar Asy-Sya’bi berkata: seseorang yang ikut bersama Nabi menceritakan bahwa beliau melewati kuburan yang belum ditandai (baru saja dikuburkan), lalu beliau menyusun shof dan menyalatinya.

Aku bertanya kepada perawi, “Siapa yang menceritakan itu kepadamu?” Ia menjawab, “Ibnu Abbas.”

Hadis 560

Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu: ada seorang lelaki atau perempuan berkulit hitam yang biasa membersihkan Masjid. Lalu orang itu wafat dan Nabi tidak diberi tahu. Suatu hari beliau bertanya, “Apa yang terjadi dengan orang itu?” Mereka menjawab, “Ia telah meninggal, wahai Rosulullah.” Beliau bersabda: “Mengapa kalian tidak memberitahuku?” Lalu mereka menjelaskan bahwa karena orang itu bukan siapa-siapa. Maka beliau bersabda: “Tunjukkan kepadaku kuburnya.” Lalu beliau mendatangi kuburnya dan mensholatinya.

Bab: Berdiri untuk janazah

Hadis 561

Dari Amir bin Robi’ah, dari Nabi , beliau bersabda:

إِذَا رَأَيْتُمُ الْجَنَازَةَ فَقُومُوا حَتَّى تُخَلِّفَكُمْ

“Jika kalian melihat janazah, maka berdirilah hingga janazah itu berlalu meninggalkan kalian.”

Hadis 562

Dari Amir bin Robi’ah Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , beliau bersabda:

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ جَنَازَةً، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ مَاشِيًا مَعَهَا، فَلْيَقُمْ حَتَّى يُخَلِّفَهَا أَوْ تخَلِّفهُ أَوْ تَوضَعَ مِنْ قَبْلِ أَنْ تُخَلِّفَهُ

“Jika salah seorang dari kalian melihat janazah dan tidak ikut mengiringinya, maka hendaknya ia berdiri hingga janazah itu berlalu atau diletakkan.”

Hadis 563

Dari Abu Sa’id Al-Khudri Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi , beliau bersabda:

إِذَا رَأَيْتُمُ الْجَنَازَةَ فَقُومُوا، فَمَنْ تَبِعَهَا فَلاَ يَقْعُدْ حَتَّى تُوضَعَ

“Jika kalian melihat janazah, maka berdirilah. Siapa yang mengiringinya, janganlah duduk hingga janazah itu diletakkan (dikuburkan).”

Hadis 564

Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: ada janazah yang lewat di hadapan kami, maka Nabi berdiri untuknya, dan kami pun ikut berdiri bersama beliau. Lalu kami berkata, “Wahai Rosulullah, itu janazah seorang Yahudi.” Beliau bersabda:

إِذَا رأَيْتُمُ الْجِنَازَةَ فَقُومُوا

“Jika kalian melihat janazah, berdirilah!”

Hadis 565

Dari Sahl bin Hunaif dan Qois bin Sa’d, dari jalur Abdurrohman bin Abi Laila, ia berkata: Sahl bin Hunaif dan Qois bin Sa’d sedang duduk di Al-Qodisiyyah, lalu lewatlah janazah di depan mereka, maka mereka berdiri. Dikatakan kepada mereka, “Itu janazah dari ahli dzimmah (non-Muslim yang hidup dalam perlindungan Islam karena bayar pajak).” Mereka menjawab: “Rosulullah pernah berdiri untuk janazah, lalu dikatakan kepada beliau bahwa itu janazah seorang Yahudi, maka beliau bersabda:

أَلَيْسَتْ نَفْسًا

‘Bukankah dia juga seorang manusia?’”

Bab: Posisi Imam dalam Sholat janazah

Hadis 566

Dari Samurah bin Jundub Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:

صَلَّيْتُ وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى امْرَأَةٍ مَاتَتْ فِي نِفَاسِهَا، فَقَامَ عَلَيْهَا، وَسَطَهَا

Aku sholat di belakang Nabi atas janazah seorang wanita yang meninggal dalam masa nifas, lalu beliau berdiri di bagian tengah janazahnya.

Komentar

Artikel Terpopuler

Al-Quran Obat Rohani dan Jasmani

Bacaan Setelah Al-Fatihah dalam Sholat

Doa Naik Kendaraan dan Safar

Hukum Tiyaroh (Anggapan Sial)

Duduk Istirahat dalam Sholat Menurut 4 Madzhab