Biografi Said bin Zaid - Suwar min Hayatis Shohabah - Dr. Abdurrohman Ra'fat Basya

 

 

اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ حَرَمْتَنِي مِنْ هَذَا الْخَيْرِ فَلَا تَحْرِمْ مِنْهُ ابْنِي سَعِيدًا

“Ya Allah, jika Engkau menghalangiku dari kebaikan ini, maka janganlah Engkau halangi anakku Said darinya.” —Zaid, ayah Said

Zaid, Ayah Sa'id

Zaid bin Amr bin Nufail berdiri jauh dari keramaian orang, menyaksikan kaum Quroisy yang sedang merayakan salah satu hari raya mereka. Ia melihat para pria mengenakan sorban sutra yang mahal, berjalan angkuh dengan jubah Yaman yang berharga. Ia melihat wanita dan anak-anak mengenakan pakaian yang indah dan perhiasan yang mewah. Ia juga melihat hewan-hewan ternak yang dibawa oleh orang-orang kaya, setelah dihias dengan berbagai ornamen, untuk disembelih di hadapan berhala-berhala.

Ia pun berdiri menyandarkan punggungnya ke dinding Ka’bah dan berkata:

يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ الشَّاةُ خَلَقَهَا اللهُ، وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ لَهَا الْمَطَرَ مِنَ السَّمَاءِ فَرَوِيَتْ، وَأَنْبَتَ لَهَا الْعُشْبَ مِنَ الْأَرْضِ فَشَبِعَتْ، ثُمَّ تَذْبَحُونَهَا عَلَى غَيْرِ اسْمِهِ، إِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ!!

“Wahai kaum Quroisy… Kambing diciptakan oleh Allah, Dialah yang menurunkan hujan dari langit sehingga ia minum, dan menumbuhkan rumput dari bumi sehingga ia kenyang. Lalu kalian menyembelihnya tanpa menyebut nama-Nya. Sungguh, aku melihat kalian adalah kaum yang tidak berpengetahuan!!”

Maka pamannya, Al-Khottob, ayah dari Umar bin Khottob, bangkit menghampirinya, lalu menamparnya dan berkata: “Celakalah engkau! Kami selalu mendengar omong kosong ini darimu dan menjadi beban kami, hingga kesabaran kami habis.”

Kemudian ia menghasut orang-orang bodoh dari kaumnya untuk menyakitinya, dan mereka terus-menerus menyakitinya hingga Zaid meninggalkan Makkah dan berlindung di gua Hiro. Al-Khottob pun menugaskan sekelompok pemuda Quroisy untuk menghalanginya masuk Makkah, sehingga ia tidak bisa masuk kecuali secara sembunyi-sembunyi.

Kisah Zaid Mencari Kebenaran

Kemudian, Zaid bin Amr bin Nufail – secara sembunyi-sembunyi dari incaran kaum Quroisy – berkumpul dengan Waroqoh bin Naufal, Abdullah bin Jahsy, Utsman bin Al-Harits, dan Umaymah binti Abdul Muththolib, bibi dari Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththolib . Mereka mulai membahas kesesatan yang telah menjerat bangsa Arob. Zaid berkata kepada teman-temannya:

إِنَّكُمْ - وَاللهِ - لَتَعْلَمُونَ أَنَّ قَوْمَكُمْ لَيْسُوا عَلَى شَيْءٍ، وَأَنَّهُمْ أَخْطَأُوا دِينَ إِبْرَاهِيمَ وَخَالَفُوهُ، فَابْتَغُوا لِأَنْفُسِكُمْ دِينًا تَدِينُونَ بِهِ، إِنْ كُنْتُمْ تَرُومُونَ النَّجَاةَ.

“Demi Allah, kalian tahu bahwa kaum kalian tidak berada di jalan yang benar, dan bahwa mereka telah menyimpang dan menyelisihi agama Ibrohim. Maka carilah bagi diri kalian agama yang dengannya kalian beragama, jika kalian menginginkan keselamatan.”

Maka keempat orang itu bergegas mencari rahib-rahib dari Yahudi dan Nasroni serta pemeluk agama lain, mencari agama Hanifiyah, agama Ibrohim, di sisi mereka.

Adapun Waroqoh bin Naufal, ia menjadi seorang Nasroni.

Adapun Abdullah bin Jahsy dan Utsman bin Al-Harits, mereka tidak menemukan apa-apa.

Adapun Zaid bin Amr bin Nufail, ia memiliki kisah. Mari kita biarkan ia yang menceritakannya kepada kita…

Zaid bin Amr berkata: Aku telah mempelajari agama Yahudi dan Nasroni, namun aku berpaling dari keduanya karena aku tidak menemukan di dalamnya apa yang membuatku tenteram. Aku terus berkelana ke berbagai penjuru bumi mencari agama Ibrohim hingga aku sampai di negeri Syam. Lalu disebutkan kepadaku seorang rahib yang memiliki ilmu dari Kitab. Maka aku mendatanginya dan menceritakan kepadanya perkaraku. Ia berkata: “Aku melihatmu mencari agama Ibrohim, wahai saudara Makkah.” Aku berkata: “Ya, itulah yang aku cari.”

Ia berkata: “Engkau mencari agama yang tidak ditemukan hari ini, namun kembalilah ke negerimu, sesungguhnya Allah akan mengutus dari kaummu seseorang yang akan memperbarui agama Ibrohim. Jika engkau menemuinya, maka berpegang teguhlah kepadanya.”

Maka Zaid kembali ke Makkah, mempercepat langkahnya mencari Nabi yang dijanjikan. Ketika ia berada di tengah perjalanannya, Allah mengutus Nabi-Nya Muhammad dengan agama petunjuk dan kebenaran. Namun, Zaid tidak sempat menemuinya karena sekelompok badui mencegatnya dan membunuhnya sebelum ia sampai di Makkah. Akan tetapi dulu ia sempat melihat Rosulullah sebelum beliau diutus. Ketika Zaid menghembuskan napas terakhirnya, ia mengangkat pandangannya ke langit dan berkata:

اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ حَرَمْتَنِي مِنْ هَذَا الْخَيْرِ فَلَا تَحْرِمْ مِنْهُ ابْنِي سَعِيدًا

“Ya Allah, jika Engkau menghalangiku dari kebaikan ini, maka janganlah Engkau halangi anakku Said darinya.”

Dan Allah berkehendak untuk mengabulkan doa Zaid. Begitu Rosulullah bangkit menyeru manusia kepada Islam, Said bin Zaid termasuk di antara orang-orang pertama yang beriman kepada Allah dan membenarkan risalah Nabi-Nya.

Dan tidaklah mengherankan, karena Said tumbuh di rumah yang menentang kesesatan kaum Quroisy, dan dibesarkan dalam asuhan seorang ayah yang menghabiskan hidupnya mencari kebenaran…

Dan meninggal dunia saat ia terengah-engah mengejar kebenaran…

Dan bukan Said sendiri yang masuk Islam, melainkan istrinya, Fatimah binti Al-Khottob, saudara perempuan Umar bin Al-Khottob, juga masuk Islam bersamanya.

Pemuda Quroisy itu telah menerima banyak gangguan dari kaumnya yang seharusnya mampu memalingkannya dari agamanya. Namun, kaum Quroisy, alih-alih memalingkannya dari Islam, ia dan istrinya justru berhasil menarik seorang pria dari antara pria-pria mereka yang paling berpengaruh dan paling penting…

Di mana keduanya menjadi penyebab masuk Islamnya Umar bin Al-Khottob.

***

Jihad Said bin Zaid

Said bin Zaid mencurahkan seluruh kemampuan mudanya untuk melayani Islam, karena ia masuk Islam saat usianya belum genap 20 tahun. Ia menyaksikan bersama Rosulullah semua peperangan kecuali “Badar”, karena ia tidak hadir pada hari itu disebabkan tugas yang diberikan Nabi kepadanya.

Ia turut serta bersama kaum Muslimin dalam menggulingkan singgasana “Kisro” Persia dan meruntuhkan kekuasaan “Kaisar” Romawi. Dalam setiap pertempuran yang dilalui kaum Muslimin, ia memiliki posisi-posisi gemilang yang disaksikan, dan jasa-jasa yang patut dipuji. Dan mungkin yang paling menakjubkan dari kepahlawanannya adalah apa yang ia catat pada hari “Yarmuk”. Mari kita biarkan ia yang bercerita kepada kita sebagian dari kabar hari itu.

Said bin Zaid berkata:

Ketika tiba hari “Yarmuk”, kami berjumlah 24.000 atau sekitar itu. Lalu “Romawi” datang kepada kami dengan 120.000 tentara, dan mereka mendekati kami dengan langkah-langkah “berat” seolah-olah gunung yang digerakkan oleh tangan-tangan tak terlihat. Di depan mereka berjalan para uskup, patriark, dan pendeta sambil membawa salib dan melantunkan doa-doa dengan suara keras. Pasukan di belakang mereka mengulanginya dengan suara gemuruh seperti guntur.

Ketika kaum Muslimin melihat mereka dalam keadaan seperti ini, jumlah mereka yang banyak membuat mereka gentar, dan sesuatu dari rasa takut menyelinap ke dalam hati mereka.

Saat itu, Abu Ubaidah bin Al-Jarroh bangkit menyemangati kaum Muslimin untuk berperang, lalu berkata:

عِبَادَ اللهِ، انْصُرُوا الله يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

عِبَادَ اللهِ، اصْبِرُوا فَإِنَّ الصَّبْرَ مَنْجَاةٌ مِنَ الْكُفْرِ، وَمَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ، وَمَدْحَضَةٌ لِلْعَارِ، وَأَشْرِعُوا الرِّمَاحَ، وَاسْتَتِرُوا بِالتُّرُوسِ، وَالْزَمُوا الصَّمْتَ إِلَّا مِنْ ذِكْرِ اللهِ عز وجل فِي أَنْفُسِكُمْ، حَتَّى آمُرَكُمْ إِنْ شَاءَ الله.

“Hamba-hamba Allah, tolonglah Allah niscaya Dia akan menolong kalian dan mengokohkan langkah-langkah kalian…

Hamba-hamba Allah, bersabarlah, sesungguhnya kesabaran adalah penyelamat dari kekafiran, keridhoan dari Rob, dan penghapus dosa. Tancapkanlah tombak-tombak kalian, berlindunglah di balik perisai, dan diamlah kecuali dari berdzikir kepada Allah dengan penuh penghayatan dari diri kalian, hingga aku memerintahkan kalian in sya Allah.”

Said berkata:

Saat itu, seorang pria keluar dari barisan kaum Muslimin dan berkata kepada Abu Ubaidah: “Sesungguhnya aku telah bertekad untuk menyelesaikan urusanku saat ini (berperang sampai mati). Apakah engkau memiliki pesan yang ingin kau sampaikan kepada Rosulullah ?!” Maka Abu Ubaidah berkata:

“Ya, sampaikan salam dariku dan dari kaum Muslimin kepadanya, dan katakan kepadanya: ‘Wahai Rosulullah, sesungguhnya kami telah menemukan apa yang dijanjikan Rob kami adalah benar.’”

Said berkata: Maka begitu aku mendengar perkataannya, dan melihatnya menghunus pedangnya, lalu melangkah maju untuk menghadapi musuh-musuh Allah, aku pun melompat ke tanah, berlutut, menancapkan tombakku, dan menusuk penunggang kuda pertama yang mendekat kepada kami. Kemudian aku menerkam musuh, dan Allah telah mencabut semua rasa takut dari hatiku. Maka orang-orang menyerbu Romawi, dan mereka terus berperang hingga Allah menuliskan kemenangan bagi orang-orang Mukmin.

***

Setelah itu, Said bin Zaid turut serta dalam penaklukan Damaskus. Ketika Damaskus tunduk kepada kaum Muslimin, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah menjadikannya sebagai gubernur di sana, sehingga ia menjadi orang Muslim pertama yang memerintah Damaskus.

***

Mustajab Doa

Pada masa Bani Umayyah, terjadi insiden dengan Said bin Zaid yang penduduk Yatsrib (Madinah) bicarakan untuk waktu yang lama.

Yaitu Arwa binti Uwais mengklaim bahwa Said bin Zaid telah merampas sebagian tanahnya dan menggabungkannya dengan tanahnya. Ia terus-menerus membicarakan hal itu di kalangan kaum Muslimin. Kemudian ia mengajukan perkaranya kepada Marwan bin Al-Hakam, gubernur Madinah. Marwan lalu mengirim orang-orang kepada Said untuk membicarakan hal itu. Maka perkara itu menjadi berat bagi sahabat Rosulullah . Said berkata:

يَرَوْنَنِي أَظْلِمُهَا!! كَيْفَ أَظْلِمُهَا؟! وَقَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ يَقُولُ: «مَنْ ظَلَمَ شِبْرًا مِنَ الْأَرْضِ طُوِّقَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ سَبْع أَرْضِينَ»

اللَّهُمَّ إِنَّهَا قَدْ زَعَمَتْ أَنِّي ظَلَمْتُهَا، فَإِنْ كَانَتْ كَاذِبَةً، فَأَعْمِ بَصَرَهَا، وَأَلْقِهَا فِي بِئْرِهَا الَّذِي تُنَازِعُنِي فِيهِ، وَأَظْهِرْ مِنْ حَقِّي نُورًا يُبَيِّنُ لِلْمُسْلِمِينَ أَنِّي لَمْ أَظْلِمْهَا.

“Mereka mengira aku menzholiminya!! Bagaimana aku bisa menzholiminya?! Padahal aku telah mendengar Rosulullah bersabda: ‘Barangsiapa yang menzholimi sejengkal tanah (dengan merampasnya), maka ia akan dikalungi tujuh lapis bumi pada hari Kiamat’… Ya Allah, sesungguhnya ia telah mengklaim bahwa aku menzholiminya. Jika ia berdusta, maka butakanlah matanya, dan jatuhkanlah ia ke sumurnya yang ia perselisihkan denganku, dan tunjukkanlah dari hakku cahaya yang akan menjelaskan kepada kaum Muslimin bahwa aku tidak menzholiminya.”

***

Tidak lama setelah itu, Al-Aqiq dibanjiri oleh air bah yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menyingkap batas yang mereka perselisihkan, dan jelaslah bagi kaum Muslimin bahwa Said adalah orang yang benar.

Wanita itu tidak bertahan lama setelah itu, hanya sebulan saja ia buta, dan ketika ia berjalan-jalan di tanahnya itu, ia jatuh ke dalam sumurnya. Abdullah bin Umar berkata:

“Kami, ketika masih anak-anak, mendengar orang berkata kepada orang lain: ‘Semoga Allah membutakanmu sebagaimana Dia membutakan Arwa.’”

Dan tidaklah mengherankan dalam hal itu, karena Rosulullah bersabda:

«اتَّقُوا دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ»

“Berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzholimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.”

Bagaimana jika yang terzholimi adalah Said bin Zaid, salah satu dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga?!

***

Tambahan Rujukan

Untuk informasi lebih lanjut tentang Said bin Zaid, lihat:

1.    Al-Isabah: 2/46 atau Biografis no 3261.

2.    Al-Isti’ab pada Hasyiyah Al-Isabah: 2/2.

3.    Thabaqot Ibnu Sa’d: 3/275.

4.    Tahdzib Ibnu Asakir: 6/127.

5.    Sifat Ash-Sofwah: 1/141.

6.    Hilyatul Auliya: 1/95.

7.    Ar-Riyadh An-Nadhiroh: 2/302.

***

 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url