Arbain Muttafaqun Alaihi Untuk Hafalan
Muqoddimah
Segala puji milik Allah dan semoga shalawat dan
salam tercurah untuk Rasulullah ﷺ. Amma
ba’du:
Kutaib ini disusun untuk turut serta menambah
semangat sebagian para pemuda Islam yang ingin menghafal hadits-hadits Nabi ﷺ yang mulia dan penuh berkah.
Setan membisikan ke dalam hati, dengan anggapan kitab-kitab hadits terlalu
besar dan tebal sehingga membuat minder dan lemah semangat, dan banyak menghafal
justru mengacaukan hafalan sebelumnya karena banyaknya hadits yang mirip tapi
tidak serupa redaksinya. Inilah tipu daya setan yang menghalangi manusia
dari jalan Allah ta’ala.
Akhirnya, semoga kutaib ini bisa meringankan beban
mereka dan menambah kecintaan mereka terhadap hadits.
Metode Penyusunan
Kutaib
1. Hanya mencantumkan hadits muttafaqun
‘alaih, yaitu hadits yang telah disepakati keshahihannya oleh dua imam ahli
hadits al-Bukhari dan Muslim. Al-Hafizh Ibnu Hajar (w. 852 H) berkata, “Dikatakan
hadits Muslim muttafaqun ‘alaih dengan hadits al-Bukhari jika memiliki
takhrij asal hadits yang sama dalam hal shahabat yang meriwayatkannya, meskipun
terdapat sedikit perbedaan lafazh/redaksi hadits.” (Al-Lu’lu’ wal Marjân,
hal. 4, oleh Fuad Abdul Baqi)
2. Lebih mendahulukan redaksi
hadits al-Bukhari daripada Muslim. Hanya saja, hadits muttafaqun ‘alaih
di kitab Arbain an-Nawawi —sebanyak 9 hadits— juga dimasukkan dalam kutaib ini
dan kebanyakan hadits-hadits muttafaqun ‘alaih di sana bukan redaksi
al-Bukhari. Penulis sengaja mencantumkan hadits-hadits itu di sini supaya para penghafal tidak
terpecah hafalannya saat melanjutkan hafalan ke Arbain an-Nawawi.
3. Hanya mencantumkan
hadits-hadits qauli.
4. Kode takhrij sebagai berikut:
AN = Arbain an-Nawawi, SB = Shahih al-Bukhari,
dan SM = Shahih Muslim.
Kelebihan
Kutaib Ini
Secara umum Arbain an-Nawawi adalah kutaib yang paling unggul dalam tema
ini karena besarnya faidah yang terkandung di dalamnya. Adapun jika ditinjau
dari beberapa segi, Hadits Arbain Muttafaqun ‘Alaih memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
1.
Hanya berisi hadits-hadits shahih muttafaqun ‘alaih
yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim, sementara Arbain an-Nawawi berisi hadits-hadits
yang shahih dan hasan bahkan sebagian dha’if, seperti hadits no. 27, 30, dan 41
sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab-kitab syarahnya.
2.
Hanya hadits-hadits pendek saja yang dicantumkan di kutaib
ini sehingga mudah untuk dihafal —sebagaimana tujuan awal penulisan kutaib ini—,
sementara Arbain an-Nawawi sebagian haditsnya panjang-panjang sehingga butuh
kerja keras dalam menghafalnya.
3.
Hanya mencantumkan matan hadits saja sehingga mempermudah
untuk dihafal, tetapi untuk melengkapi faidah penulis cantumkan dalam tanda
kurung shahabat yang meriwayatkannya, dan takhrij hadits yang luas untuk
hadits-hadits Arbain Nawawi dalam footnote.
Usai menghafal semua hadits ini, sangat dianjurkan
untuk melanjutkannya ke Arbain an-Nawawi karena banyaknya kandungan faidah
dalam hadits-hadits di kutaib tersebut. Dikatakan bahwa pokok-pokok agama Islam
tercantum dalam Arbain an-Nawawi. Maka, meninggalkan Arbain an-Nawawi berarti
telah meninggalkan faidah yang begitu banyak dan melimpah.
Semoga Allah memperbanyak para pemuda Islam yang
mencintai hadits dan ahlinya, lalu menghafalnya, memahaminya, dan membekas
dalam kehidupannya.
Semoga pembaca mendapat manfaat dari kutaib
sederhana ini dan penulis mendapat pahala di sisi Allah yang maha pemurah.
Sesungguhnya Rabb-ku mahadekat lagi maha mengabulkan.
«رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ»
«وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَٰهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ»
Semoga shalawat
dan salam tercurah kepada pemuka para ahli hadits ﷺ, keluarganya, para shahabatnya, dan para penghafal hadits
seluruhnya.[]
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّباً مُبَارَكًا
فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَاهُ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ:
Hadits
Ke-1: Ikhlas dalam Niat
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإنَّمَا لِكُلِّ امْرِىءٍ
مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلىَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرتُهُ إِلَى
اللّٰهِ وَرَسُوُلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ
يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ»
Rasulullah ﷺ
bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niatnya dan setiap orang
akan mendapatkan sesuai dengan niatnya. Maka, barangsiapa yang hijrahnya kepada
Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa
yang hijrahnya karena dunia yang ingin diraihnya atau wanita yang ingin
dinikahinya maka hijrahnya kepada apa yang dia berhijrah kepadanya.” [AN (no. 1), SB (no. 1), dan SM (no. 1907) dari Umar bin Khaththab radhiyallahu
‘anhu][1]
Hadits
Ke-2: Lima Rukun Islam
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «بُنِيَ الْإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللّٰهِ، وَإِقَامِ
الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ»
Rasulullah ﷺ
bersabda, “Islam dibangun di atas lima hal: syahadat lâ ilâha illâllâh
dan muhammadur rasûlûllâh, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji ke
Baitullah, dan puasa Ramadhan.” [AN (no. 3), SB (no. 8), dan SM (no. 16) dari Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma][2]
Hadits
Ke-3: Allah di Atas Langit
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «لَمَّا
قَضَى اللّٰهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِى كِتَابِهِ فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ:
إِنَّ رَحْمَتِى غَلَبَتْ غَضَبِى»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Setelah Allah menciptakan makhluk, Dia menulis di
Kitab-Nya yang berada di sisi-Nya di atas Arsy, ‘Sesungguhnya rahmat-Ku
mengalahkan murka-Ku.’” [SB (no. 3194) dan SM (no. 2571) dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Hadits
Ke-4: Setan Musuh Utama Manusia
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «يَأْتِى الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ
كَذَا؟ مَنْ خَلَقَ كَذَا؟ حَتَّى يَقُولَ: مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ
فَلْيَسْتَعِذْ بِاللّٰهِ وَلْيَنْتَهِ»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Setan mendatangi seseorang dari kalian lantas
berkata, ‘Siapakah yang menciptakan ini? Siapakah yang menciptakan ini?’ Hingga
dia berkata, ‘Siapakah yang menciptakan Rabb-mu?’ Apabila ini terjadi, maka
bacalah taawwudz dan berhentilah.” [SB (no. 3276) dan SM (no. 134) dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Hadits
Ke-5: Keutamaan al-Fatihah
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak sah
shalat seseorang yang tidak membaca surat al-Fatihah.” [SB (no. 756) dan SM
(no. 394) dari Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu]
Hadits
Ke-6: Keutamaan Puasa
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، يَدْخُلُ
مِنْهُ الصَّائِمُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ
غَيْرُهُمْ، يُقَالُ: أَيْنَ الصَّائِمُوْنَ؟ فَيَقُوْمُوْنَ لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ
أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، فَإِذَا دَخَلُواْ أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ»
Nabi ﷺ bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pintu yang
disebut ar-Rayyan yang akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa pada hari
Kiamat. Tidak akan masuk ke dalamnya seorang pun selain mereka. Dikatakan
nanti, ‘Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka, mereka pun berdiri, tidak
masuk ke dalamnya seorang pun selain mereka. Apabila mereka sudah masuk maka
pintu ditutup, sehingga tidak ada seorang pun yang masuk lagi.” [SB (no.
1896) dan SM (no. 1152) dari Sahl bin Sa’ad as-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu]
Hadits
Ke-7: Bahaya Bid’ah
قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا
هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ»
Rasulullah ﷺ
bersabda, “Barangsiapa yang mengada-mengada dalam urusan kami ini yang bukan
bagian darinya, maka ia tertolak.” [AN (no. 5), SB (no. 2697), dan
SM (no. 1718) dari Aisyah radhiyallahu
‘anha]
Hadits
Ke-8: Kunci Surga
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُواْ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ وَيُقِيْمُواْ
الصَّلاةَ وَيُؤْتُواْ الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُواْ ذَلِكَ عَصَمُواْ مِنِّي
دِمَاءَهَمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللّٰهِ
تَعَالَى»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga
mereka bersyahadat lâ ilâha illâllâh dan muhammadur rasûlûllâh,
menegakkan shalat, dan membayar zakat. Jika mereka melaksanakan hal tersebut,
maka mereka telah memelihara harta dan darah mereka dariku kecuali dengan hak Islam, dan hisab mereka diserahkan kepada Allah
Ta’ala.” [AN (no. 8), SB (no. 25), dan SM (no. 22) dari Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma]
Hadits
Ke-9: Isa Hamba dan Utusan Allah
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ
لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللّٰهِ
وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ، وَالْجَنَّةُ
حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللّٰهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ»
Nabi ﷺ bersabda, “Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada ilah yang
berhak disembah dengan hak selain Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya dan
Muhammad hamba dan utusan-Nya, dan Isa hamba Allah dan Rasul-Nya dan kalimat-Nya
yang dihujamkan ke Maryam serta ruh dari-Nya, dan surga benar adanya, dan
neraka benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke surga meski berapapun
amalnya.” [SB (no. 3435) dan SM (no. 28) dari Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu
‘anhu]
Hadits
Ke-10: Manisnya Iman
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ: أَنْ
يَكُوْنَ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ
يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلّٰهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ
فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ»
Nabi ﷺ bersabda, “Tiga hal yang barangsiapa ada pada dirinya, akan
mendapatkan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain
keduanya, dia mencintai seseorang hanya karena Allah, dan dia benci kembali
kepada kekufuran sebagaimana dia benci dilempar ke dalam api.” [SB (no. 16)
dan SM (no. 43) dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu]
Hadits
Ke-11: Mencintai Sesama Muslim
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «لاَ يُؤمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ
لِنَفْسِهِ»
Nabi ﷺ bersabda, “Tidak beriman (dengan sempurna) salah seorang
dari kalian hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk
dirinya sendiri.” [AN (no. 13), SB (no. 13), dan
SM (no. 45) dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu]
Hadits
Ke-12: Agama Syiah Kafir
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ
مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ»
Nabi ﷺ bersabda, “Janganlah kalian mencela shahabat-shahabatku.
Seandainya salah seorang dari kalian bersedekah emas sepenuh gunung Uhud, tentu
tidak bisa menyamai sedekah satu mud mereka dan tidak pula setengahnya.” [SB
(no. 3673) dan SM (no. 2541) dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu]
Hadits
Ke-13: Tanda Orang Munafik
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ
كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى
يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ
غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ»
Nabi ﷺ bersabda, “Empat hal yang barangsiapa ada pada seseorang
maka dia seorang munafik tulen, dan barangsiapa yang pada dirinya ada satu
cabang dari itu maka di dalam dirinya ada satu cabang kemunafikan hingga
meninggalkannya: apabila dipercaya khianat, apabila berbicara dusta, apabila
berjanji mengingkari, dan apabila bertengkar curang.” [SB (no. 34) dan SM
(no. 58) dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma]
Hadits
Ke-14: Kaidah Perintah dan Larangan
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ
بِهِ فأْتُواْ مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ
قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Apa yang aku larang bagi kalian maka jauhilah dan
apa yang aku perintahkan kepada kalian maka kerjakan semampu kalian.
Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah banyak
bertanya dan menyelisihi para nabi mereka.” [AN (no. 9), SB (no. 7288), dan SM (no. 1337) dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu][3]
Hadits
Ke-15: Haramnya Darah Muslim
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «لا يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلاَّ بإِحْدَى ثَلاَثٍ:
الثَّيِّبُ الزَّانِيْ، وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ، وَالتَّارِكُ لِدِيْنِهِ
المُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena
salah satu dari tiga hal: orang yang berzina padahal sudah menikah, membunuh
jiwa, dan orang yang meninggalkan agamanya lagi memisahkan diri dari jama’ah.”
[AN (no. 14), SB (no. 6878), dan
SM (no. 1676) dari Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu][4]
Hadits
Ke-16: Ciri Beriman Kepada Allah dan Hari Akhir
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللّٰهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ
خَيْرَاً أَو لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللّٰهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، ومَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللّٰهِ واليَوْمِ الآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir,
maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam saja. Barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari Akhir, maka hendaklah dia memuliakan tetangganya. Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya.”
[AN (no. 15), SB (no. 6475),
dan SM (no. 47) dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu][5]
Hadits
Ke-17: Ragam Sedekah
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَومٍ
تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ: تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ
الرَّجُلَ في دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَو تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا
مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ، وَالكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ
تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ، وَتُمِيْطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ
صَدَقَةٌ»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Setiap persendian manusia wajib bersedekah setiap
hari di mana matahari terbit di hari itu: engkau mendamaikan antara dua orang
adalah sedekah, engkau menolong seseorang untuk menaiki tunggangannya atau
menggangkutkan barangnya ke atas tunggangannya adalah sedekah, kalimat yang
baik adalah sedekah, setiap langkah yang engkau ayunkan menuju shalat adalah
sedekah, dan engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.” [AN
(no. 26), SB (no. 2989), dan SM (no. 1009) dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu][6]
Hadits
Ke-18: Macam-Macam Fithrah
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «الْفِطْرَةُ خَمْسٌ -أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ-:
الْخِتَانُ، وَالاِسْتِحْدَادُ، وَنَتْفُ الإِبْطِ، وَتَقْلِيْمُ الأَظْفَارِ،
وَقَصُّ الشَّارِبِ»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Fithrah ada lima –atau lima yang termasuk fithrah–:
khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan
memangkas kumis.” [SB (no. 5889) dan SM (no. 257) dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu]
Hadits
Ke-19: Fitnah Harta
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «كَانَ الرَّجُلُ يُدَايِنُ النَّاسَ، فَكَانَ يَقُوْلُ لِفَتَاهُ:
إِذَا أَتَيْتَ مُعْسِرًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ، لَعَلَّ اللّٰهَ أَنْ يَتَجَاوَزَ
عَنَّا»
قَالَ: «فَلَقِيَ اللّٰهَ فَتَجَاوَزَ عَنْهُ»
Nabi ﷺ bersabda, “Dahulu ada seseorang yang memberi hutang kepada
orang lain, lalu dia berkata kepada pembantunya, ‘Jika kamu mendatangi orang
yang kesulitan, maafkan saja dia. Mudah-mudahan Allah memaafkan kita.’” Beliau
bersabda, “Lalu dia bertemu Allah lantas Dia mengampuninya.” [SB (no.
3480) dan SM (no. 1562) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Hadits
Ke-20: Keutamaan Zuhud
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِى
الْمَالِ وَالْخَلْقِ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila seseorang dari kalian melihat orang yang
diberi kelebihan karunia harta dan fisik, maka hendaklah dia melihat orang yang
di bawahnya.” [SB (no. 6490) dan SM (no. 2963) dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu]
Hadits
Ke-21: Adab Makan
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «يَا غُلاَمُ! سَمِّ اللّٰهَ، وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ، وَكُلْ
مِمَّا يَلِيْكَ»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Wahai anak! Bacalah basmalah, makanlah dengan
tangan kananmu, dan makanlah yang terdekat denganmu.” [SB (no. 5376) dan SM
(no. 2022) dari Umar bin Abu Salamah radhiyallahu ‘anhu]
Hadits
Ke-22: Keutamaan Ahli al-Qur`an
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «مَثَلُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ
السَّفَرَةِ الْكِرَامِ، وَمَثَلُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ
يَتَعَاهَدُهُ وَهُوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ فَلَهُ أَجْرَانِ»
Nabi ﷺ bersabda, “Perumpamaan orang yang membaca al-Qur`an sedang
dia hafal, bersama malaikat yang mulia lagi taat. Perumpamaan orang yang
membacanya dengan terbata-bata dan berat membacanya, maka dia mendapat dua
pahala.” [SB (no. 4937) dan SM (no. 798) dari Aisyah radhiyallahu ‘anha]
Hadits
Ke-23: Hisnul Muslim
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «لاَ يَقُوْلَنَّ أَحَدُكُمُ: اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِى إِنْ
شِئْتَ اللّٰهُمَّ ارْحَمْنِى إِنْ شِئْتَ. لِيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ، فَإِنَّهُ
لاَ مُكْرِهَ لَهُ»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Janganlah sekali-kali seseorang dari kalian
berdoa, ‘Ya Allah ampuni saya jika Engkau mau, ya Allah rahmati saya jika
Engkau mau.’ Namun, hendaklah dia tegas dalam meminta, karena Dia tidak dipaksa.” [SB (no. 6339) dan SM (no. 2679) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Hadits
Ke-24: Penyakit dan Kesembuhan dari Allah
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «أَذْهِبِ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ، اِشْفِ وَأَنْتَ
الشَّافِى، لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Hilangkanlah penyakit wahai Rabb manusia.
Sembuhkanlah dan Engkau adalah Penyembuh. Tidak ada obat kecuali obat-Mu, yaitu
obat yang tidak meninggalkan penyakit.” [SB (no. 5675) dan SM (no. 2191)
dari Aisyah radhiyallahu ‘anha]
Hadits
Ke-25: Sabar Saat Musibah
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ، وَشَقَّ الْجُيُوْبَ،
وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ»
Nabi ﷺ bersabda, “Bukanlah termasuk golongan kami seseorang yang menampar
pipi, merobek baju, dan berteriak ala jahiliyyah.” [SB (no. 1298) dan SM (no. 103) dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu]
Hadits
Ke-26: Bahaya Fitnah Wanita
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ»
Nabi ﷺ bersabda, “Aku tidak meninggalkan fitnah sepeninggalku yang
lebih berbahaya bagi kaum lelaki selain wanita.” [SB (no. 5096) dan SM (no.
2740) dari Usamah bin Zaid bin Haritsah radhiyallahu
‘anhuma]
Hadits
Ke-27: Wajib Menikahi yang Beragama
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا
وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ»
Nabi ﷺ bersabda, “Wanita dinikahi karena empat hal: karena
hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Nikahilah karena agamanya,
maka kamu akan bahagia.” [SB (no. 5090) dan SM (no. 1466) dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu]
Hadits
Ke-28: Akhlaq adalah Kasih Sayang
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ»
Nabi ﷺ
bersabda, “Barangsiapa yang tidak
sayang, maka tidak akan disayang.” [SB (no. 6013) dan SM (no. 2319) dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu
‘anhu]
Hadits Ke-29: Hakikat Orang Kuat
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ
الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang kuat itu bukan yang kuat bantingannya,
tetapi orang kuat itu yang bisa mengendalikan dirinya saat marah.” [SB (no.
6114) dan SM (no. 2609) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Hadits Ke-30: Hak-Hak Muslim
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ: رَدُّ
السَّلاَمِ، وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ، وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ، وَإِجَابَةُ
الدَّعْوَةِ، وَتَشْمِيْتُ الْعَاطِسِ»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Hak muslim atas muslim lainnya adalah menjawab
salam, menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan, dan
mendoakan yang bersin.” [SB (no. 1240) dan SM (no. 2162)
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Hadits Ke-31: Haramnya Nyanyian
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «لَأَنْ يَمْتَلِئَ جَوْفُ رَجُلٍ قَيْحًا يَرِيْهِ خَيْرٌ
مِنْ أَنْ يَمْتَلِئَ شِعْرًا»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh perut seseorang diisi dengan nanah yang
busuk lebih baik daripada diisi dengan sya’ir/nyanyian.” [SB (no. 6155) dan
SM (no. 2257) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Hadits Ke-32: Bersabar dalam Berjihad
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «لاَ تَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ وَسَلُوْا اللّٰهَ
الْعَافِيَةَ، فَإِذَا لَقِيتُمُوْهُمْ فَاصْبِرُوْا، وَاعْلَمُواْ أَنَّ
الْجَنَّةَ تَحْتَ ظِلاَلِ السُّيُوْفِ»
Rasulullah ﷺ
bersabda, “Janganlah kalian mengharap bertemu musuh dan mintalah kepada Allah
keselamatan. Namun, apabila kalian bertemu mereka maka bersabarlah. Ketahuilah
bahwa surga itu berada di bawah bayang-bayang pedang.” [SB (no. 3025) dan SM (no. 1742)
dari Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu
‘anhu]
Hadits Ke-33: Keutamaan Ahli Ilmu
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «إِذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ
أَجْرَانِ، وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ»
Rasulullah ﷺ
bersabda, “Apabila seorang hakim
mengambil keputusan dengan berijtihad lalu ternyata benar, maka dia mendapat
dua pahala. Apabila dia mengambil keputusan dengan berijtihad lalu ternyata
salah, maka dia mendapat satu pahala.” [SB (no. 7352) dan SM (no. 1716)
dari Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu]
Hadits Ke-34: Haram Memberontak Penguasa Zhalim
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «مَنْ أَطَاعَنِيْ فَقَدْ أَطَاعَ اللّٰهَ، وَمَنْ عَصَانِيْ
فَقَدْ عَصَى اللّٰهَ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيْرِيْ فَقَدْ أَطَاعَنِيْ، وَمَنْ
عَصَى أَمِيْرِيْ فَقَدْ عَصَانِيْ»
Rasulullah ﷺ
bersabda, “Barangsiapa yang mentaatiku,
maka sungguh dia telah mentaati Allah. Barangsiapa yang mendurhakaiku, maka
sungguh dia telah mendurhakai Allah. Barangsiapa mentaati amirku, maka sungguh
dia telah mentaatiku. Barangsiapa yang mendurhakai amirku, maka sungguh dia
telah mendurhakaiku.” [SB (no. 7137) dan SM (no.
1835) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Hadits Ke-35: Haram Mengkafirkan Tanpa Ilmu
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «أَيُّمَا رَجُلٍ قَالَ لأَخِيْهِ: يَا كَافِرُ! فَقَدْ بَاءَ
بِهَا أَحَدُهُمَا»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Lelaki mana saja yang mengucapkan kepada
saudaranya, ‘Wahai kafir!’ maka salah satu dari keduanya akan pulang
dengan membawa vonis tersebut.” [SB (no. 6104) dan SM (no. 60)
dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma]
Hadits Ke-36: Keutamaan Dai
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ
الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا، لِأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ»
Rasulullah ﷺ
bersabda, “Tidaklah satu jiwa dibunuh secara zhalim, melainkan anak Adam
yang pertama menanggung dosanya, karena dialah yang pertama kali memberi contoh pembunuhan.” [SB (no. 3335) dan SM (no. 1677) dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu]
Hadits Ke-37: Dosa-Dosa Besar
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «اِجْتَنِبُواْ السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ!» قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ
وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: «الشِّرْكُ بِاللّٰهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ
الَّتِى حَرَّمَ اللّٰهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ
الْيَتِيْمِ، وَالتَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ
الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ»
Nabi ﷺ bersabda, “Jauhilah enam hal yang membinasakan!” Orang-orang
bertanya, “Wahai Rasulullah, apa saja itu?” Beliau menjawab, “Syirik kepada
Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak, memakan
riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri saat perang berkecamuk, dan
menuduh wanita baik-baik yang mukminah lagi lalai dari berbuat keji.” [SB
(no. 2766) dan SM (no. 89) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Hadits Ke-38: Yahudi dan Nasrani Kafir
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا
بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ سَلَكُواْ جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ»، قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ
اللّٰهِ، الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: «فَمَنْ؟»
Nabi ﷺ
bersabda, “Sungguh kalian pasti akan mengikuti prilaku orang-orang sebelum
kalian sejengkal demi
sejengkal dan sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk lubang dhab (sejenis
biawak) tentu kalian juga memasukinya.” Kami bertanya, “Ya
Rasulullah, apakah maksudnya orang-orang Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Siapa
lagi?” [SB (no. 3456) dan SM (no. 2669) dari Abu Sa’id
al-Khudri radhiyallahu ‘anhu]
Hadits Ke-39: Keutamaan Ahli Sunnah
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «لاَ يَزَالُ مِنْ أُمَّتِى أُمَّةٌ قَائِمَةٌ بِأَمْرِ اللّٰهِ،
لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَهُمْ
أَمْرُ اللّٰهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ»
Nabi ﷺ
bersabda, “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang tegak di atas perintah
Allah. Tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menentangnya dan tidak
pula orang-orang yang menyelisihinya, hingga datang urusan Allah kepada mereka,
sementara mereka tetap dalam keadaan seperti itu.” [SB (no. 3641) dan SM (no. 1037)
dari Muawiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma]
Hadits Ke-40: Tanda Hari Kiamat
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ،
وَيَكْثُرَ الْجَهْلُ، وَيَكْثُرَ الزِّنَا، وَيَكْثُرَ شُرْبُ الْخَمْرِ،
وَيَقِلَّ الرِّجَالُ، وَيَكْثُرَ النِّسَاءُ حَتَّى يَكُوْنَ لِخَمْسِيْنَ
امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ»
Rasulullah ﷺ
bersabda, “Sesungguhnya di antara
tanda-tanda hari Kiamat adalah diangkatnya ilmu, banyaknya kebodohan, maraknya
zina, banyaknya minuman keras, sedikitnya kaum laki-laki, dan banyaknya kaum perempuan hingga lima puluh
perempuan dibawahi satu orang lelaki.” [SB (no. 5231) dan SM (no.
2671) dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu]
Hadits Ke-41: Dahsyatnya Neraka
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
لَرَجُلٌ تُوْضَعُ فِى أَخْمَصِ قَدَمَيْهِ جَمْرَةٌ يَغْلِى مِنْهَا دِمَاغُهُ»
Nabi ﷺ bersabda, “Sesungguhnya penduduk neraka yang paling ringan siksanya
pada hari Kiamat adalah seseorang yang diletakkan di kedua telapak kakinya batu
bara yang menyebabkan otaknya mendidih.” [SB (no. 6561) dan SM (no. 213)
dari an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma]
Hadits Ke-42: Indahnya Surga
قَالَ
رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: «قَالَ اللّٰهُ: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِيْ الصَّالِحِيْنَ مَا
لاَ عَيْنَ رَأَتْ وَلاَ أُذُنَ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ،
فَاقْرَءُواْ إِنْ شِئْتُمْ: ((فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ
قُرَّةِ أَعْيُنٍ))»
Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku telah menyediakan bagi
hamba-hamba-Ku yang shalih apa yang tidak pernah dilihat mata, didengar
telinga, dan terbesit di hati manusia.’ Bacalah jika kalian mau, ‘Maka,
tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang disembunyikan bagi mereka berupa
pemandangan yang menyejukkan mata.’” [SB (no. 3244) dan SM (no. 2824)
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي
بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
Semoga shalawat dan salam tercurah untuk Rasulullah ﷺ, keluarganya, para shahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik. Wallahul muwaffiq.[]
Ditulis Oleh:
Abu Zur’ah ath-Thaybi
[1] Hadits ini diriwayatkan oleh para imam ahli hadits terkemuka: al-Bukhari (no. 1, 54, 2529, 3898, 5070, 6689, dan 6953), Muslim
(no. 1907), at-Tirmidzi (no. 1647), an-Nasa`i (no. 75, 3437, dan 3794) dalam al-Mujtabâ dan
(no. 78, 4717, 5601, dan 11804) dalam as-Sunan al-Kubrâ, Ibnu Majah (no.
4227), Ahmad (no. 168 dan 300) dalam Musnadnya, Ibnu
Khuzaimah (no. 142) dalam Shahîhnya, Ibnu Hibban (no. 388 dan 4868) dalam Shahîhnya,
ath-Thabarani (no. 40 dan 7050) dalam al-Mu’jam al-Ausath, al-Baihaqi
(no. 181) dalam as-Sunan al-Kubrâ dan (no. 6419) dalam Syu’abul Iman,
ad-Daruquthni (no. 131) dalam Sunannya, ath-Thayalisi (no. 37) dalam Musnadnya,
Abu Awanah (no. 7438) dalam al-Mustakhrâj, al-Bazzar (no. 257) dalam Musnadnya,
al-Humaidi (no. 28) dalam Musnadnya, dan Ibnul Jarud (no. 64) dalam al-Muntaqâ.
Namun sejauh penelitian, tidak didapatkan redaksi yang sama persis dengan
hadits tersebut di kitab-kitab mereka. Yang paling mendekati adalah redaksi
dari Abu Dawud (no. 2201) dengan (يَتَزَوَّجُهَا) sebagai ganti
(يَنْكِحُهَا).
[2] Dalam redaksi al-Bukhari tanpa lafazh (البَيْت). Redaksi yang sama persis diriwayatkan Ahmad (no. 5672 dan 6015) dalam Musnadnya dan Ibnu Khuzaimah (no. 309) dalam Shahîhnya.
[3] Hadits ini diriwayatkan oleh para imam ahli hadits terkemuka: al-Bukhari
(no. 7288), Muslim (no. 1337), at-Tirmidzi (no. 2679), an-Nasa`i
(no. 2619) dalam al-Mujtabâ dan (no. 3585) dalam as-Sunan al-Kubrâ, Ibnu
Majah (no. 2), Ahmad (no. 7367, 7501, 8144, 8664, 9523, 9780, 9887, 10028,
10255, 10429, 10607, dan 10705) dalam Musnadnya, Ibnu Khuzaimah (no.
2508) dalam Shahîhnya, Ibnu Hibban (no. 18-21, 2105, 2106, 3704, dan
3705) dalam Shahîhnya, ath-Thabarani (no. 2715 dan 8773) dalam al-Mu’jam
al-Ausath, al-Baihaqi (no.
1029 dan 1472) dalam as-Sunan al-Kubrâ, ad-Daruquthni (no. 2705 dan 2707)
dalam Sunannya, Abu Ya’la (no. 6305 dan 6676) dalam Musnadnya,
dan al-Humaidi (no. 1158) dalam Musnadnya. Namun sejauh penelitian,
tidak didapatkan redaksi yang
sama persis dengan hadits tersebut di kitab-kitab hadits mereka. Yang
paling mendekati adalah redaksi Imam Muslim (no. 1337) dan al-Baihaqi (no.
1029) dalam as-Sunan al-Kubrâ dengan lafazh (فأْتُوا
مِنْهُ) diganti (فَافْعَلُوْا
مِنْهُ).
[4] Hadits ini diriwayatkan oleh para imam ahli hadits terkemuka: al-Bukhari (no. 6879), Muslim (no. 1676), at-Tirmidzi
(no. 1402), Abu Dawud (no. 4352), an-Nasa`i
(no. 4016 dan 4721) dalam al-Mujtabâ dan (no. 3465 dan 6897) dalam as-Sunan
al-Kubrâ, Ibnu Majah (no. 2534), Ahmad (no. 3621,
4065, 4245, 4429, dan 25475) dalam Musnadnya, Ibnu
Khuzaimah (no. 142) dalam Shahîhnya, Ibnu Hibban (no. 4407, 4408, 5976, dan 5977) dalam Shahîhnya, al-Baihaqi (no. 16819) dalam as-Sunan al-Kubrâ,
Ibnu Abi Syaibah (no. 27901 dan 36492) dalam Mushannafnya, Abdurrazzaq
(no. 18704) dalam Mushannafnya, ad-Darimi (no. 2344 dan 2491) dalam Sunannya,
ad-Daruquthni (no. 3090) dalam Sunannya, Abu Ya’la (no. 5202) dalam Musnadnya,
Ibnu Abi Syaibah (no. 244) dalam Musnadnya, Abu Awanah (no. 6154 dan
6175) dalam Mustakhrâjnya, al-Bazzar (no. 6175) dalam Musnadnya,
dan al-Humaidi (no. 119) dalam Musnadnya. Namun sejauh penelitian, tidak
ditemukan yang sama persis dengan redaksi tersebut dalam kitab-kitab mereka.
Redaksi yang mendekati diriwayatkan Abu Dawud ath-Thayalisi (no. 287) dalam Musnadnya
tetapi dengan (تَارِكٌ) dalam bentuk nakirah, bukan
makrifat.
[5] Redaksi ini diriwayatkan Muslim. Adapun riwayat al-Bukhari dengan lafazh (فَلْيُكْرِمْ
جَارَهُ) diganti (فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ).
[6] Redaksi ini diriwayatkan Muslim. Adapun riwayat al-Bukhari menggunakan khitab huwa,
bukan anta.[]