Imam 12 Syi’ah dan Ucapan Mereka Berlepas Diri dari Syi’ah

Imam 12 Syi’ah dan Ucapan Mereka Berlepas Diri dari Syi’ah

a. ‘Ali bin Abi Thalib (w. 40 H):

Diriwayatkan dari Muhammad Al-Hanafiyah bahwa dia berkata:

«قُلْتُ لِأَبِي: أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: أَبُو بَكْرٍ، قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ عُمَرُ، وَخَشِيتُ أَنْ يَقُولَ عُثْمَانُ، قُلْتُ: ثُمَّ أَنْتَ؟ قَالَ: مَا أَنَا إِلاَّ رَجُلٌ مِنَ المُسْلِمِينَ»

“Aku bertanya kepada ayahku, ‘Siapakah manusia terbaik setelah Rasulullah ?’ Dia menjawab, ‘Abu Bakar.’ Aku bertanya, ‘Kemudian siapa?’ Dia menjawab, ‘Kemudian ‘Umar.’ Aku takut dia akan menjawab ‘Utsman[1] maka aku berkata, ‘Kemudian Anda?’ Dia menjawab, ‘Aku hanyalah seorang dari kaum Muslimin.’”[2]

b. Al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib (w. 49 H):

Diriwayatkan dari ‘Amr bin Al-Asham, dia berkata:

«قُلْتُ لِلْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: إِنَّ الشِّيعَةَ تَزْعُمُ أَنَّ عَلِيًّا مَبْعُوثٌ قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: كَذَبُوا وَاللهِ مَا هَؤُلاَءِ بِشِيعَةٍ، وَلَوْ كَانَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَبْعُوثًا مَا زَوَّجْنَا نِسَاءَهُ وَلاَ اقْتَسَمْنَا مَالَهُ»

“Aku bertanya kepada Al-Hasan bin ‘Ali Radhiyallahu ‘Anhuma bahwa orang-orang Syi’ah berkeyakinan bahwa ‘Ali akan dibangkitkan sebelum hari Kiamat.’ Dia menjawab, ‘Mereka semua berdusta. Demi Allah, mereka bukanlah Syi’ah (pengikut kami). Seandainya ‘Ali Radhiyallahu ‘Anhu akan dibangkitkan tentulah kami tidak akan menikahkan anak-anaknya dan tidak akan membagi-bagi harta warisannya.’”[3]

c. Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib (w. 61 H):

Orang-orang Syi’ah Iraq menyurati Al-Husain agar menuju Iraq dan memberi janji akan mendukung dan menjadi penolongnya, tetapi mereka berkhianat dan menyerahkannya kepada musuh di Karbala. Akhirnya, Al-Husain mendoakan keburukan kepada mereka:

«اللَّهُمَّ إِنَّ أَهْلَ العِرَاقِ غَرُّوْنِي وَخَدَعُوْنِي، وَصَنَعُوا بِأَخِي مَا صَنَعُوا، اللَّهُمَّ شَتِّتْ عَلَيْهِم أَمْرَهُم، وَأَحْصِهِمْ عَدَداً»

“Ya Allah, sesungguhnya penduduk Iraq menipuku dan menghinakanku. Mereka telah berbuat terhadapku seperti yang mereka lakukan kepada saudaraku. Ya Allah, cerai-beraikan urusan mereka dan berilah mereka perhitungan.”[4]

d. ‘Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin ‘Ali (w. 95 H):

Diriwayatkan bahwa sekelompok Syi’ah mendatanginya dan mencaci Abu Bakar, ‘Umar, dan ‘Utsman. Maka, Ali bin Al-Husain berkata:

«أَلاَ تُخْبِرُونَنِي أَنْتُمُ الْمُهَاجِرُونَ الْأَوَّلُونَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ » قَالُوا: لاَ، قَالَ: «فَأَنْتُمُ الَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ » قَالُوا: لاَ، قَالَ: «أَمَّا أَنْتُمْ فَقَدْ تَبَرَّأْتُمْ أَنْ تَكُونُوا مِنْ أَحَدِ هَذَيْنِ الْفَرِيقَيْنِ» ثُمَّ قَالَ: «أَشْهَدُ أَنَّكُمْ لَسْتُمْ مِنَ الَّذِينَ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ، اخْرُجُوا فَعَلَ اللهُ بِكُمْ!»

 “Sampaikanlah kepadaku, apakah kalian orang-orang Muhajirin pertama yang diusir dari kampung-kampung mereka dan harta-harta mereka karena mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, menolong Allah dan Rasul-Nya, dan merekalah orang-orang yang jujur?’[5] Mereka menjawab, ‘Tidak.’ Dia berkata, ‘Atau apakah kalian orang-orang yang tinggal di negeri Madinah dan beriman sebelumnya, mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka dan mereka tidak merasa butuh terhadap apa yang telah mereka berikan dan lebih mendahulukan orang lain meskipun mereka sangat membutuhkannya? Barangsiapa yang dilindungi dari sifat kikir maka merekalah orang-orang yang beruntung.’[6] Mereka menjawab, ‘Tidak.’ Dia berkata, ‘Adapun kalian, sungguh kalian telah mengakui bukan termasuk salah satu dari dua golongan ini.” Lanjutnya, “Demi Allah, aku bersaksi bahwa kalian pun bukan termasuk firman Allah, ‘Dan orang-orang yang datang setelah mereka berdoa, ‘Ya Allah ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam beriman. Dan janganlah Engkau jadikan di dalam hati kami kebencian terhadap mereka. Sungguh Engkau mahapenyantun lagi maha pengasih.’[7] Keluarlah kalian! Semoga Allah membuat perhitungan kepada kalian!’”[8]

e. Muhammad Al-Baqir bin ‘Ali Zainal Abidin (w. 114 H):

«أَجْمَعَ بَنُوْ فَاطِمَةَ عَلَى أَنْ يَقُوْلُوا فِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ أَحْسَنَ مَا يَكُوْنُ مِنَ القَوْلِ»

“Bani Fathimah sepakat untuk berkata kebaikan dalam Abu Bakar dan ‘Umar melebihi apa yang dikatakan.”[9]

f. Ja’far Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir (w. 148 H):

«مَنْ زَعَمَ أَنِّي إِمَامٌ مَعصُومٌ مُفتَرَضُ الطَّاعَةِ، فَأَنَا مِنْهُ بَرِيْءٌ، وَمَنْ زَعَمَ أَنِّي أَبْرَأُ مِنْ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ، فَأَنَا مِنْهُ بَرِيْءٌ»

“Barangsiapa yang meyakini bahwa aku imam yang ma’shum yang wajib ditaati, maka aku berlepas diri darinya, dan barangsiapa yang meyakini bahwa aku berlepas diri dari Abu Bakar dan ‘Umar maka aku berlepas diri darinya.”[10]



[1] Muhammad Al-Hanafiyah bin ‘Ali bin Abi Thalib termasuk ulama Madinah dan Kufah yang mengambil banyak hadits dari para Shahabat dan ayahnya sendiri. Adapun ucapannya, “Aku takut dia menjawab ‘Utsman,” maksudnya dia khawatir ‘Ali lebih mendahulukan ‘Utsman daripada dirinya sendiri karena menurutnya ‘Ali lebih utama daripada ‘Utsman. Sepeninggal ‘Utsman tidak ada manusia yang lebih utama, wara’, dan zuhud melebih ‘Ali bin Abi Thalib, sebagaimana persaksian Ibnu ‘Umar dan ‘Umar bin Abdul Aziz. Allahu a’lam.

[2] Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 3671), Abu Dawud (no. 4629), Ath-Thabarani (no. 3554) dalam Al-Mu’jam Al-Ausath, dan Ibnu Abi ‘Ashim (no. 1206) dalam As-Sunnah. Ucapan ‘Ali mengutamakan Abu Bakar dan ‘Umar ini mencapai derajat mutawatir dan didengar oleh semua orang yang hadir di masjid Kufah dalam salah satu khutbah ‘Ali Radhiyallahu ‘Anhu, sebagaimana penjelasan Syaikhul Islam.

[3] Diriwayatkan Al-Ajurri (V/2522) dalam Asy-Syarî’ah dan adz-Dzahabi (III/263) dalam As-Siyar.

[4] As-Siyar (IV/361) oleh adz-Dzahabi. Yang aneh, Syi’ah hari ini mengadakan ritual tiap 10 Muharram (hari ‘Asyura`) dengan melukai diri dengan pedang atau pisau atau benda tajam lainnya untuk meratapi pembantaian Al-Husain di Karbala, seolah-olah mereka mengakui kebejatan mereka terhadap Al-Husain tempo dulu!!!

[5] QS. Al-Hasyr [59]: 8.

[6] QS. Al-Hasyr [59]: 9.

[7] QS. Al-Hasyr [59]: 10.

[8] Diriwayatkan Abu Nu’aim (III/137) dalam Al-Hilyah.

[9] Diriwayatkan Ibnu ‘Asakir (54/284) dalam Târîkh Dimasq dan As-Siyar (IV/406) oleh adz-Dzahabi.

[10] As-Siyar (VI/259) oleh adz-Dzahabi.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url