Dosa Besar Ke-50: Menyakiti dan Mencaci Kaum Muslimin
Alloh ﷻ berfirman:
﴿وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا﴾
“orang-orang yang menyakiti orang-orang Mu’min
laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh,
mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 58)
Dia
berfirman:
﴿وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا﴾
“janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (QS.
Al-Hujurot: 12)
Dia
berfirman:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ
عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ﴾
“Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain,
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka.” (QS.
Al-Hujurot: 11)
Dia
berfirman:
﴿وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ﴾
“Celakalah
bagi setiap pengumpat dan pencela.” (QS. Al-Humazah: 1)
Nabi ﷺ
bersabda:
«إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ وَدَعَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ»
“Sungguh
seburuk-buruk kedudukan manusia di sisi Alloh adalah siapa yang ditinggalkan
manusia karena takut akan kekejiannya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Beliau ﷺ
bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ»
“Sungguh
Alloh membenci orang yang berkata keji dan kotor.” (HR. At-Tirmidzi)
Beliau ﷺ
bersabda:
«عِبَادَ اللَّهِ! إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ الْحَرَجَ، إِلَّا مَنِ اقْتَرَضَ عِرْضَ أَخِيهِ؛ فَذَاكَ الَّذِي حَرَجَ أَوْ هَلَكَ»
“Wahai
hamba-hamba Alloh! Sungguh Alloh telah menghilangkan kesulitan, kecuali orang
yang mengambil kehormatan saudaranya. Orang itulah yang dalam kesulitan atau
binasa.”
Beliau ﷺ
bersabda:
«كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ:
عِرْضُهُ وَمَالُهُ وَدَمُهُ، التَّقْوَى هَا هُنَا، بِحَسْبِ امْرِئٍ
مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ»
“Setiap
Muslim terhadap Muslim yang lain adalah harom: kehormatannya, hartanya, dan
darahnya. Ketaqwaan itu ada di sini (beliau menunjuk dadanya). Cukuplah
keburukan bagi seseorang jika dia meremehkan saudaranya sesama Muslim.” (HR.
At-Tirmidzi)
Beliau ﷺ
bersabda:
«الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ
وَلَا يَحْقِرُهُ، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ»
“Seorang
Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Dia tidak menzholiminya, tidak
membiarkannya (dizholimi orang lain), dan tidak meremehkannya. Cukuplah
keburukan bagi seseorang jika dia meremehkan saudaranya sesama Muslim.” (HR.
Muslim)
Alloh ﷻ berfirman:
﴿إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ﴾
“Sungguh
orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan keji itu tersiar di kalangan
orang-orang yang beriman, mereka mendapat adzab yang pedih di dunia dan di
Akhirat.” (QS. An-Nuur: 19)
Nabi ﷺ
bersabda:
«سِبَابُ الْمُسْلِمِ
فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ»
“Mencaci
seorang Muslim adalah kefasikan, dan memeranginya adalah kekafiran.” (HR.
Al-Bukhori dan Muslim)
Beliau ﷺ
bersabda:
«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ»
“Tidak akan
masuk Jannah orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.” (HR.
Muslim)
Dalam
Shohihain: “Demi Alloh, tidak beriman! Demi Alloh, tidak beriman! Demi Alloh,
tidak beriman!” Dikatakan: “Siapa, wahai Rosululloh?” Beliau menjawab:
«الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ»
“Yaitu,
orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.” (HR. Al-Bukhori)
Dalam
lafazh yang sesuai syarat Shohihain:
«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَبْدٌ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ»
“Tidak akan
masuk Jannah seorang hamba yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.”
Nabi ﷺ
bersabda:
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ»
“Siapa yang
beriman kepada Alloh dan hari Akhir, maka janganlah dia menyakiti tetangganya.”
(HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Dalam
lafazh Muslim: “Siapa yang beriman kepada Alloh dan hari Akhir, maka hendaklah
ia berbuat baik kepada tetangganya.”
Al-A’masy
meriwayatkan dari Abu Yahya maula Ja’dah, dia berkata: Aku mendengar Abu
Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu berkata: “Dikatakan: ‘Wahai Rosululloh, si fulanah
Sholat di malam hari dan berpuasa di siang hari, namun lisannya menyakiti
tetangganya, dia banyak bicara.’ Beliau bersabda:
«لَا خَيْرَ فِيهَا هِيَ فِي النَّارِ»
“Tidak ada
kebaikan padanya, dia di Naar.” (Hadits ini dishohihkan oleh Al-Hakim)
Beliau ﷺ
bersabda:
«اذْكُرُوا مَحَاسِنَ مَوْتَاكُمْ، وَكُفُّوا عَنْ مَسَاوِئِهِمْ»
“Sebutkanlah
kebaikan-kebaikan orang-orang yang telah meninggal di antara kalian, dan
tahanlah diri dari menyebut keburukan-keburukan mereka.” (Hadits ini
dishohihkan oleh Al-Hakim)
Dari Abu
Dzar Rodhiyallahu ‘Anhu, dia mendengar Nabi ﷺ
bersabda:
«مَنْ دَعَا رَجُلًا بِالْكُفْرِ، أَوْ قَالَ: عَدُوَّ اللَّهِ، وَلَيْسَ كَذَلِكَ؛ إِلَّا رَجَعَ عَلَيْهِ»
“Siapa yang
memanggil seseorang dengan sebutan kafir, atau mengatakan: ‘Musuh Alloh’,
padahal tidak demikian, maka sebutan itu akan kembali kepadanya.” (HR.
Al-Bukhori dan Muslim)
Shofwan bin
Amr meriwayatkan dari Rosyid bin Sa’ad dan Ibnu Zubair, dari Anas, ia berkata: Rosululloh
ﷺ
bersabda:
«لَمَّا عُرِجَ بِي، مَرَرْتُ بِقَوْمٍ
لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ، يَخْمِشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ، فَقُلْتُ:
مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ فَقَالَ: الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ، وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ»
“Ketika aku
di-isro’-kan, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari
tembaga, mereka mencakar wajah dan dada mereka. Aku bertanya: ‘Siapa mereka
wahai Jibril?’ Dia menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging
manusia (ghibah), dan mencela kehormatan mereka.’” (HR. Abu Dawud)
Nabi ﷺ
bersabda:
«إِنَّ مِنْ الْكَبَائِرِ شَتْمَ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ! وَهَلْ يَشْتِمُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ فَيَسُبُّ أُمَّهُ»
“Sungguh
termasuk dosa-dosa besar adalah seseorang mencaci maki kedua orang tuanya.”
Mereka bertanya: “Wahai Rosululloh, apakah seseorang mencaci maki kedua orang tuanya?”
Beliau menjawab: “Ya, dia mencaci maki ayah orang lain, lalu orang itu mencaci
maki ayahnya. Dia mencaci maki ibu orang lain, lalu orang itu mencaci maki
ibunya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Dalam
lafazh lain: “Sungguh termasuk dosa-dosa besar yang paling besar adalah
seseorang melaknat kedua orang tuanya.” Dikatakan: “Wahai Rosululloh, bagaimana
seseorang melaknat kedua orang tuanya?” Beliau menjawab: “Dia mencaci maki ayah
orang lain, lalu orang itu mencaci maki ayahnya. Dia mencaci maki ibu orang
lain, lalu orang itu mencaci maki ibunya.”
Nabi ﷺ
bersabda:
«لَا يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالْفُسُوقِ أَوِ الْكُفْرِ
إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ
كَذَلِكَ»
“Tidaklah
seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan atau kekafiran, melainkan tuduhan
itu akan kembali kepadanya jika saudaranya itu tidak seperti yang dituduhkan.” (HR.
Al-Bukhori)
Nabi ﷺ
bersabda:
«لَا تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ؛
فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا»
“Janganlah
kalian mencaci orang-orang yang telah meninggal, karena mereka telah sampai
pada apa yang telah mereka lakukan.” (HR. Al-Bukhori)