Kebaikan dan Keburukan adalah dengan Ketentuan dan Takdir Alloh

 

Imam Abul Hasan Al-Asy’ari berkata:

* وقالوا: إنه لا يكون في الأرض من خير ولا شر إلا ما شاء الله

Mereka berkata: “Tidak ada kebaikan maupun keburukan yang terjadi di muka bumi kecuali atas kehendak Alloh.

Penjelasan:

Saya katakan: Madz-hab Ahli Sunnah wal Jama’ah adalah bahwa kebaikan dan keburukan, keduanya diciptakan dan ditakdirkan oleh Alloh. Ini adalah apa yang ditegaskan oleh Al-Isma’ili dalam I’tiqod Ahlil Hadits (hlm. 61-62), di mana beliau berkata: “Mereka berkata bahwa kebaikan dan keburukan, yang manis dan yang pahit, semuanya terjadi dengan ketentuan dari Alloh yang telah Dia tetapkan dan takdirkan. Mereka (manusia) tidak memiliki kemampuan untuk menolak mudhorot atau mendatangkan manfaat bagi diri mereka sendiri kecuali apa yang dikehendaki Alloh. sungguh mereka sangat membutuhkan Alloh dan tidak bisa lepas dari-Nya setiap saat.”

Ash-Shobuni merincikan masalah ini dalam ‘Aqidatus Salaf Ashabil Hadits (hlm. 78-81). Beliau berkata: “Ahli Sunnah bersaksi dan meyakini bahwa kebaikan dan keburukan, manfaat dan mudhorot, yang manis dan yang pahit, semuanya terjadi dengan qodho’ (ketentuan) dan qodar (takdir) Alloh Ta’ala. Tidak ada yang bisa menolaknya, tidak ada tempat untuk lari atau menghindar darinya. Seseorang tidak akan ditimpa sesuatu kecuali apa yang telah dituliskan oleh Robb-nya untuknya. Seandainya seluruh makhluk berusaha untuk memberinya manfaat yang tidak dituliskan Alloh untuknya, mereka tidak akan mampu melakukannya. seandainya mereka berusaha untuk menolaknya dari sesuatu yang tidak ditakdirkan Alloh atasnya, mereka tidak akan mampu, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat dari ‘Abdulloh bin ‘Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma. Alloh berfirman:

﴿وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ

‘Jika Alloh menimpakan sesuatu kemudhorotan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. jika Dia menghendaki kebaikan bagimu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya.’ (QS. Yunus)

Di antara madz-hab dan metode Ahli Sunnah, meskipun mereka meyakini bahwa kebaikan dan keburukan berasal dari Alloh dan dengan ketentuan-Nya, adalah bahwa sesuatu yang dapat disalahpahami sebagai kekurangan, tidak boleh dinisbatkan secara tersendiri kepada Alloh. Maka tidak boleh berkata: ‘Wahai Pencipta kera, babi, kumbang, dan serangga,’ meskipun tidak ada satu makhluk pun kecuali Robb-lah penciptanya. Dalam konteks inilah makna sabda Rosululloh dalam doa iftitah:

«تباركت وتعاليت، والخير في يديك، والشر ليس إليك»

‘...Engkau Maha Suci dan Maha Tinggi, kebaikan seluruhnya ada di Tangan-Mu, dan keburukan tidak dinisbatkan kepada-Mu.’ (HR. Muslim)

Maknanya – wallohu a’lam – adalah bahwa keburukan bukanlah sesuatu yang dinisbatkan kepada-Mu secara tersendiri dan khusus, sehingga Engkau disapa dengan panggilan: ‘Wahai Pencipta keburukan’ atau ‘Wahai Penakdir keburukan,’ meskipun Dialah Pencipta dan Penakdir keduanya.

Oleh karena itu, Nabi Khidr ‘alaihissalam menyandarkan kehendak untuk membuat cacat kepada dirinya sendiri, sebagaimana yang Alloh kabarkan tentangnya dalam firman-Nya:

﴿أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا

‘Adapun perahu itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, maka aku berkehendak merusaknya.’ (QS. Al-Kahfi)

Namun, ketika beliau menyebutkan kebaikan, kebajikan, dan rohmat, beliau menyandarkan kehendaknya kepada Alloh , dengan berkata:

﴿فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ

‘Maka Robb-mu berkehendak agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rohmat dari Robb-mu.’ (QS. Al-Kahfi)

Karena itulah Alloh mengabarkan tentang Nabi Ibrohim ‘alaihissalam yang berkata:

﴿وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

‘Apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.’ (QS. Asy-Syu’aro)

Beliau menyandarkan sakit kepada dirinya dan kesembuhan kepada Robb-nya, meskipun semuanya berasal dari-Nya, jalla jalaluh.”

Ringkasan:

Kebaikan dan keburukan, keduanya adalah makhluk yang ditakdirkan oleh Alloh Ta’ala. Tidak ada satu pun dari keduanya yang terjadi kecuali dengan izin-Nya, karena Dialah pencipta keduanya. Ini adalah pandangan Ahli Sunnah. Hanya saja, keburukan tidak dinisbatkan kepada-Nya secara tersendiri karena hal itu dapat disalahpahami sebagai bentuk kekurangan dan aib.

Diskusi:

S1: Apakah keburukan diciptakan oleh Alloh Ta’ala atau tidak? Jelaskan madz-hab Ahli Sunnah dalam hal ini!

S2: Apa yang dimaksud dengan sabda Nabi : “...dan keburukan tidak dinisbatkan kepada-Mu”?


 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url