Perbuatan Hamba Diciptakan Alloh
Imam Abul Hasan Al-Asy’ari berkata:
* وأقروا أنه
لا خالق إلا الله، وأن سيئات العباد يخلقها الله، وأن أعمال العباد يخلقها الله عز
وجل، وأن العباد لا يقدرون أن يخلقوا شيئا
Mereka mengakui bahwa tidak ada pencipta selain Alloh, dan
bahwa keburukan-keburukan para hamba, Alloh-lah yang menciptakannya, dan bahwa
perbuatan-perbuatan para hamba, Alloh ﷻ
yang menciptakannya, dan bahwa para hamba tidak mampu untuk menciptakan apa
pun.
Penjelasan:
Saya katakan: Ini adalah perkara yang disepakati di kalangan
para imam, dan telah dinukilkan oleh Imam Al-Isma’ili dalam kitabnya I’tiqod
A’immah Ahlil Hadits (hlm. 60-61): “Mereka berkata bahwa tidak ada pencipta
yang hakiki kecuali Alloh ﷻ,
dan bahwa semua usaha (kasb) para hamba adalah ciptaan Alloh; bahwa
Alloh memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyesatkan siapa
yang Dia kehendaki. Tidak ada dalih bagi orang yang disesatkan oleh Alloh ﷻ dan tidak ada alasan
baginya, sebagaimana firman Alloh ﷻ:
﴿قُلْ فَلِلَّهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُ فَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ
أَجْمَعِينَ﴾
‘Katakanlah: ‘Alloh mempunyai hujah yang kuat lagi sempurna;
maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya.’
Dia juga berfirman:
﴿كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ - فَرِيقًا هَدَى وَفَرِيقًا
حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلَالَةُ﴾
‘…sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan
(demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya). Sebagian diberi-Nya petunjuk
dan sebagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka.’ (QS. Al-A’rof)
Dia berfirman:
﴿وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ﴾
‘Sungguh Kami jadikan untuk (isi Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia.’ (QS. Al-A’rof)
Dia berfirman:
﴿مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ
إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا﴾
‘Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya.’ (QS. Al-Hadid)
Makna dari ‘nabro-aha’ adalah ‘Kami menciptakannya’
tanpa ada perbedaan pendapat dalam bahasa Arob.
Dia mengabarkan tentang penduduk Jannah:
﴿الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا
لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ﴾
‘Segala puji bagi Alloh yang telah menunjuki kami kepada (Jannah)
ini. kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Alloh tidak memberi
kami petunjuk.’ (QS. Fathir)
﴿أَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيعًا﴾
‘...sekiranya Alloh menghendaki, tentu Alloh memberi petunjuk
kepada manusia semuanya.’ (QS. Ar-Ro’d)
﴿وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً
وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ - إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ﴾
‘Jikalau Robb-mu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat
yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang
yang diberi rohmat oleh Robb-mu.’ (QS. Hud)”
At-Taimi dalam kitab Al-Hujjah (1/421) pada bab “Bantahan
terhadap Jahmiyyah dan Mu’tazilah” berkata: “Perbuatan-perbuatan hamba
bukanlah perbuatan Alloh, melainkan ia adalah ciptaan-Nya.”
Ash-Shobuni dalam ‘Aqidatus Salaf Ashabil Hadits (hlm.
75-89) berkata: “Di antara pandangan Ahli Sunnah wal Jama’ah mengenai usaha
(kasb) para hamba adalah bahwa ia diciptakan oleh Alloh Ta’ala.
Mereka tidak ragu tentang hal ini, dan tidak menganggap orang yang mengingkari
dan menafikan pandangan ini sebagai bagian dari penganut petunjuk dan agama
yang benar. Mereka bersaksi bahwa Alloh Ta’ala memberi petunjuk kepada
siapa yang Dia kehendaki menuju agama-Nya dan menyesatkan siapa yang Dia
kehendaki dari-Nya. Tidak ada dalih bagi orang yang disesatkan Alloh dan tidak
ada alasan baginya di hadapan-Nya. Alloh ﷻ
berfirman:
﴿قُلْ فَلِلَّهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُ فَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ
أَجْمَعِينَ﴾
‘Katakanlah: ‘Alloh mempunyai hujah yang kuat lagi sempurna;
maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya.’
Alloh ﷻ
berfirman:
﴿وَلَوْ شِئْنَا لَآتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدَاهَا وَلَكِنْ
حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّي لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ﴾
‘kalau Kami menghendaki, niscaya Kami akan berikan kepada
tiap-tiap jiwa petunjuk (bagi)nya, akan tetapi telah tetaplah perkataan
(ketetapan) dari-Ku; ‘Sungguh akan Aku penuhi Jahannam itu dengan jin dan
manusia bersama-sama.’’ (QS. As-Sajdah)
Alloh ﷻ
berfirman:
﴿وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ﴾
‘Sungguh Kami jadikan untuk (isi Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia.’ (QS.
Al-A’rof)
Maha Suci Dia yang menciptakan makhluk tanpa membutuhkan
mereka, lalu Dia menjadikan mereka dua kelompok: satu kelompok untuk keni’matan
(Jannah) sebagai karunia, dan satu kelompok untuk api Naar (Naar) sebagai keadilan.
Dia menjadikan di antara mereka ada yang sesat dan ada yang lurus, ada yang
celaka dan ada yang bahagia, ada yang dekat dengan rohmat-Nya dan ada yang
jauh. Demikian pula, di antara madz-hab Ahli Sunnah wal Jama’ah adalah bahwa
Alloh ﷻ menghendaki semua
perbuatan hamba, baik yang baik maupun yang buruk. Tidak ada seorang pun yang
beriman kepada-Nya kecuali dengan kehendak-Nya, dan tidak ada seorang pun yang
kafir kecuali dengan kehendak-Nya. Seandainya Dia mau, niscaya Dia akan menjadikan
manusia sebagai satu umat:
﴿وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ
جَمِيعًا﴾
‘Jikalau Robb-mu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang
di muka bumi seluruhnya.’ (QS.
Yusun)
Seandainya Dia berkehendak untuk tidak didurhakai, niscaya
Dia tidak akan menciptakan iblis. Maka, kekafiran orang-orang kafir, keimanan
orang-orang beriman, penyimpangan orang-orang menyimpang, tauhid orang-orang
yang bertauhid, ketaatan orang-orang yang taat, dan kemaksiatan orang-orang
yang bermaksiat, semuanya terjadi dengan qodho’ (ketentuan) ﷻ,
qodar (takdir), irodah (kehendak), dan masyi’ah-Nya. Dia
menghendaki semua itu, menginginkannya, dan menentukannya. Namun, Dia meridhoi
iman dan ketaatan, serta membenci dan tidak meridhoi kekafiran dan kemaksiatan.
Alloh ﷻ berfirman:
﴿إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا
يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ﴾
‘Jika kamu kafir maka sungguh Alloh tidak memerlukan (iman)mu
dan Dia tidak meridhoi kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur,
niscaya Dia meridhoi bagimu kesyukuranmu itu.’ (QS. Az-Zumar).”
Saya katakan: Inilah ringkasan madz-hab para imam hadits Ahli
Sunnah wal Jama’ah. Nash-nash dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijma’ telah
menunjukkan bahwa Alloh ﷻ
adalah Pencipta segala sesuatu, baik itu wujud, sifat, perbuatan, dan lainnya;
bahwa kehendak Alloh bersifat umum, mencakup seluruh alam semesta, sehingga
tidak ada sesuatu pun yang terjadi kecuali dengan kehendak tersebut; bahwa
penciptaan-Nya ﷻ atas segala sesuatu
dengan kehendak-Nya terjadi sesuai dengan apa yang telah Dia ketahui dengan
ilmu-Nya yang azali dan apa yang telah Dia tulis dan takdirkan di Lauh Mahfuzh;
bahwa para hamba memiliki kemampuan dan kehendak yang dengannya perbuatan
mereka terjadi, dan bahwa merekalah pelaku hakiki dari perbuatan-perbuatan ini
atas pilihan mereka sendiri. Karena itulah mereka berhak mendapatkan balasan,
baik berupa pujian dan pahala, maupun celaan dan hukuman. Penisbatan perbuatan-perbuatan
ini kepada hamba sebagai pelaku tidak menafikan penisbatannya kepada Alloh
sebagai pencipta dan yang mengadakan, karena Dialah Pencipta semua sebab yang
melatarbelakangi terjadinya perbuatan tersebut.
Dalam hal ini, terdapat penyimpangan dari:
Pertama: Kaum Jahmiyyah Jabariyyah (Fatalis): Mereka
menafikan kemampuan dan kehendak dari hamba. Hamba menurut mereka seperti
sehelai bulu yang tergantung di udara. Pandangan ini juga memengaruhi kaum
Asy’ariyyah, di mana mereka mengatakan bahwa hamba tidak memiliki pilihan dalam
perbuatannya. Konsep kasb (usaha) menurut Asy’ariyyah sudah dikenal,
karena ia adalah fatalisme (jabr) yang telah dikembangkan. Makna kasb
menurut mereka adalah: “Ketika hamba telah bertekad kuat, maka Alloh Ta’ala
menciptakan perbuatan pada dirinya. Tekad itu sendiri juga merupakan perbuatan
yang terjadi dengan kekuasaan Alloh Ta’ala. Sehingga, hamba tidak
memiliki andil dalam perbuatan dari segi memberikan pengaruh, meskipun ia
memiliki andil dari segi kasb.” Sebenarnya, kasb menurut Asy’ariyyah adalah keterkaitan antara
kemampuan yang baru (pada hamba) dengan apa yang dikuasainya (perbuatan) di
tempatnya, tanpa adanya pengaruh.
Kedua: Kaum Qodariyyah Mu’tazilah: Mereka ini
mengatakan bahwa hamba memiliki kemampuan dan kehendak yang mutlak dan
independen dari Alloh Ta’ala. Al-Qodhi ‘Abdul Jabbar berkata: “Sungguh perbuatan-perbuatan
hamba tidaklah diciptakan pada diri mereka, dan merekalah yang mengadakannya.”
Seolah-olah mereka memunculkan pencipta selain Alloh, yaitu manusia. Karena
itulah Nabi ﷺ menyebut mereka sebagai Majusinya umat ini.
Imam Abul Hasan Al-Asy’ari berkata:
* وأن الله سبحانه
وفق المؤمنين لطاعته وخذل الكافرين، ولَطَف بالمؤمنين ونظر لهم وأصلحهم وهداهم، ولم
يلطف بالكافرين ولا أصلحهم ولا هداهم ولو أصلحهم لكانوا صالحين ولو هداهم لكانوا مهتدين،
وأن الله سبحانه يقدر أن يصلح الكافرين ويلطف بهم حتى يكونوا مؤمنين ولكنه أراد أن
لا يصلح الكافرين ويلطف بهم حتى يكونوا مؤمنين ولكنه أراد أن يكونوا كافرين كما علم،
وخذلهم وأضلهم وطبع على قلوبهم، وأن الخير والشر بقضاء الله وقدره، ويؤمنون بقضاء الله
وقدره خيره وشره حلوه ومره ويؤمنون أنهم لا يملكون لأنفسهم نفعا ولا ضرا إلا ما شاء
الله كما قال، ويُلجئون أمرهم إلى الله سبحانه، ويثبتون الحاجة إلى الله في كل وقت
والفقر إلى الله في
كل حال.
Alloh ﷻ
memberikan taufik kepada orang-orang beriman untuk menaati-Nya dan
menelantarkan orang-orang kafir. Dia berlemah lembut kepada orang-orang
beriman, memperhatikan mereka, memperbaiki mereka, dan memberi mereka petunjuk.
Dia tidak berlemah lembut kepada orang-orang kafir, tidak memperbaiki mereka,
dan tidak memberi mereka petunjuk. Seandainya Dia memperbaiki mereka, niscaya
mereka akan menjadi orang-orang sholih. Seandainya Dia memberi mereka petunjuk,
niscaya mereka akan mendapat petunjuk.
Alloh ﷻ
mampu untuk memperbaiki orang-orang kafir dan berlemah lembut kepada mereka
hingga mereka menjadi orang-orang beriman. Akan tetapi, Dia berkehendak agar
mereka menjadi kafir sebagaimana yang ada dalam ilmu-Nya. Lalu Dia
menelantarkan mereka, menyesatkan mereka, dan mengunci mati hati mereka. bahwa
kebaikan dan keburukan terjadi dengan qodho’ (ketentuan) dan qodar (takdir)
Alloh. Mereka beriman kepada qodho’ dan qodar Alloh, yang baik maupun yang
buruk, yang manis maupun yang pahit. Mereka beriman bahwa mereka tidak memiliki
manfaat maupun mudhorot untuk diri mereka sendiri kecuali atas kehendak Alloh,
sebagaimana yang Dia firmankan. Mereka menyerahkan urusan mereka kepada Alloh ﷻ, dan menetapkan
kebutuhan kepada Alloh setiap saat dan kefakiran kepada Alloh dalam setiap
keadaan.
Bahasa:
(خذل):
Artinya, menghalangi dari taufik dan pertolongan.
(طبع على قلوبهم):
Mengunci mati hati mereka sehingga tidak mengenal kebenaran.
(يُلجئون):
Artinya, mereka menyerahkan urusan mereka kepada Alloh dan menadahkan kebutuhan
mereka kepada-Nya.
Penjelasan:
Penulis rohimahulloh melewatkan satu perkara penting,
yaitu hikmah di balik penakdiran kebaikan dan keburukan. Alloh memberi petunjuk
kepada siapa yang Dia kehendaki sebagai bentuk karunia (fadhl), dan
menyesatkan siapa yang Dia kehendaki sebagai bentuk keadilan (‘adl).
Ath-Thohawi dalam menjelaskan aqidah Ahli Sunnah wal Jamaah (hlm. 108) berkata:
يهدي من يشاء،
ويعصم ويُعافي فضلا، ويضل من يشاء ويخذل ويبتلي عدلا، وكلهم يتقلبون في مشيئته بين
فضله وعدله
“Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki,
melindungi, dan menyelamatkannya sebagai karunia. Dia menyesatkan siapa yang
Dia kehendaki, menelantarkan, dan mengujinya sebagai keadilan. mereka semua
berputar dalam kehendak-Nya, di antara karunia dan keadilan-Nya.”
Maka, siapa yang diberi-Nya petunjuk kepada iman, itu adalah
karena karunia-Nya, dan bagi-Nya segala puji. Siapa yang Dia sesatkan, itu
adalah karena keadilan-Nya, dan bagi-Nya segala puji. Alloh ﷻ
Maha Bijaksana, tidak melakukan sesuatu pun dengan sia-sia atau tanpa makna dan
maslahat. Hikmah-Nya adalah tujuan yang dimaksudkan dari perbuatan-Nya. Bahkan,
perbuatan-perbuatan-Nya ﷻ
bersumber dari hikmah yang agung yang menjadi alasan perbuatan itu dilakukan,
sebagaimana perbuatan itu muncul dari sebab-sebab yang dengannya Dia berbuat.
Ringkasan:
Ahli Sunnah berpandangan bahwa perbuatan-perbuatan hamba
adalah ciptaan Alloh Ta’ala dan telah ditakdirkan oleh-Nya.
Diskusi:
S1: Jelaskan madz-hab Ahli Sunnah mengenai masalah perbuatan
hamba!
S2: Apakah pandangan Mu’tazilah sejalan dengan pandangan Ahli
Sunnah dalam bab ini?
S3: Jelaskan madz-hab Asy’ariyyah dalam hal tersebut!