Hak-hak para Shohabat dan Pengakuan atas Keutamaan Mereka
Imam
Abul Hasan Al-Asy’ari berkata:
* ويعرفون حق
الذين اختارهم الله سبحانه لصحبة نبيه ﷺ، ويأخذون
بفضائلهم، ويمسكون عما شجر بينهم صغيرهم وكبيرهم
Ahlus-Sunnah
mengakui hak orang-orang yang telah Alloh pilih untuk menemani Nabi-Nya ﷺ,
dan mereka mengambil keutamaan-keutamaan mereka, serta menahan diri dari apa
yang terjadi di antara mereka, baik yang kecil maupun yang besar.
Bahasa:
(الفضائل): jamak dari fadlilah (فضيلة)
yaitu sesuatu yang membuat manusia terpuji.
(يمسكون): menahan diri.
(شجر):
terjadi dan muncul keburukan.
Penjelasan:
Cukuplah
bagi mereka (para Shohabat) keutamaan bahwa Alloh telah memuji dan meridhoi
mereka serta menjanjikan kebaikan bagi mereka. Sebagaimana dalam firman Alloh Ta’ala:
﴿مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ
عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ﴾
“Muhammad
adalah Rosul Alloh dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, (tetapi) berkasih sayang sesama mereka).” (QS. Al-Fath)
Juga firman-Nya:
﴿وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ
وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ﴾
“Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan muhajirin dan
Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridho kepada
mereka dan merekapun ridho kepada Alloh).” (QS. At-Taubah)
Juga firman-Nya:
﴿لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ
دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ - وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ
وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ
فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ
بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾
“(Fai
diberikan) untuk orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin yang diusir dari
kampung halaman dan harta benda mereka, (karena) mencari karunia dari Alloh dan
keridhaan, serta menolong Alloh dan Rosul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang
benar. Orang-orang (Anshor) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijroh
kepada mereka, dan mereka tidak mendapati adanya keinginan di dalam dada mereka
terhadap apa yang diberikan kepada mereka, dan mereka mendahulukan (orang-orang
Muhajirin), di atas diri mereka sendiri, meskipun mereka dalam kesusahan. Siapa
yang dijaga dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 8-9)
Maka Shohabat
yang paling utama adalah para Muhajirin, karena mereka menggabungkan antara hijroh
dan pertolongan (kepada agama). Kemudian para Anshor yang menampung para Muhajirin,
mendahulukan mereka dari diri mereka sendiri dan menolong agama Alloh.
Adapun
masalah menahan diri dari apa yang terjadi di antara para Shohabat, ini adalah
hal yang benar. Kecuali jika tujuannya adalah untuk menjelaskan kebenaran dalam
suatu masalah, tanpa mengurangi kehormatan salah seorang di antara mereka.
Hal ini
telah ditegaskan oleh Syaikhul Islam Abu Utsman Ismail Ash-Shobuni (wafat 449
H) dalam kitabnya Aqidah As-Salaf Ashab Al-Hadits halaman 93, di mana
dia berkata: “(Mereka) memandang untuk menahan diri dari apa yang terjadi di
antara para Shohabat Rosulullah ﷺ, dan
membersihkan lisan dari menyebutkan apa yang mengandung celaan atau kekurangan
pada mereka. Mereka berpandangan untuk mendoakan rohmat bagi mereka semua dan
mencintai mereka secara keseluruhan. Demikian pula, mereka memandang untuk
mengagungkan kedudukan istri-istri Nabi, Rodhiyallohu ‘Anhunn, mendoakan
mereka, mengetahui keutamaan mereka, dan mengakui bahwa mereka adalah ibu-ibu
orang-orang beriman.”
Begitu juga
Ibnu Baththoh (wafat 387 H) dalam Al-Ibanah ‘ala Ushul As-Sunnah halaman 268:
“Setelah itu, kita menahan diri dari apa yang terjadi di antara para Shohabat Rosulullah
ﷺ.
Sungguh mereka telah menyaksikan berbagai peristiwa bersamanya, dan mereka
telah mendahului manusia dengan keutamaan. Sungguh Alloh telah mengampuni
mereka dan memerintahkan untuk memohon ampun bagi mereka, serta mendekatkan
diri kepada-Nya dengan mencintai mereka. Alloh mewajibkan hal itu melalui lisan
Nabi-Nya, padahal Dia mengetahui apa yang akan terjadi di antara mereka dan
bahwa mereka akan saling berperang. Mereka diutamakan di atas seluruh makhluk
karena kesalahan dan kesengajaan telah dimaafkan dari mereka, dan semua yang
terjadi di antara mereka diampuni.”
Begitu pula
Abu Bakr Al-Isma’ili (wafat 371 H) dalam I’tiqod A-immah Ahli Al-Hadits
halaman 79 di mana dia berkata: “(Mereka) menahan diri dari mencela mereka,
dan menafsirkan hal-hal buruk yang terjadi pada mereka, serta menyerahkan
kepada Alloh Azza wa Jalla apa yang terjadi di antara mereka, yang
didasarkan pada penafsiran (mereka).”
Ringkasan:
Ahli Sunnah
beriman akan keutamaan para Shohabat di atas selain mereka, dan mereka menahan
diri dari apa yang terjadi di antara mereka.
Diskusi:
S1: Apa
sikap Ahli Sunnah terhadap para Shohabat?
S2: Apa
sikap Ahli Sunnah terhadap perselisihan yang terjadi di antara para Shohabat?
S3: Apa
yang dikecualikan dari masalah menahan diri dari apa yang terjadi di antara
para Shohabat?