Cari Artikel

Mempersiapkan...

Hakikat Malaikat dan Kewajiban Imam Kepadanya

Iman kepada Malaikat termasuk salah satu rukun iman yang enam. Nabi menyebutkan enam rukun iman dalam satu haditsnya:

«أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ»

“Kamu beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, Hari Akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim no. 8)

Al-Qur’an juga menegaskan demikian:

كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ

“Semua orang dari mereka (Nabi dan para Sahabatnya) beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, dan Rosul-Rosul-Nya.” (QS. Al-Baqoroh: 285)

Maka, iman kepada Malaikat termasuk rukun iman, dan iman tidak sah tanpa ini. Mengingkari keberadaan Malaikat adalah kekufuran dan kesesatan. Allah berfirman:

وَمَن يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

“Siapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, Hari Akhir, maka ia telah tersesat sangat jauh.” (QS. An-Nisa: 136)

As-Sa’di berkata: “Ketahuilah bahwa kafir kepada salah satu dari perkara-perkara ini adalah seperti kafir kepada seluruhnya, karena kelaziman tidak diterimanya hanya mengimani sebagian saja.” (Tafsir As-Sa’di, hal. 209)

Defini Malaikat

Malaikat (المَلائِكة) adalah jamak dari مَلْأَكٌ lalu hamzahnya digugurkan dan harokatnya dipindah ke lam hingga menjadi مَلَكٌ. Sementara makna مَلَكٌ adalah أَلُوكَةٌ yang artinya utusan. Mereka dinamai utusan karena menjadi utusan Allah untuk manusia. Allah berfirman:

وَلَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى

“Sungguh utusan-utusan Kami (yakni Malaikat) mendatangi Ibrohim dengan membawa kabar gembira.” (QS. Hud: 69)

Hakikat Malaikat

Malaikat benar adanya, berwujud, memiliki qolbu, dan berbicara, tidak sebagaimana ucapan ahli filsafat bahwa Malaikat adalah simbol kebaikan atau bisikan kebaikan dari jiwa manusia.

Dari Aisyah, ia berkata: Rosulullah bersabda:

«خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ»

“Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari kobaran api, dan Adam diciptakan dari apa yang sudah dijelaskan[1] kepada kalian.” (HR. Muslim no. 2996)

Sebagaiman manusia dan jin ada wujudnya, begitu pula Malaikat. Mereka bukanlah bisikan atau simbol kebaikan.

Memiliki qolbu (jantung atau hati) dan berbicara, sebagaimana firman Allah:

حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

“Hingga ketika kekagetan sudah dihilangkan dari qolbu mereka, mereka bertanya: ‘Apa yang difirmankan Rob kalian?’ Jawab mereka: ‘Ucapan yang benar, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.’” (QS. Saba: 23)

Yakni ketika Allah menyampaikan firman-Nya kepada Jibril maka terasa berat bagi Malaikat hingga mereka pingsan.

Ayat ini juga mengabarkan Malaikat berbicara secara hakiki.

Malaikat bersayap. Sayap mereka 2, 3, 4, bahkan ada yang 600 sesuai kehendak Allah, sebagaimana firman-Nya:

الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Segala puji milik Allah, Pencipta seluruh langit dan bumi, Yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan bersayap dua, tiga, atau empat. Allah berhak menambah berapapun sesuai kehendak-Nya. Hanya Allah yang Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fathir: 1)

Ibnu Mas’ud berkata bahwa Nabi pernah melihat Jibril (dalam rupa aslinya) memiliki 600 sayap. (HR. Al-Bukhori no. 3232)

Waktu Penciptaan Malaikat

Malaikat diciptakan sebelum jin dan manusia. Ini yang nampak dari hadits Aisyah di atas yang memulai dari Malaikat, dan didukung ayat:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً

“Ingatlah ketika Rob-mu berkata kepada para Malaikat: ‘Sungguh aku akan menjadikan kholifah[2] di bumi.’” (QS. Al-Baqoroh: 30)



[1] Yakni dari tanah, sebagaimana dalam Ali Imron ayat 9: “Isa di sisi Allah seperti Adam, yaitu diciptakan dari tanah.”

[2] Yakni Adam dan keturunannya. Kholifah artinya pengganti. Mereka disebut pengganti karena menggantikan jin-jin yang telah berbuat kerusakan di bumi sebelum Adam.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url