Hukum Air yang Bercampur Najis
Jika air bercampur dengan najis sehingga mengubah salah satu dari tiga sifatnya—bau, rasa, atau warna—maka air itu najis berdasarkan Ijma’, tidak boleh digunakan. Air itu tidak dapat mengangkat hadats dan tidak dapat menghilangkan khobats. Baik air itu banyak atau sedikit. Namun, jika najis bercampur dengannya tetapi tidak mengubah salah satu sifatnya: jika air itu banyak, ia tidak menjadi najis dan sah untuk bersuci. Jika air itu sedikit, ia menjadi najis, dan tidak sah untuk bersuci. Batas air yang banyak adalah yang mencapai dua qullah (qullatain) atau lebih.[1] Air yang sedikit adalah yang kurang dari itu.
Dalilnya adalah Hadits Abi Sa'id Al-Khudri rodhiyallahu
‘anhu, dia berkata, Rosululloh ﷺ
bersabda:
إِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ
شَيْءٌ
“Sungguh, air itu suci, tidak ada sesuatu pun yang
menjadikannya najis.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya 3/15, Abu Dawud dalam Kitab
Ath-Thoharoh, BAB Ma Ja-a fii Bi'ri Budho'ah, no. 61, An-Nasa'i dalam Kitab
Al-Miyah no. 277, dan At-Tirmidzi dalam Kitab Ath-Thoharoh, Bab Annal Ma-a Laa
Yunajjisuhu Syai-un no. 66 dan berkata: Hadits hasan. Dishohihkan oleh
Al-Albani dalam Irwa'ul Gholil 1/45)
Dan Hadits Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rosululloh
ﷺ bersabda:
إِذَا بَلَغَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ
لَمْ يَحْمِلِ الْخَبَثَ
“Jika air mencapai dua qullah, ia tidak mengandung najis.” (HR.
Ahmad no. 2/27, Abu Dawud dalam Kitab Ath-Thoharoh, Bab Ma Yunajjisul Ma-a no.
63, At-Tirmidzi dalam Kitab Ath-Thoharoh, Bab Annal Ma-a Laa Yunajjisuhu
Syai-un no. 67, An-Nasa'i Kitab Ath-Thoharoh no. 52, dan Ibnu Majah Kitab
Ath-Thoharoh Bab Miqdaarul Ma-il Ladzii Laa Yunajjisu no. 517 dan lafazhnya:
Jika air dua qullah, tidak ada yang menjadikannya najis. Dishohihkan oleh Al-Albani
dalam Irwa'ul Gholil 1/45)
[1]
Qullah adalah guci besar, jamaknya qulal atau qillal. Batas dua
qullah setara dengan sekitar 93.075 sho' atau 160.5 liter air, dan dua qullah kira-kira lima kirbah
(tempat air dari kulit).