Melafazhkan Niat dan Waktunya Menurut Berbagai Madzhab
Niat adalah tekat kuat
melakukan sesuatu untuk ibadah kepada Allah.
Empat madzhab sepakat
tempat niat adalah hati. Lalu mereka berselisih:
Apa dianjurkan dilafazhkan untuk
memudahkan hati atau tidak?
Hanafiyah dan Malikiyah:
Talaffuzh niat
(melafazhkan niat) adalah bid’ah, karena tidak dicontohkan Nabi ﷺ dan tidak diajarkannya ke Sohabatnya. Tapi
jika seseorang sering was-was, maka dianjurkan talaffuzh.
Syafiiyah dan Hanabilah:
Talaffuzh niat adalah
sunnah dan bukanlah niat, tetapi sekedar untuk membantu hati menghadirkan niat.
Jika niat di hati berbeda dengan ucapan lisan maka yang dianggap adalah niat di
hati. Misalnya, jika seseorang niat dalam hati sholat Zhuhur, tetapi lisannya
mengucapkan Ashar maka dianggap sholat maka dianggap sholat Zhuhur.
Kapan waktu niat?
Mereka sepakat yang utama
adalah niat dihadirkan saat takbirotul ihrom. Lalu mereka berselisih pendapat:
Hanafiyah, Malikiyah,
Hanabilah:
Niat adalah syarat
sholat, sehingga ia boleh dihadirkan sebelum sholat, asal masih di waktu
sholat. Misalnya seseorang berwudhu dari rumah untuk mengerjakan sholat Zhuhur
lalu ia langsung takbir saat di Masjid tanpa mengahdirkan niat lagi maka sah
sholatnya.
Syafiiyah:
Niat adalah rukun sholat,
sehingga ia harus dihadirkan saat takbirotul ihrom. Misalnya seseorang masuk
Masjid niat sholat Zhuhur, dan saat takbirotul ihrom tidak menghadirkan niat
lagi maka sholatnya tidak sah.