Mengenal Pengertian Sastra Lebih Dekat
Pengertian Sastra
Lafazh (أدب) “adab” memiliki dua makna, yaitu makna umum dan khusus. Makna
umum dari adab adalah sinonim akhlak mulia, sehingga artinya akhlak mulia dalam
tutur kata dan perilaku, seperti jujur dan amanah.
Makna khusus dari adab adalah
ucapan yang lafazhnya indah dan maknanya mendalam sehingga menimbulkan pengaruh
kepada jiwa yang mendengarnya. Inilah yang biasa disebut sastra.
Oleh karena itu, syarat
disebut sastra jika terpenuhi 3 hal:
- Lafazhnya indah.
- Maknanya mendalam.
- Memberi pengaruh (atsar) kepada pendengarnya.
Jenis-Jenis Sastra
Jenis sastra ada dua macam,
yaitu natsr dan syi’r.
Pertama, Natsr adalah sastra
yang tidak memiliki wazan dan qofiyah. Wazan (rumus) maksudnya susuna lafazhnya
tidak memilik kaidah baku, seperti cerita misalkan. Sementara qofiyah adalah
nada di akhir kalimat, misalkan setiap kalimat diakhiri dengan huruf wawu semua
atau harokat dhommah semua. Contoh natsr adalah khutbah, surat, wasiat, hikmah,
matsal (pemisalan), dan kisah. Akan datang penjelasannya nanti, in syaa Allah.
Kedua, syi’r (ejaan lainnya
syair) adalah sastra yang memiliki wazan dan qofiyah. Ini kebalikan dari natsr
(ejaan lainnya natsar). Contoh syair adalah apa yang disebutkan dalam Al-Bayan wat Tibyan hal. 186 oleh
Al-Jahizh:
تَعَلَّمْ فَليسَ المَرْءُ يُوْلَدُ عَالِماً ... وَليسَ أَخُو
عِلْمٍ كَمَنْ هُوَ جَاهِلُ
فَإِنَّ كَبيرَ القَومِ لاَ عِلمَ عِندَهُ ... صَغيرٌ إِذَا
الْتَفَتْ عَلَيْهِ المَحَافِلُ
“Belajarlah, karena manusia
tdak dilahirkan dalam keadaan berilmu ... Pemilik ilmu tidaklah sama dengan
orang jahil.
Pembesar kaum yang tidak
memiliki ilmu ... Menjadi orang kecil, tatkala berada di tengah banyak orang.”
Khutbah
Khutbah adalah arahan
berupa perintah dan larangan yang biasanya disampaikan pada momen penting dan
perkumpulan manusia. Khutbah yang baik menggunakan lafazh yang indah dan
mendalam maknanya serta memberi pengaruh kepada jiwa yang mendengarnya.
Di antara sebab munculnya
khutbah adalah:
- Banyaknya peperangan di antara kabilah.
- Perkumpulan masyarakat seperti ucapan selamat, takziyah, meminta
pertolongan.
- Kekacauan perpolitikan dan sosial yang menimpa masyarakat Jahiliyah
- Tersebarnya orang-orang ummi yang tidak bisa membaca dan menulis.
- Berbangga-bangga dengan nasab atau dengan akhlak mulia.
Kekhususan Khutbah
- Ringkas kalimatnya.
- Fasih lafazhnya.
- Dalam maknanya.
- Sajak, yaitu beberapa kalimatnya di akhirnya dengan lafaz atau harokat
yang sama.
- Terkadang melibatkan kata hikmah, matsal, dan bait syair.
Wasiat
Wasiat adalah pesan singkat
yang biasanya disampaikan kepada orang yang dicintai untuk meraih keberuntungan
atau terhindar dari bahaya dan disampaikan ketika hendak berpisah baik menjelang
wafat maupun safar jauh.
Di antara sebab munculnya
wasiat adalah:
- Merasa akan meninggal, yaitu seorang memberi wasiat
(pesan penting) kepada kerabatnya atau orang terdekatnya terhadap penting,
baik dengan mengerjakannya, meninggalkannya atau sekedar rahasia.
- Perpisahan, seperti seorang putri yang akan diboyong
ke rumah suami barunya sehingga orang tua memberi wasiat kepadanya.
- Safar, seperti safar untuk waktu yang lama sehingga
perlu memberikan wasiat agar tercapai kebaikan atau terhindar dari keburukan
atas yang diberi wasiat.
Adapun kekhususan wasiat
adalah:
- Ringkas kalimatnya.
- Sajak.
- Melibatkan hikmah dan matsal.
- Biasanya tiap kalimat tidak berkaitan langsung.
- Diucapkan dengan jujur dan tulus.
Dengan begini wasiat
memiliki kemiripan dengan khutbah selain bahwa wasiat lebih ringkas daripada
khutbah.
Hikmah
Hikmah adalah sastra yang
berisi arahan kepada akhlak mulia atau peringatan dari akhlak tercela. Bentuk
jamak dari hikmah adalah hikam.
Kekhususan hikmah adalah:
Lafazhnya ringkas.
Maknanya dalam.
Menggambarkan kebiasaan
masyarakat.
Mengandung pemikiran yang
baik.
Mitsal
Mitsal adalah jamak dar
matsal, yaitu ucapan manusia yang masyhur di tengah mereka dan memiliki kisah
nyata yang melatarbelakanginya. Bentuk jamak dari mitsal adalah amtsal.
Mitsal mirip dengan hikmah
dalam banyak hal. Yang membedakan keduanya adalah:
Disebut mitsal jika ucapan
tersebut terkenal di kalangan manusia dan memiliki kisah yang
melatarbelakanginya, sementara hikmah tidak seperti ini.
Syair
Syair adalah sastra yang
memiliki wazan dan qofiyah. Ia terdiri dari bait-bait yang tersusun dengan
rapi. Bait adalah baris kalimat yang terdiri dari dua penggalan. Minimal syair
memiliki satu bait, dan tidak ada batasan untuk jumlah maksimalnya.
Syair di masa Jahiliyah
memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia. Kemulian suatu kabilah diukur
dari kemulian para penyair, sehingga orang yang mulia di sisi mereka adalah
yang fasih lisannya dan bagus syairnya.
Setelah Islam muncul, manusia
berpindah ke Al-Qur’an karena sastranya lebih mempesona dalam jamil dan balighnya.
Delapan tujuan syair
adalah:
- Madah (memuji), yaitu seorang penyair menyebutkan pujian-pujian baik
untuk dirinya, orang lain, kabilah, dan sesuatu lainnya.
- Hija’ (mencela), yaitu seorang penyair mencela sesuatu dengan
menyebutkan sifat-sifat yang jelek.
- Fakhr (berbangga), yaitu seorang penyair menyebutkan sifat-sifat yang
baik dan kadang berlebihan dari yang dipuji.
- Hamasah (semangat juang), seorang penyair menyebutkan keberanian
seseorang atau kabilah. Jenis ini biasa dimanfaatkan untuk membangkitkan
semangat juang dan perang melawan kabilah lain di masa Jahiliyah.
- Ghozal (kijang), yaitu seorang penyair menyebutkan kecantikan seorang
wanita atau perasaan cinta seorang lelaki kepada wanita yang begitu
mendalam. Kijang disamakan dengan wanita karena kijang adalah binatang
memiliki betis kaki yang indah dan tubuh yang ramping, sementara di antara
bentuk kecantikan wanita diwakili oleh postur tubuh dan betisnya.
- I’tidzar (minta maaf), yaitu seorang penyair meminta maaf kepada orang
lain atau kabilah atau lainnya dengan ungkapan tertentu.
- Ritsa (memuji mayit), yaitu menyebutkan kebaikan-kebaikan orang yang
sudah meninggal, merasa kehilangan, atau mendoakannya.
- Sifat, yaitu seorang penyair mensifati yang dilihatnya, seperti
mensifati manusia, kabilah, benda, dan lainnya.
Di antara kekhususan syair
adalah:
- Syair-syair terutama di masa Jahiliyah mengandang kekuatan kefasihan,
kekuatan pengaruh, dan menggunakan kosa kata asing yang jarang diketahui
kebanyakan orang. Semakin ghorib (asing) bahasa yang digunakan, maka
mereka menilainya semakin berkualitas.
- Terkadang kita tidak mengerti makna yang terkandung di dalamnya karena
diucapkan di masa silam dan penggunaan kosa kata yang jarang digunakan,
tetapi kosa kata tersebut umum di kalangan mereka.
- Syair-syair terkait dengan kehidupan mereka dan kabilah-kabilahnya
sehingga menggambarkan kondisi masa silam.
- Susunan baitnya tidak memiliki ikatan makna, karena para penyair tidak
menaruh perhatian dalam masalah ini. Hal ini disebabkan satu qoshidah
kadang memiliki banyak tema, seperti menyebut ghozal, lalu fakhru, lalu
ritsa dan lainnya dalam satu qoshidah.
Syair yang terkenal di
masa Jahiliyah adalah mu’allaqot (tergantung) yang digantung di Ka’bah sebelum
datangnya Islam. Disebut mu’allaqot karena diserupakan dengan perhiasan yang
memperindah kecantikan seorang wanita yang digantung di lehernya. Ada pula yang
mengatakan, karena digantung di Ka’bah. Di antara penyair terkenal yang
memiliki mu’allaqot ada tujuh, yaitu:
- Umru’ul Qois bin Hujur bin Kindi.
- Zuhair bin Abi Sulma
- Thorofah bin Al-Abd (86 – 60 SM). Thorofah pernah mencela dalam
syairnya Amr bin Hindi lalu ia menyuruh pegawainya yang memimpin Ahsa
untuk membunuhnya sehingga ia terbunuh. Dia memiliki banyak diwan (kumpulan
syair) yang banyak. (Al-A’lam, 3/225)
- Antaroh bin Syaddad Al-Absi (w. 22 SH). Ia mahir menunggang kudan
penyair ulung yang umurnya panjang. (Al-A’lam, 5/91)
- Amr bin Kultsum bin Malik At-Taghlibi (w. 40 SH). Ia dikenal
masyarakat sebagai penyair yang pemberani dan mulia di tengah mereka.
(Al-A’lam, 5/84)
- Al-Harits bin Hillizah Al-Yasykari (w. 41 SH). Ia penyair dari dusun
pelosok di Irak. Dia memiliki diwan yang banyak dan sudah dicetak.
(Al-A’lam, 2/154)
- Labid bin Rabiah Al-Amiri. Ia sempat menjumpai dakwah Islam dan masuk
Islam. Kemudian ia fokus ibadah dan meninggalkan bersyair. Dia dikenal
mulia dan bernazar bahwa setiap kali bertiup angin Soba maka ia berkurban
kepada Allah dan memberi makan orang miskin. Dia tinggal di Kufah dan
meninggal di sana setelah berusia panjang. (Al-A’lam, 5/240)
Para peneliti banyak
menaruh perhatian besar kepada karya-karya mereka terutama mu’allaqot karena
mewakili peradaban Arab, disamping mengandung ghoroib (kosa kata asing) dan
makna-makna yang dalam.
Sejarah Sastra
Sejarah sastra adalah ilmu
untuk mengetahui perkembangan sastra dari zaman ke zaman, dan mengetahui
biografi para adib (sastrawan) baik dari sisi kelahiran, latar belakang
belajar, tempat-tempat berkembang, kitab-kitabnya, dan karya-karya mereka yang
lainnya.
Zaman Sastra
Yang dimaksud zaman sastra di
sini adalah periode perkembangan sastra. Para ahli telah meneliti dan
menetapkan enam periode sastra Arab, yaitu:
- Periode
Jahiliyah
Periode
ini dimulai dari abad ke-2 sebelum Islam dan berakhir dengan munculnya Islam.
- Periode
Islam
Periode
ini dimulai dari lahirnya Islam di Makkah dan berakhir hingga masa Khulafa
Rasyidin pada tahun 40 H.
- Periode
Umawiyah
Periode
ini dimulai dari berdirinya dinasti Umawiyah (setelah masa Khulafa Rasyidin) dan
berakhir dengan runtuhnya dinasti tersebut pada tahun 132 H.
- Periode
Abbasiyah
Periode
ini dimulai dari berdirinya dinasti Abbasiyah pada tahun 132 H dan berakhir
dengan runtuhnya dinasti tersebut pada tahun 656 H.
- Periode
Pertengahan
Periode
ini dimulai dari runtuhnya dinasti Abbasiyah hingga runtuhnya kesultanan
Utsmani di Konstantinopel (Turki) pada abad ke-13 H.
- Periode
Masa Kini
Dimulai
dari runtuhnya kesultanan Utsamani hingga masa kini.
Pembagian periode ini tidaklah
baku tetapi hanya pendekatan saja untuk memudahkan analisa perkembangan sastra
dari zaman ke zaman, karena masing-masing periode di atas sangat mempengaruhi
kondisi politik dan sosial masyarakat.