Tingkatan Penghuni Surga dan Renungan Bersama!
Pendahuluan
Tingkatan
tertinggi di Jannah adalah impian setiap orang beriman. Namun, karena kurangnya
ilmu, menjadikan salah jalan.
Makalan
sederhana ini mencoba membantu menuntun menuju Jannah tertinggi.
Bab I: Hakekat Kehidupan Dunia
1.1: Tinjauan Umum dan Tujuan Penciptaan
Tujuan utama keberadaan manusia di dunia adalah untuk
beribadah kepada Robb, dan bahwa waktu di dunia sangatlah singkat. Seorang Muslim
harus menyadari bahwa kehidupan ini adalah ladang amal untuk kehidupan Akhiroh
yang abadi.
Alloh
berfirman:
وَا لْعَصْرِ (١) إِ نَّ ا لْإِ نْسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ (٢) إِ لَّا ا لَّذِ يْنَ ءَ ا مَنُو ا و َ عَمِلُو
ا ا لـّٰصٰلِحٰتِ وَ ت َوَا صَو ا بِا لْحَقِّ وَ ت َوَا صَو ا بِا لـّٰصَبْرِ (٣)
“Demi
masa. Sungguh, manusia berada
dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati
untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1-3)
1.2: Singkatnya Waktu di Dunia
Waktu hidup Umat Nabi Muhammad ﷺ
sangatlah pendek dibandingkan Umat-Umat terdahulu. Kenyataan ini seharusnya
menjadi pendorong untuk memaksimalkan setiap detik waktu dengan amal sholih
demi mengejar derajat tertinggi di Jannah.
Dari Abu Hurairah Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata,
Rosulullah ﷺ bersabda:
«أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ
السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ»
“Usia Umat-ku berkisar antara enam puluh hingga tujuh puluh
tahun, dan sedikit sekali di antara mereka yang melampaui usia tersebut.” (HR. At-Tirmidzi no. 3550 dan Ibnu
Majah no. 4236, Hadith shohih)
1.3: Ujian Kematian dan Melewati Shiroth
Setiap manusia pasti akan mati dan melewati fase berat di
Akhirat, termasuk menyeberangi Shiroth (jembatan di atas Neraka). Fase ini
adalah penentuan akhir, meskipun orang-orang Mu’min yang masuk Jannah harus
melewati fase ini, sementara orang-orang kafir dan munafik akan terperosok ke
dalam Neraka.
Alloh
berfirman:
وَ إِنْ مِّنْكُمْ إِلَّا وَ ا رِدُهَا ۚ كَا نَ عَلٰى رَبِّكَ
حَتْمًا مَّقْضِيًّا (٧١)
“71.
Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal
itu bagi Robb-mu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan.
ثُمَّ نُنَجِّى ا لَّذِ يْنَ ا تَّقَوْ ا و َ نَذَرُ
ا لظّٰلِمِيْنَ فِيْهَا جِثِيًّا (٧٢)
72. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa
dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam (Neraka) dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 71-72)
Bab II: Perbedaan Derajat Balasan: Neraka dan Jannah
2.1: Tingkatan dalam Naar
Sebagaimana Jannah memiliki derajat (tingkatan), Neraka juga
memiliki lapisan-lapisan. Perbedaan derajat ini menunjukkan keadilan Robb Allah
dalam memberikan balasan sesuai dengan kadar dosa dan kekufuran.
Siksaan Teringan: Disediakan bagi kaum musyrikin yang
banyak membantu Islam di dunia, seperti Abu Tholib, paman Nabi ﷺ.
Dari Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhuma, bahwasanya
Rosulullah ﷺ bersabda:
«أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا
أَبُو طَالِبٍ، وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ»
“Sesungguhnya penghuni Naar yang paling ringan siksaannya adalah
Abu Tholib. Dia mengenakan dua sandal dari api yang menyebabkan otaknya mendidih.”
(HR. Muslim no. 212)
Siksaan Terdalam: Disediakan bagi orang-orang munafik
karena kekufuran mereka yang tersembunyi dan tipuan mereka terhadap Islam dan
kaum Muslimin.
Alloh
berfirman:
إِ نَّ ا لْمُنٰفِقِيْنَ فِى ا لـدَّرْكِ ا لْأَسْفَلِ
مِنَ ا لـنَّا رِ ۚ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ
نَصِيْرًا (١٤٥)
“Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari Naar.
Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 145)
2.2: Hakikat Derajat Pahala di Akhirat
Robb Allah akan membalas setiap perbuatan dengan adil, dan
setiap orang akan mendapatkan derajat sesuai dengan amalnya. Amal kebaikan
kecil tidak akan disamakan dengan amal kebaikan besar, apalagi amal yang
dilakukan dengan pengorbanan besar.
Alloh
berfirman:
و َ لِكُلٍّ دَ رَجٰتٌ مِّمَّا عَمِلُوْ ا ۚ و َ مَا رَبُّكَ
بِغٰفِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْ نَ (١٣٢)
“Dan
bagi masing-masing ada derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan. Dan
Robb-mu tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 132)
Derajat di Jannah bersifat kekal dan permanen, tidak seperti
kedudukan di dunia yang fana dan sementara.
Alloh
berfirman:
كُلًّا نُّمِدُّ هٰؤُلَآءِ
وَ هٰؤُلَآءِ مِنْ عَطَآءِ رَبِّكَ ۗ و َ مَا كَا نَ عَطَآءُ
رَبِّكَ مَحْظُوْ رًا (٢٠) اُنْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ و َ لَـلْاٰ خِرَةُ
اَكْبَرُ دَرَجٰتٍ و َّ اَكْبَرُ تَفْضِيْلًا (٢١)
“20.
Kepada masing-masing golongan (baik golongan dunia maupun golongan Akhirat)
Kami berikan bantuan dari kemurahan Robb-mu. Dan kemurahan Robb-mu tidak dapat
dihalangi.
21. Perhatikanlah bagaimana Kami melebihkan sebagian mereka
atas sebagian (yang lain) di dunia. Padahal kehidupan Akhirat lebih tinggi
derajat-nya dan lebih besar keutamaannya.” (QS. Al-Isro’: 20-21)
2.3: Klasifikasi Penghuni Jannah
Berdasarkan amal dan kedekatan mereka kepada Robb Allah,
manusia diklasifikasikan menjadi tiga kelompok utama, yang mencerminkan
perbedaan derajat yang amat besar.
Alloh
berfirman:
ثُمَّ اَوْرَثْنَا ا لْكِتٰبَ ا لَّذِ يْنَ ا صْطَفَيْنَا
مِنْ عِبَادِ نَا ۚ فَمِنْهُمْ ظَا لِمٌ
لِّنَفْسِهِ ۚ و َ مِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۚ و َ مِنْهُمْ سَابِقٌ
بِا لْخَيْرٰتِ بِإِ ذْ نِ ا لـلّٰهِ ۗ ذٰ لِكَ هُوَ ا لْفَضْلُ
ا لْكَبِيْرُ (٣٢)
جَنّٰتُ عَدْنٍ يَّدْخُلُوْنَهَا يُحَلَّوْنَ فِيْهَا
مِنْ اَسَاورَ مِنْ ذَ هَبٍ و َّ لُؤْ لُؤًا
ۚ و لِبَاسُهُمْ فِيْهَا
حَرِيْرٌ (٣٣)
32. Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang
Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi
diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih bersegera berbuat
kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.
33. (Mereka akan mendapat) Jannah ‘Adn, mereka masuk ke
dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan gelang-gelang dari emas dan
mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.” (QS. Fatir: 32-33)
Penjelasan Golongan:
Dzolimun Li Nafsihi (Menzholimi diri sendiri):
Golongan ini adalah orang-orang Mu’min yang melakukan dosa besar tetapi tidak
kafir, dan kemungkinan besar akan diampuni atau dibersihkan di Neraka sebelum
masuk Jannah.
Muqtashid (Pertengahan): Mereka adalah orang-orang
yang hanya melaksanakan kewajiban (Fardhu) dan menjauhi larangan.
Saabiqun Bil Khoirot (Berlomba-lomba dalam kebaikan):
Mereka adalah kelompok elit yang selalu melaksanakan kewajiban dan memperbanyak
sunnah/nawafil. Inilah yang diistilahkan sebagai Al-Muqorrobun
(orang-orang yang didekatkan).
Tiga Golongan di Hari Kiamat
إِ ذَ ا وَ قَعَتِ ا لْوَا قِعَةُ (١)
لَيْسَ لِوَ قْعَتِهَا كَا ذِبَةٌ (٢)
خَا فِضَةٌ رَّ ا فِعَةٌ (٣)
إِ ذَ ا رُجَّتِ ا لْأَرْ ضُ رَ جًّا (٤)
و َ بُسَّتِ ا لْجِبَا لُ بَسًّا (٥)
فَكَا نَتْ هَبَآءً مُّ نْبَثًّا (٦)
و َ كُنْتُمْ أَزْ و َا جًا ثَلٰثَةً (٧)
فَأَصْحٰبُ ا لْمَيْمَنَةِ ۙ مَآ أَصْحٰبُ ا
لْمَيْمَنَةِ (٨)
و َ أَصْحٰبُ ا لْمَشْـئَمَةِ ۙ مَآ أَصْحٰبُ ا
لْمَشْـئَمَةِ (٩)
و َ ا لـسّٰبِقُوْ نَ ا لـسّٰبِقُوْ نَ (١٠)
“Apabila
terjadi hari Kiamat,
tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya.
(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan
(golongan yang lain).
Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya,
dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya,
maka jadilah ia debu yang beterbangan.
Dan kamu menjadi tiga golongan.
Yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu.
Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
Dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang
paling dahulu (masuk Jannah).”
(QS. Al-Waqi’ah: 1-10)
Penjelasan Golongan:
Ashab Al-Maimanah (Golongan Kanan) = Muqtashid (Tingkat
Pertengahan)
Ashab Al-Masya’mah (Golongan Kiri) = Dzolimun Li Nafsihi
(Tingkat Paling Bawah, yang akan disiksa)
As-Sabiqun As-Sabiqun (Golongan yang Paling Dahulu) =
Saabiqun Bil Khoirot / Muqorrobun (Tingkat Tertinggi)
Bab III: Jannah yang Bertingkat dan Keutamaannya
3.1: 100 Derajat Jihad dan Jarak Antar Derajat
Derajat di Jannah menunjukkan perbedaan keutamaan yang
sangat besar, dan derajat tertinggi adalah Jannah Firdaus yang di atasnya
terdapat Arsy Ar-Rohman.
Dari Abu Hurairah Rodhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya
Rosulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ
فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ، أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ»
“Sesungguhnya di dalam Jannah terdapat seratus derajat (tingkatan),
yang telah Robb Allah sediakan bagi para Mujahidin (orang-orang yang Jihad) di
jalan Robb Allah. Jarak antara dua derajat adalah seperti jarak antara langit
dan bumi.” (HR. Al-Bukhori no.
2790)
3.2: Kenikmatan Muqorrobun (Saabiqun Bil Khoirot)
Orang-orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan (Saabiqun
Bil Khoirot) atau Muqorrobun mendapatkan perlakuan dan kenikmatan yang
paling istimewa, termasuk minuman terbaik.
Alloh
berfirman:
إِ نَّ ا لْأَ بْـرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ (٢٢)
عَلَى ا لْأَرَآئِكِ يَنْظُرُوْ نَ (٢٣)
تَعْرِفُ فِيْ وُجُوْهِهِمْ نَضْرَةَ ا لـنَّعِيْمِ
(٢٤)
يُسْقَوْنَ مِنْ رَّحِيْقٍ مَّخْتُوْمٍ (٢٥)
خِتٰمُه مِسْكٌ
ۗ و َ فِيْ ذٰ لِكَ
فَلْيَتَنَافَسِ ا لْمُتَنٰفِسُوْنَ (٢٦)
و َ مِزَاجُه مِنْ تَسْنِيْمٍ (٢٧)
عَيْنًا يَّشْرَبُ بِهَا ا لْمُقَرَّبُوْنَ (٢٨)
“22.
Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam (Surga yang
penuh) kenikmatan,
23. mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.
24. Kamu dapat mengetahui pada wajah mereka kilauan
kenikmatan (Surga).
25. Mereka diberi minum dari Rahiq (minuman) murni yang
dilak (tempatnya),
26. laknya terbuat dari kasturi. Dan untuk yang demikian itu
hendaknya orang berlomba-lomba.
27. Dan campurannya adalah air dari Tasnim,
28. (yaitu) mata air yang diminum oleh mereka yang
didekatkan (kepada Allah).” (QS.
Al-Muthoffifin: 22-28)
3.3: Dorongan untuk Berlomba dalam Kebaikan
Ayat-ayat di atas, khususnya QS. Al-Muthoffifin: 26 dan QS.
Ash-Shoffat: 61, memberikan motivasi kuat bahwa tujuan tertinggi yang harus
dikejar oleh manusia adalah kenikmatan Jannah, bukan hal-hal fana di dunia.
لِمِثْلِ هٰذَا فَلْيَعْمَلِ ا لْعٰمِلُوْ نَ (٦١)
“Untuk
(kemenangan) serupa ini, hendaklah beramal orang-orang yang mampu beramal.” (QS. Ash-Shoffat: 61)
Alloh
berfirman:
اِعْلَمُوْٓ ا اَنَّمَا ا لْحَيٰوةُ ا لـدُّنْيَا
لَعِبٌ و َّ لَهْوٌ وزِيْنَةٌ وتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ و َ تَكَاثُرٌ
فِى ا لْأَمْوَالِ و َ الْأَوْلَادِ ۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ
اَعْجَبَ ا لْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰهُ
مُصْفَرًّ ا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًا ۗ و َ فِى ا لْاٰخِرَةِ
عَذَابٌ شَدِيْدٌ و َّ مَغْفِرَةٌ مِّنَ ا لـلّٰهِ و َ رِضْوَا نٌ ۗ و َ مَا ا لْحَيٰوةُ
ا لـدُّ نْيَا ٓ إِ لَّا مَتَاعُ الْغُرُوْ
رِ (٢٠)
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah
permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta
berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di Akhirat (nanti) ada azab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain
hanyalah kesenangan yang palsu.”
(QS. Al-Hadid: 20)
Bab IV: Jalan Mencapai Derajat Tertinggi
4.1: Jihad dan Berkorban Harta
Jihad dan berkorban harta di jalan Allah adalah amal yang
memiliki derajat keutamaan tertinggi, terutama jika dilakukan pada masa-masa
sulit Islam.
Alloh
berfirman:
و َ مَا لَكُمْ أَلَّا تُنْفِقُوْ ا فِى سَبِيْلِ
ا لـلّٰهِ و َ لِـلّٰهِ مِيْرَاثُ الـسَّمٰوٰتِ و َ ا لْأَ رْ ضِ ۗ لَا يَسْتَوِ يْ
مِنْكُمْ مَّنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ ا لْفَتْحِ و َ قٰتَلَ ۗ أُو لٰئِكَ أَعْظَمُ دَ رَ جَةً
مِّنَ ا لَّذِيْنَ أَنْفَقُوْ ا مِنْ بَعْدُ و َ قٰتَلُوْ ا ۗ و َ كُلًّا و َّ
عَـدَ ا لـلّٰهُ ا لْحُسْنٰى ۗ و َ ا لـلّٰهُ بِمَا
تَعْمَلُوْ نَ خَبِيْرٌ (١٠)
“Dan
mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal
Allah-lah yang mempusakai (memiliki) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu
orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Makkah). Mereka lebih tinggi
derajat-nya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang
sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih
baik. Dan Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid: 10)
4.2: Pentingnya Keikhlasan dan Amalan Tersembunyi
Keikhlasan adalah kunci utama mencapai derajat tinggi. Salah
satu bentuk keikhlasan tertinggi adalah menyembunyikan amal sholih, terutama shodaqoh (sedekah).
Dari Abu Hurairah Rodhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, Beliau bersabda:
«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي
ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ... وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا،
حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ»
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah dalam
naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya... (salah
satunya adalah) seorang laki-laki yang bersedekah dengan suatu shodaqoh dan
menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan
oleh tangan kanannya.” (HR. Al-Bukhori no. 1423 dan Muslim no. 1031)
4.3: Keutamaan Amalan Wajib dan Ketaatan Istri (Muslimah)
Bagi sebagian besar Umat Islam, fokus pada amalan wajib dan
ketaatan dalam peran masing-masing adalah jalan paling mudah dan pasti untuk
meraih Jannah, bahkan derajat tinggi. Bagi wanita, ketaatan kepada Robb Allah
dan suami adalah jalan pintas menuju semua pintu Jannah.
Dari Abdurrahman bin Auf Rodhiyallahu ‘Anhu, Rosulullah
ﷺ bersabda:
«إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ
فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا؛ قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ
الْجَنَّةِ شِئْتِ»
“Jika seorang wanita senantiasa menjaga Sholat lima waktu, berpuasa di bulan Romadhon, menjaga
kemaluannya (kehormatannya), dan menaati suaminya, maka akan dikatakan
kepadanya: ‘Masuklah ke Jannah dari pintu Jannah mana saja yang engkau
kehendaki.’” (HR.
Ahmad no. 1664 dan Ibnu Hibban no. 4163, Hadith shohih)
Kesimpulan:
Pengejaran derajat tertinggi di Jannah harus menjadi
motivasi utama. Kunci untuk mencapainya bukanlah hanya kuantitas amal,
melainkan kualitas (keikhlasan) dan memanfaatkan peluang emas seperti Jihad, shodaqoh
tersembunyi, serta kesempurnaan dalam menunaikan amalan wajib dan peran hidup
yang telah ditetapkan Allah Subhanallahu wa Ta’ala.