Sastra yang Paling Mengagumkan

Sastra yang Paling Mengagumkan

Seandainya ada suatu bacaan yang karena bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan, bumi jadi terbelah, atau orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, sungguh itu adalah suatu bacaan yang mengagumkan. Adakah bacaan seperti itu? Kalaupun ada itulah al-Qur`an.

«وَلَوْ أَنَّ قُرْآنًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ أَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الأرْضُ أَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتَى»

“Dan seandainya ada bacaan yang karenanya gunung-gunung dapat digoncangkan, bumi jadi terbelah, atau orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentu itu adalah al-Qur`an).”[1]

Seandainya al-Qur`an benar-benar diturunkan ke gunung, niscaya gunung itu akan terbelah karena takut kepada Allâh.

«لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ»

“Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur`an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terbelah disebabkan takut kepada Allâh.”[2]

Al-Qur`an adalah suatu bacaan yang memiliki sastra sangat indah dan tinggi. Tidak ada satu pun manusia dari orang-orang Quraisy yang menjumpai turunnya al-Qur`an lalu dapat menandingi sastranya.

Allâh menantang orang-orang Quraisy yang fasih bahasanya untuk membuat satu kitab yang sama dengan al-Qur`an. Untuk itu, turunlah ayat:

«قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا»

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan al-Qur`an ini, niscaya mereka tidak akan mampu membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.’”[3]

Imam al-Qurthubi (w. 671 H) menjelaskan, “Ayat ini turun ketika orang-orang kafir berkata, ‘Kalau kami mau, kami akan menciptakan yang serupa dengannya.’ Lalu Allâh membantah kedustaan mereka.”[4]

Ternyata mereka tidak sanggup membuat satu kitab yang serupa dengan al-Qur`an. Maka, Allâh menurunkan tantangannya hanya sepuluh surat. Untuk itu turunlah ayat:

«قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ»

“Katakanlah, ‘Datangkanlah sepuluh surat yang serupa buatan sendiri dan panggillah siapa saja semampu kalian selain Allâh, jika kalian adalah orang-orang yang benar.’”[5]

Ternyata mereka tidak sanggup pula mendatangkan 10 surat yang serupa dengan al-Qur’an dalam hal sastra dan kandungan. Maka Allâh menurunkan tantangannya hanya satu surat saja. Untuk itu turunlah ayat:

«قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ»

“Katakanlah, ‘Maka, datangkanlah satu surat saja yang serupa dengan al-Qur`an dan panggillah siapa saja semampu kalian selain Allâh, jika kalian adalah orang-orang yang benar.’”[6]

Al-Hasan al-Bashri (w. 110 H) mengomentari:

فَلا يَسْتَطِيعُونَ -وَاللَّهِ- أَنْ يَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَلَوْ حَرِصُوا

“Mereka tidak akan mampu –demi Allâh– untuk mendatangkan satu surat yang serupa, meskipun mereka sangat menginginkannya.”[7]

Al-Hafizh Ibnu Katsir (w. 774 H) menjelaskan, “Ini merupakan penjelasan tentang kemu’jizatan al-Qur`an bahwa tidak ada seorang pun yang mampu mendatangkan sesuatu yang menyerupainya, tidak sepuluh ayat, dan tidak pula satu ayat yang menyerupainya. Hal ini dikarenakan kefasihan al-Qur`an, majaznya, kelezatannya, dan kandungan makna-maknanya yang bermanfaat di dunia dan akhirat, tidak lain berasal dari sisi Allâh. Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Allâh dalam dzat dan sifat-Nya, tidak pula perbuatan dan ucapan-Nya, sehingga kalam-Nya juga tidak menyerupai kalam makhluk-makhluk-Nya.”[8]

Satu surat saja, tidak lebih. Namun, tetap saja mereka tidak mampu menandingi sastra al-Qur`anul Karim. Hal ini menunjukkan bahwa al-Qur`an adalah Kalamullah yang diturunkan dari Allâh.

«أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا»

“Maka, apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur`an? Kalau kiranya al-Qur`an itu bukan dari sisi Allâh, tentulah mereka mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya.”[9]

Kalau begini kebenarannya, maka tidak ada seorang pun yang berani menantang al-Qur`an melainkan hanya karena kesombongan dan kedustaan belaka.

Dikisahkan oleh para ahli sejarah Islam bahwa ‘Amr bin al-‘Ash berkunjung menemui Musailamah al-Kadzdzab, karena dahulu di zaman Jahiliyyah adalah temannya. Saat kunjungan itu ‘Amr belum masuk Islam. Musailamah berkata kepadanya, “Celaka wahai ‘Amr, apa yang diturunkan kepada rekanmu –yakni Rasûlullâh – dalam waktu belum lama ini?” ‘Amr menjawab, “Aku telah mendengar para shahabatnya membaca surat pendek nan agung.” Musailamah berkata, “Apa itu?” Lalu ‘Amr membaca:

«وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ»

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.”[10]

Musailamah berpikir sejenak, kemudian berkata, “Telah diturunkan kepadaku yang semisal dengannya.” ‘Amr berkata, “Apa itu?” Ia menjawab:

يَا وَبْرٌ يَا وَبْرٌ، إِنَّمَا أَنْتَ أُذُنَانِ وَصَدْرٌ، وَسَائِرُكَ حَفْزٌ نَقْزٌ

“Wahai kelinci, wahai kelinci, sesungguhnya engkau hanya memiliki dua kuping dan satu dada. Dan selebihmu adalah lubang dan lekukan.

Bagaimana menurutmu wahai ‘Amr?” Lantas ‘Amr berkata padanya, “Demi Allâh, sungguh engkau sadar bahwa aku tahu engkau itu seorang pendusta.”[11][]



[1] QS. Ar-Ra’du [13]: 31.

[2] QS. Al-Hasyr [59]: 21.

[3] QS. Al-Isrâ` [17]: 88.

[4] Tafsîr al-Qurthubî (X/327).

[5] QS. Hûd [11]: 13.

[6] QS. Yûnûs [10]: 38.

[7] Tafsîr Ibnu Abî Hâtim (no. 10730, VI/2009).

[8] Tafsîr Ibnu Katsîr (IV/268).

[9] QS. An-Nisâ` [4]: 82.

[10] QS. Al-‘Ashr [103]: 1-3.

[11] Tafsîr Ibnu Katsîr (VIII/479). Kemungkinan kisah yang benar adalah setelah keislaman ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Hajar dalam al-Ishâbah (III/225).

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url