Syi’ah Menuduh Al-Qur`an Palsu dan Menolak Hadits
Syi’ah Menuduh Al-Qur`an Palsu dan Menolak Hadits
Setelah mereka
berhasil menyuarakan cacat para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum, maka amat
mudah bagi mereka untuk memberi kesan kepada pengikutnya dan kaum Muslimin
bahwa Al-Qur`an yang ada sekarang bukan yang asli karena sudah didistorsi
(dikurangi, ditambahi, dan dirubah) oleh para Shahabat sehingga tidak bisa
dijadikan hujjah. Adapun Al-Qur`an yang asli dibawa ‘Ali dan diberikan kepada
keturunannya turun-temurun hingga nanti akan ditampakkan oleh imam ke-12 mereka
Al-Muntazhar Al-Mahdi yang tebalnya 3 kali lipat Al-Qur`an Ahlus Sunnah.
Diriwayatkan
secara dusta bahwa Ja’far berkata:
مَا ادَّعَى أَحَدٌ مِنَ النَّاسِ أَنَّهُ جَمَّعَ الْقُرْآنَ كُلَّهُ كَمَا أَنْزَلَ
اللهُ إِلاَّ كَذَّابٌ، وَمَا جَمَّعَهُ وَحَفِظَهُ كَمَا أُنْزِلَ إِلاَّ عَلِيُّ
بْنُ أَبِي طَالِبٍ وَالْأَئِمَّةُ مِنْ بَعْدِهِ
“Tidaklah ada
seorang pun yang mengaku mengumpulkan Al-Qur`an seluruhnya seperti yang
diturunkan Allah melainkan dia pendusta. Tidak ada yang mengumpulkannya dan
menghafalnya seperti diturunkan kecuali ‘Ali bin Abi Thalib dan para imam
setelahnya.”[1]
Diriwayatkan secara dusta bahwa Abu ‘Abdillah (yakni
Ja’far Imam ke-6 Syi’ah) berkata:
إِنَّ
الْقُرْآنَ الَّذِي جَاءَ بِهِ جِبْرَائِيْلُ إِلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ سَبْعَةَ عَشَرَ أَلْفِ آيَةٍ
“Sesungguhnya Al-Qur`an yang dibawa Jibril kepada
Muhammad ﷺ sejumlah 17.000 ayat.”[2]
Ini berarti Al-Qur`an kita (mushaf ‘Utsmani) jumlahnya
1/3 dari Al-Qur`an mereka yang dinamakan dengan mushaf Fathimah. Orang yang
celaka Ath-Thabarsi mengarang kitab berjudul Fashlul Khitâb fi Itsbâti
Tahrîfi Kitâbi Rabbil Arbâb “Penjelasan Rinci Tentang Penetapan Perubahan
Kitab Allah.”
Adapun hadits-hadits kita ditolak semuanya, karena
penyampainya para Shahabat. Akhirnya mereka mengarang hadits-hadits sendiri
secara dusta dalam periwayatan dan hanya membatasi
dari jalur ‘Ali dan keturunan Al-Husain bin ‘Ali saja.
Kitab-kitab induk Ahlus Sunnah ditolak semuanya semisal Shahih
Al-Bukhari, Shahih Muslim, Al-Jâmi’ At-Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, Sunan
An-Nasa`i, dan Sunan Ibnu Majah. Akhirnya mereka mengarang kitab
tersendiri dan menghasilkan empat kitab hadits induk Syi’ah, yaitu Al-Kâfi
karya Al-Kulaini[3], Man
Lâ Yahdhuruhul Faqîh karya Al-Qummi, dan Al-Istibshâr dan Tahdzîbul
Ahkâm keduanya karya Ath-Thusi.
Keyakinan
Ahlus Sunnah
Ahlus Sunnah
menyakini bahwa Al-Qur`an tidak mengalami perubahan selama-lamanya karena Allah
sendiri yang berjanji akan terus menjaganya. Allah berfirman:
﴿إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا
لَهُ لَحَافِظُونَ﴾
“Sesungguhnya Kami-lah
yang menurunkan adz-Dzikr dan Kami pula yang menjaganya.”[4]
Adz-Dzikr adalah Al-Qur`an dan hadits Rasulullah ﷺ, karena hadits juga diturunkan dari Allah berdasarkan ayat:
﴿وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى * إِنْ هُوَ إِلَّا
وَحْيٌ يُوحَى﴾
“Dan dia tidak berbicara dari
hawa nafsunya, tetapi wahyu yang diwahyukan kepadanya.”[5]
Imam Qatadah dan Tsabit Al-Bunani berkata:
«حَفِظَهُ
اللهُ مِنْ أَنْ تَزِيدَ فِيهِ الشَّيَاطِينُ بَاطِلاً أَوْ تَنْقُصَ مِنْهُ
حَقًّا، فَتَوَلَّى سُبْحَانَهُ حِفْظَهُ فَلَمْ يَزَلْ مَحْفُوظًا»
“Allah menjaganya dari penambahan kebatilan oleh setan di
dalamnya atau pengurangan kebenaran
darinya, sehingga Dia subhanahu menjaganya dan senantiasa Al-Qur`an terjaga.”[6]
Imam
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi (w. 620 H) berkata:
«وَلاَ
خِلاَفَ بَيْنَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي أَنَّ مَنْ جَحَدَ مِنَ الْقُرْآنِ سُورَةً أَوْ
آيَةً أَوْ كَلِمَةً أَوْ حَرْفًا مُتَّفَقًا عَلَيْهِ أَنَّهُ كَافِرٌ»
“Dan
tidak ada khilaf di antara kaum Muslimin tentang seseorang yang mengingkari
satu surat, satu ayat, satu kata, bahkan
satu huruf Al-Qur`an yang disepakati ulama bahwa
dia kafir.”[7][]