Tafsir Al-Fatihah dan Mu'awwidzaat dari Aisarut Tafasir
Tafsir Al-Fatihah dan Mu'awwidzaat
Dari Aisarut Tafasir
Syaikh Abu
Bakr Jabir Al-Jazairi
Surat Al-Fatihah
Makkiyyah, 7 Ayat
﴿بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ
الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
(7)﴾
Penjelasan
Kalimat
Tafsir:
Secara bahasa artinya menjelaskan.
Secara istilah, tafsir adalah menjelaskan Kalamullah agar maksud Allah bisa
dipahami, untuk ditaati perintah-Nya maupun larangan-Nya, diambil petujuk dan
bimbingannya, dijadikan pelajaran kisah-kisahnya, dan maupuan
nasihat-nasihatnya.
Surat:
Surat adalah potongan
dari Kitabullah yang berisi 3 ayat atau lebih. Surat dalam Al-Quran Al-Karim
berjumlah 114 surat. Surat terpanjang Al-Baqoroh dan terpendek Al-Kautsar.
Al-Fatihah (Pembuka):
Yakni pembuka segala
sesuatu adalah permulaannya. Pembuka Al-Quran adalah (الحمد
لله رب العالمين). Oleh
karena itu ia dinamakan Al-Fatihah.
Ia memiliki banyak nama,
di antaranya: Ummul Quran, Sab’ul Matsaani, Ummul Kitab, Ash-Sholah.
Makkiyyah:
Surat Makkiyyah artinya
apa yang turun di Makkah, sementara Madaniyyah artinya apa yang turun di
Madinah. Kebanyakan surat Makkiyah berporos pada penjelasan Aqidah,
menetapkannya, berhujjah dengannya, dan membuat banyak contoh untuk
menjelaskannya dan mengokohkannya.
Rukun terbesar dari
Aqidah adalah mentauhidkan Allah dalam ibadah, menetapkan kenabian Rosulullah ﷺ, menetapkan hari Kebangkitan dan
negeri Akhirat.
Surat-surat Madaniyyah
banyak berisi syariat dan penjelasan halal dan harom.
Ayat-Ayat (الآيات):
Yaitu jamak dari ayat (آية) yang artinya tanda. Ayat-ayat
dalam Al-Quran termasuk Kalamullah yang berisi petunjuk bagi manusia dengan
dalil-dalilnya atas wujudnya Allah, kuasa-Nya, ilmu-Nya, juga atas kenabian
Muhammad ﷺ dan
risalah-Nya.
Ayat Qur’an berjumlah
6200 lebih ayat (antara 4-40 ayat sesuai perbedaan ahli qiroah). Ayat
Al-Fatihah berjumlah 7 ayat selain basmalah.[]
Isti’adzah (Ta’awwudz)
أَعُوذُ بِاللهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Penjelasan
Kalimat
(الاستعاذة): ucapan seseorang (أعوذ بالله من الشيطان الرجيم).
(أعوذ): aku berlindung.
(بالله): kepada Rob (Pencipta, Pemilik, Pengatur)
segala sesuatu, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Yang disembah makhluk dari
yang pertama sampai terakhir.
(الشيطان): iblis, semoga Allah melaknatnya.
(الرجيم): yang dijauhkan dari semua rohmat dan
kebaikan.
Makna Isti’adzah
Aku berlindung kepada
Allah Rob-ku dari setan rojim (yang dijauhkan dari segala kebaikan) yang
mengganggu bacaanku, atau menyesatkanku yang menyebabkanku binasa dan celaka.
Hukum Isti’adzah
Disunnahkan bagi setiap
orang yang ingin membaca apapun dari Al-Quran baik satu surat atau lebih untuk
membaca ta’awwudz lalu membaca. Ia juga dianjurkan dibaca oleh orang
yang marah atau terlintas dalam benaknya kejelekan.[]
Basmalah
﴿بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيم (1)﴾
Penjelasan
Kalimat
(البسملة): ucapan seseorang (بسم الله الرحمن الرحيم).
(الاسم): lafazh yang dijadikan tanda atas yang
dinamai, dengan itu ia dikenali dan dibedakan dari selainnya.
(الله): nama atas Dzat Rob (Pencipta, Pemilik,
Pengatur) yang sudah dikenal.
(الرَّحْمَنِ): salah satu nama Allah yang diambil dari
(الرحمة) yang
menunjukkan banyaknya rohmat (kasih sayang) pada Diri-Nya.
(الرَّحِيمِ): salah satu nama sifat Allah yang diambil
dari (الرحمة).
Maknanya: pemilik rohmat atas hamba-Nya yang terlimpah atas mereka di dunia dan
Akhirat.
Makna Basmalah
Yakni aku memulai bacaanku dengan mengharap keberkahan
dengan nama Allah Ar-Rohman Ar-Rohim disertai meminta tolong kepada-Nya.
Hukum Basmalah
Dianjurkan dan dituntut
untuk membaca basmalah ketika membaca surat dari Kitabullah kecuali surat
At-Taubah. Tidak boleh membaca basmalah pada At-Taubah meskipun dalam sholat
fardhu dengan lirih, meskipun pada sholat jahriyah (Maghrib, Isya,
Subuh).
Disunnahkan seseorang
membaca bismillah pada saat hendak makan, minum, memakai pakaian, masuk Masjid,
keluar darinya, menaiki kendaraan, dan semua urusan yang baik. Sebagaimana
diwajibkan membaca (بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ) ketika hendak menyembelih.[]
﴿الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) ﴾
Penjelasan
Kalimat
(الْحَمْدُ): menyifati dengan keindahan dan menyebut
berkali-kali atas pemilik keutamaan, seperti menyanjung dan bersyukur.
(لِلَّهِ): lam adalah huruf jar yang
bermakna istihqoq (berhak), yakni Allah berhak atas semua pujian. Allah
adalah nama atas Dzat Rob (Pencipta, Pemilik, Pengatur).
(الرَّبُّ): sayyid (tuan), pemilik, yang
memperbaiki, yang berhak disembah.
(الْعَالَمِينَ): jamak dari alam yaitu segala sesuatu
selain Allah, seperti alam Malaikat, alam jin, alam manusia, alam binatang,
alam tumbuhan.
Makna Ayat
Allah mengabarkan bahwa
segala jenis pujian dari sifat keagungan dan kesempurnaan hanya untuk-Nya saja
tanpa selain-Nya, karena Dialah Rob segala sesuatu yang menciptakannya dan
memilikinya.
Wajib atas kita
memuji-Nya dan terus memuji-Nya atas hal tersebut.[]
﴿الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
(3)﴾
Telah berlalu penjelasan
dua kata ini pada basmalah, yakni keduanya adalah sifat isim jalaalah (الله). Pada
firman-Nya: (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) ada pujian terus-menerus kepada Allah
karena segala pujian berhak atas-Nya.[]
﴿مَالِكِ يَوْمِ
الدِّينِ (4)﴾
Penjelasan
Kalimat
(مَالِكِ): pemilik semua kerajaan yang mengaturnya
sekehendak-Nya.
(مَلِكِ): raja pemilik kekuasaan yang memerintah,
melarang, memberi, menahan, tanpa ada yang mampu mencegah dan menolak-Nya.
(يَوْمِ
الدِّينِ): hari Pembalasan,
yaitu hari Kiamat di mana Allah membalas setiap jiwa atas perbuatannya.
Makna Ayat
Yakni mengagungkan Allah,
bahwa Dia pemilik segala sesuatu di hari Kiamat, di mana tidak ada satu jiwa
pun yang memiliki apapun. Kepemilikannya pada hari Kiamat tidak dimiliki
siapapun selain-Nya.
Faidah Ayat
Dalam tiga ayat ini ada
beberapa faidah sebagai berikut:
1)
Allah mencintai pujian. Oleh karena itu Dia memuji Diri-Nya dan menyuruh
hamba-Nya memuji-Nya.
2)
Pujian memiliki konsekuensi. Jika tidak demikian, ia pujian yang batil.
Ketika Allah memuji Diri-Nya sendiri, Dia menyebut konsekuensi pujian yaitu
Diri-Nya Rob seluruh alam, Ar-Rohman, Ar-Rohim, Al-Malik (Yang memiliki) hari
Kiamat.[]
﴿إِيَّاكَ نَعْبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5)﴾
Penjelasan
Kalimat
(إِيَّاكَ): dhomir (kata ganti) nashob
yang merujuk kepada satu pihak yang diajak bicara.
(نَعْبُدُ): kami mentaati-Mu dalam puncak
merendahkan diri, mengagungkan-Mu, dan mencintai-Mu.
(نَسْتَعِينُ): kami meminta pertolongan-Mu dalam
mentaati-Mu.
Makna Ayat
Allah mengajari kita
bagaimana bertawassul kepada-Nya agar diterima doa kita dengan berkata:
“Pujilah Allah, perbanyaklah memuji-Nya, mengagungkan-Nya. Teruslah
menyembah-Nya saja, jangan menduakan-Nya. Mintalah tolong kepada-Nya dan jangan
kepada selain-Nya.”
Faidah Ayat
1)
Adab berdoa, di mana orang yang berdoa mengawali doanya dengan memuji
Allah, memperbanyak pujian kepada-Nya, dan menagungkan-Nya. Hadits Nabi ﷺ menambahkan bersholawat, lalu
meminta hajatnya, karena hal itu menjadikan doa mustajab.
2)
Tidak boleh menyembah selain Allah. Tidak boleh meminta tolong kepada
selain-Nya.[]
﴿اهْدِنَا الصِّرَاطَ
الْمُسْتَقِيمَ (6)﴾
Penjelasan
Kalimat
(اهْدِنَا): tunjukilah kami dan jadikan petunjuk
tersebut senantiasa bersama kami.
(الصِّرَاطَ): jalan yang mengantarkan kepada ridho-Mu
dan Surga-Mu yaitu tunduk kepada-Mu.
(الْمُسْتَقِيمَ): yang tidak bengkok dari kebenaran dan
petunjuk.
Makna Ayat
Allah mengajari agar
hamba-Nya menyertakan saudara-saudaranya yang beriman dalam doa, setelah
bertawasul kepada-Nya dengan memuji-Nya, memperbanyak pujian kepada-Nya,
mengangungkan-Nya, berjanji bahwa dirinya beserta saudara-sauradanya yang
beriman hanya menyembah Allah dan tidak meminta tolong kecuali kepada Dia.
Mereka meminta kepada Allah agar senantiasa mencurahkan petunjuk kepada mereka
menuju Islam hingga tidak terputus dari mereka.
Faidah Ayat
Dorongan untuk berdoa
kepada Allah dan merendah kepada-Nya. Disebutkan dalam hadits: “Doa adalah
ibadah.”[]
﴿صِرَاطَ الَّذِينَ
أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ (6)﴾
Penjelasan Kalimat
(الصِّرَاطَ): telah berlalu penjelasannya.
(الَّذِينَ
أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ):
mereka adalah para Nabi, orang-orang yang jujur (dalam iman), orang-orang yang
mati syahid, orang-orang sholih. Masing-masing dari mereka Allah beri nikmat
iman dan mengenal-Nya, mengenalkan apa saja yang mendatangkan cinta-Nya dan
murka-Nya, taufiq untuk meraih cinta dan meninggalkan kemurkan.
Makna Ayat
Setelah orang beriman
meminta untuk dirinya dan saudara-saudaranya yang beriman petunjuk ke jalan
yang lurus, maka Allah menjelaskan rincian jalan tersebut dalam firman-Nya:
“Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka.” Yakni jalan yang
mengantarkan menuju keridhoan Allah dan Surga-Nya, yaitu Islam yang tegak di
atas iman dan amal sholih disertai menjauhi syirik dan maksiat.
Faidah Ayat
1)
Mengakui ni’mat.
2)
Meminta teladan yang baik.[]
﴿غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)﴾
Penjelasan
Kalimat
(غَيْرِ): lafazh untuk mengecualikan seperti (إِلَّا).
(الْمَغْضُوبِ
عَلَيْهِمْ):
orang-orang yang dimurkai Allah atas kekafiran dan pengrusakan mereka, seperti
kaum Yahudi.
(الضَّالِّينَ): orang-orang yang salah jalan kebenaran
sehingga menyembah Allah dengan apa yang tidak diajarkan, seperti kaum Nashoro.
Makna Ayat
Setelah orang beriman
meminta Rob-nya jalan yang lurus, dan menjelaskan jalan tersebut adalah jalan
orang-orang yang telah diberi ni’mat iman, ilmu, dan amal, meminta petunjuk
kepada kebenaran, takut dari penyimpangan, maka mereka meminta dijauhkan dari jalan
orang-orang yang dimurkai dan orang-orang sesat.
Faidah Ayat
1)
Dorongan menempuh jalan orang-orang sholih.
2)
Membenci jalan orang-orang yang menyimpang.
Catatan Ke-1
Amin (آمين) bukan
termasuk Al-Fatihah. Dianjurkan bagi imam dan makmum membacanya setelah
Al-Fatihah dengan memanjangkan suaranya. Dianjurkan juga bagi munfarid
(sholat sendirian) berdasarkan sabda Rosul ﷺ:
«إذا أمن الإمام
فأمنوا»
“Apabila
imam membaca amin, hendaknya kalian ikut membacanya.”
Arti amin adalah “ya
Allah kabulkan doa kami.”
Disukai mengeraskannya,
berdasarkan hadits Ibnu Majah: apabila Nabi ﷺ membaca:
﴿غَيْرِ الْمَغْضُوبِ
عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ﴾
Beliau membaca amin
hingga shof pertama mendengarnya lalu masjid bergemuruh karena suara amin
tersebut.
Catatan Ke-2
Membaca Al-Fatihah wajib
pada setiap rokaat sholat, tidak ada perselisihan pada munfarid dan imam.
Adapun bagi makmum, kebanyakan ahli fiqih memandang dianjurkan untuk dibaca
pada sholat sirriyah (Zhuhur, Ashar) bukan jahriyyah (Maghrib,
Isya, Subuh), berdasarkan hadits:
«من كان له إمام
فقراءة الإمام له قراءة»
“Siapa
yang memiliki imam, maka bacaan imam sudah mewakili dirinya.”
Hadits ini mengkhususkan
hadits umum:
«لا صلاة لمن لم
يقرأ بفاتحة الكتاب»
“Tidak
sah sholat orang yang tidak membaca Al-Fatihah.” (Muttafaqun Alaih)
Surat Al-Ikhlas
Makkiyah, 4 Ayat
﷽
﴿قُلْ هُوَ اللهُ
أَحَدٌ (1) اللهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
كُفُواً أَحَدٌ (4)﴾
Penjelasan
Kalimat
(قل هو
الله أحد): yakni
katakanlah kepada orang yang bertanya kepadamu —hai Nabi Kami— tentang Robmu:
Allah itu esa (tunggal).
(الله
الصمد): الله artinya yang berhak disembah. الصمد artinya
satu-satunya yang memenuhi semua kebutuhan. Dialah yang dituju dalam memenuhi
semua kebutuhan selama-lamanya.
(لم يلد): yakni tidak akan lenyap, karena tidak
ada satu pun yang melahirkan kecuali dia akan lenyap, suatu kepastian.
(ولم
يولد): yakni Dia tidak baru, yang
awalnya tidak ada. Dia selalu ada, yang pertama dan selama-lamanya.
(ولم
يكن له كفوا أحد): yakni
tidak ada satupun yang serupa dan seperti-Nya, karena tidak ada apapun yang
sama dengan-Nya.
Makna Ayat
Surat Al-Ikhlas turun
sebagai jawaban bagi orang-orang musyrik yang berkata kepada Rosulullah ﷺ: “Jelaskan nasab Robmu kepada
kami!” Maka Allah berfirman kepada Rosul-Nya Muhammad ﷺ: “Katakan kepada orang yang bertanya
kepada mu tersebut: ‘Allah itu esa (satu). Allah adalah Ash-Shomad, tidak
beranak dan tidak diperanakkan. Tidak ada apapun yang serupa dengan-Nya.” Yakni
Robku adalah Allah, yang tidak ada yang berhak disembah selain-Nya, yang ibadah
tidak boleh diberikan kecuali kepada-Nya, yang satu dalam Dzat-Nya, sifat-Nya,
perbuatan-Nya, tidak ada yang serupa dan setara dengan-Nya, karena Dialah Sang
Pencipta segala-galanya, Yang memiliki semuanya. Tidak ada apapun yang baru
serupa dengan Penciptanya, dan Sang Pencipta tersebut adalah Allah, yang tidak
berhak disembah kecuali Dia, Ash-Shomad yang menjadi satu-satunya yang memenuhi
semua kebutuhan, Yang tidak membutuhkan semua makhluk-Nya, sementara semuanya
butuh kepada-Nya.
Dia tidak melahirkan,
yakni Dia tidak memiliki anak karena tidak ada yang serupa dengan-Nya, karena
anak akan menyerupai ayahnya. Keserupaan ditiadakan dari Allah.
(وَلَمْ
يَكُنْ لَهُ كُفُواً أَحَدٌ): tidak
ada apapun yang serupa dengan-Nya, yakni tidak ada apapun yang setara, seperti,
sebanding, karena tidak ada apapun yang seperti-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.
Oleh karena itu, Dia
dikenali dengan ketunggalan dan dibutuhkan. Ia tunggal (uluhiyyah) dalam
Dzat-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya, yang tidak ada yang setara dan serupa serta
sebanding dengan-Nya. Ia dibutuhkan (shomadiyah), yang tidak membutuhkan
segala sesuatu, sementara segala sesuatu selain-Nya butuh kepada-Nya. Dia
dikenali juga lewat nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan ayat-ayat-Nya.
Faidah-Faidah
Ayat
Termasuk faidah-faidah
ayat dari Al-Ikhlas adalah:
1)
Mengenal Allah lewat nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya.
2)
Menetapkan Tauhid dan kenabian.
3)
Batilnya menasabkan anak kepada Allah.
4)
Wajibnya hanya menyembah-Nya, tanpa menduakannya dengan apapun, karena
hanya Allah yang memiliki sifat ketunggalan atas makhluk-Nya, bukan selain-Nya.[]
Surat Al-Falaq
Makkiyah, 4 Ayat
﷽
﴿قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ
الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِنْ
شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)﴾
Penjelasan
Kalimat
(أعوذ): aku berlindung.
(الفلق): subuh (dari terbitnya fajar shodiq
sampai terbitnya matahari).
(من شر
ما خلق): dari kejahatan makhluk hidup
maupun benda mati.
(غاسق
إذا وقب): yakni malam apabila gelap atau
bulan apabila menghilang.
(النفاثات): yakni wanita-wanita penyihir yang meniup
(mantra).
(في العقد): yakni di tali yang diikat.
(حاسد
إذا حسد): yakni apabila ia menampakkan
hasadnya dan melesatkannya.
Makna Ayat
Firman Allah E (قُلْ أَعُوذُ
بِرَبِّ الْفَلَقِ):
“Katakanlah: aku berlindung kepada Rob subuh.”
Ketika Labid bin Mu’shim
(atau A’shom) Al-Yahudi menyihir Nabi ﷺ di Madinah, Allah menurunkan mu’awwidzatain
(Al-Falaq dan An-Nas). Lalu Jibril meruqyah Nabi ﷺ dengan keduanya hingga Allah menyembuhkan
beliau. Oleh karena itu, dua surat ini Madaniyyah (diturunkan setelah hijroh ke
Madinah).
Firman Allah:
“Katakanlah: aku berlindung kepada Rob subuh” yakni katakanlah wahai Rosul
Kami: aku berlindung kepada Rob (Pencipta, Pemilik, Pengatur) subuh yaitu
Allah. Sebab, hanya Allah yang membelah subuh maupun membelah biji, yang tidak
ada yang mampu melakukan itu kecuali Allah, karena kebesaran kuasan-Nya dan
luasnya ilmu-Nya.
(مِنْ
شَرِّ مَا خَلَقَ): yakni
dari keburukan apa yang saja dari makhluk-Nya yang ada, baik makhluk hidup mukallaf
(diberi beban syariat) seperti manusia maupun bukan mukallaf seperti
binatang, maupun benda mati, yakni berlindung dari keburukan semua makhluk yang
buruk.
(وَمِنْ
شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ): yakni
malam apabila gelap dan bulan apabila menghilang. Sebab, gelap terjadi dengan
masuknya malam atau hilangnya bulan. Ia waktu keluarnya binatang berbiasa dan
binatang buas dan gerombolan pencuri dan para pelaku keburukan dan kerusakan.
(وَمِنْ
شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ): yakni
berlindunglah kepada Allah Rob subuh dari ganguan tukang sihir terutama tukang
sihir wanita yang meniup pada tiap ikatan dengan dijampi-jampi. Meniup adalah
mengeluarkan udara dari mulut tanpa ludah. Oleh karena itu, orang yang membuat
ikatan lalu meniupnya maka ia telah melakukan praktik sihir.
(وَمِنْ
شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ): yakni
berlindunglah kepada Rob subuh dari keburukan orang yang hasad apabila
menampakkan hasadnya lalu menimbulkan bahaya atau menginginkan keburukan pada
jasadmu. Hasad adalah menuntut hilangnya nikmat pada orang yang dituju, baik ia
menginginkan nikmat itu berpindah padanya atau tidak. Ini bentuk keburukan
hasad.
Faidah-Faidah
Ayat
Termasuk faidah-faidah
ayat dari Al-Falaq adalah:
1)
Wajibnya berlindung kepada Allah dari segala hal yang ditakutkan, yang
seseorang tidak mampu menolaknya karena tersembunyi atau tidak memang tidak
kuasa.
2)
Haromnya meniup ikatan, karena ia termasuk praktik sihir. Sihir adalah
kekufuran dan hukuman atas tukang sihir adalah dipenggal dengan pedang.
3)
Haromnya hasad, karena ia penyakit berbahaya yang bisa mendorong manusia
membunuh saudaranya, seperti mendorong suadara Yusuf membuat makar kepadanya.
4)
Ghibthoh bukan termasuk
hasad, berdasarkan hadits shohih: “Tidak ada hasad kecuali pada dua hal,” karena
maksud hasad di sini adalah ghibthoh (menginginkan nikmat yang ada pada
orang lain tanpa membenci nikmat itu ada padanya dan tidak pula berharap hilang
darinya).[]
Surat An-Nas
Madaniyyah, 6 Ayat
﷽
﴿قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ
النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
(4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)﴾
Penjelasan Kalimat
(أعوذ): yakni aku berlindung.
(برب
الناس): yakni Pencipta manusia dan
Pemiliknya.
(ملك
الناس): yakni raja manusia, yang
memilikinya, dan menghakiminya.
(إله
الناس): yakni yang disembah manusia,
karena tidak ada yang berhak disembah selain-Nya.
(من شر
الوسواس): yakni dari keburukan setan. Ia
menggunakan prosa masdar untuk menunjukkan seringnya ia berbuat
keburukan.
(الخناس): yakni yang bersembunyi dari hati jika
hati tersebut berdzikir kepada Allah.
(في صدور
الناس): yakni di hati manusia, ketika
mereka lalai dari berzikir kepada Allah.
(من الجنة
والناس): yakni dari setan jin dan setan
manusia.
Makna Ayat
Firman Allah (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ): surat
ini salah satu dari mu’awwidzatain. Yang pertama Al-Falaq dan kedua
An-Nas.
Surat Al-falaq berisi 4
perkara yang hamba berlindung dari keburukannya, yaitu (1) keburukan setiap
makluk, (2) keburukan apa yang terjadi di kegelapan baik gelapnya malam maupun
gelapnya bulan jika menghilang, (3) keburukan tukang sihir perempuan yang
meniup ikatan tali, (4) keburukan orang yang hasad jika ia melepaskan hasadnya.
Empat hal ini mencakup semua perkara yang dikhawatirkan gangguan dan
keburukannya. Sementara surat An-Nas, ia berisi satu keburukan, akan tetapi ia
lebih berbahaya dari empat tersebut, karena berkaitan dengan hati. Jika hati
rusak, maka semua anggota badan rusak, dan jika ia baik maka seluruhnya menjadi
baik. Oleh karena itu, surat An-Nas khusus berkaitan perlindungan dari
keburukan bisikan yang tersembunyi, yang membisikkan hati, dari bisikan jin dan
manusia.
Firman Allah (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ): merupakan perintah Allah kepada Rosul-Nya dan umatnya. (أعوذ) yakni
aku berlindung kepada Rob manusia yang menciptakannya dan memilikinya,
sekaligus ilah mereka yang mereka tidak menyembah selain-Nya, dari
keburukan bisikan setan yang menimpa hati manusia. Ia berupa suara tersembunyi
yang tidak terdengar, tetapi menghujamkan syubhat (keraguan) di hati,
ketakutan, buruk sangka, menghiasi keburukan dan menjelekkan kebaikan. Itu
terjadi saat seseorang lalai dari berdzikir kepada Allah.
Firman Allah (الْخَنَّاسِ): ini
sifat setan dari jin. Apabila hamba berdzikir maka ia tertutup atau tersembunyi
tetapi tidak menghilang. Apabila hamba lalai dari dzikir, ia kembali memberi
bisikan jahat.
Firman Allah (مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ): yakni
bisikan kepada manusia. Sebagaimana bisikan bisa berasal dari jin, juga bisa berasal
dari manusia. Makna bisikan manusia adalah ia melakukan perbuatan setan dalam
memperindah keburukan dan menjelekkan kebaikan, serta memasukkan syubhat ke
jiwa, meninggalkan jejak lintasan hati dengan kalimat yang rusak dan ungkapan
yang menyesatkan hingga terkadang bahaya dari manusia atas manusia lebih besar
dari bahaya dari setan atas manusia. Sebab, setan dari jin akan terusir dengan isti’adzah
(berlidung kepada Allah), sementara setan manusia tidak bisa terusir dengannya.
Ya Allah, kami berlindung
kepada-Mu dari apapun yang memiliki keburukan dan dari keburukan jin dan
manusia. Lindungilah kami ya Rob, sungguh tidak ada yang melindungi kami
kecuali Engkau, Rob kami. Segala pujian dan syukur hanya untuk-Mu.
Faidah-Faidah
Ayat
Termasuk faidah-faidah
ayat dari An-Nas adalah
1)
Wajibnya berlindung kepada Allah dari setan manusia dan jin.
2)
Menetapkan rububiyah (keesaan dalam perbuatan) dan uluhiyyah
(keesaan dalam ibadah) Allah.
3)
Penjelasan lafazh isti’adah yaitu (أعوذ بالله من
الشيطان الرجيم)
seperti yang dijelaskan dalam hadits shohih ketika dua orang saling bersitegang
di Roudhoh (dekat mimbar Masjid Nabawi) lalu Nabi ﷺ bersabda: “Sungguh aku mengetahui
sebuah kalimat, seandainya ia mengucapkannya maka akan hilang marahnya yaitu
(أعوذ بالله من الشيطان الرجيم).[]