Fiqih Tasyahhud Akhir: Hukum dan Bacaan

TASYAHUD AKHIR

Oleh: Nor Kandir, ST., BA

Tasyahud (التشهُّد) ada 2: Tasyahud Awal dan Akhir. Semua sholat memiliki 2 tasyahud kecuali sholat Subuh.

Lafazh Tasyahud

Tasyahud adalah bacaan, bukan duduk. Ia juga disebut tahiyyat, tetapi penyebutan tasyahud lebih utama, karena nash hadits langsung.

Hanafiyah dan Hanabilah:

Tasyahud keduanya sama dan mengacu hadits Ibnu Mas’ud Rodhiyallahu Anhu:

«التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ. السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ. السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ»

“Segala penghomatan milik Allah, begitu pula segala sholat/doa dan segala kebaikan. Semoga keselamatan atasmu wahai Nabi, juga rohmat-Nya dan berkah-Nya. Semoga keselamatan atas kita dan atas hamba-hamba Allah yang baik. Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.” (HR. Al-Bukhori no. 831 dan Muslim no. 402)

Lafazh ini adalah paling shohih dari selainnya, karena dikeluarkan Shohihain.

Hanya saja sebagian Hanabilah menambah:

«أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ: وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ»

“... saja tanpa ada sekutu bagi-Nya.”

Tambahan ini tidak terdapat dalam Shohihain, tetapi terdapat di banyak riwayat dari beberapa Sahabat Nabi, sebagian lemah dan sebagian shohih, sehingga Hanabilah menganggap tambahan ini diterima. Ibnu Muflih berkata dalam Al-Furu’: “Sekelompok ulama menyatakan tambahan ini tidak mengapa, bahkan ada yang berpendapat, lebih baik dibaca.”

Malikiyah:

Tasyahud Malikiyah bersandar pada riwayat Umar Rodhiyallahu Anhu:

«التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ، الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ. السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ»

“Segala puji milik Allah, segala kesucian milik Allah, segala kebaikan dan sholat milik Allah...” (HR. Malik no. 53 dalam Al-Muwatho)

Syafiiyah:

Tasyahud Syafiiyah bersandar kepada riwayat Ibnu Abbas Rodhiyallahu Anhuma:

«التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ، الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ. السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ»

“Segala penghormatan, keberkahan, sholat/doa, dan kebaikan adalah milik Allah....” (HR. Muslim no. 403)

Catatan: mereka sepakat bahwa membaca tasyahud dengan lafazh lain yang shohih tidak mengapa, akan tetapi menggunakan lafazh di atas adalah lebih utama, menurut madzhab masing-masing. Syaikh Al-Albani mengumpulkan lafazh-lafazh shohih dari tasyahud dalam kitabnya Sifat Sholat Nabi :

1. Tasyahud Ibnu Umar Rodhiyallahu Anhuma:

«التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ. السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ وَبَرَكَاتُهُ. السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ»

“...” (HR. Abu Dawud no. 971)

Dalam riwayat Malik no. 54 ­­—dan sanadnya lebih kuat dari riwayat Abu Dawud di atas:

«بِسْمِ اللَّهِ، التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ، الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ. السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ. السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ. شَهِدْتُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، شَهِدْتُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ»

 2. Tasyahud Abu Musa Rodhiyallahu Anhu:

«التَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ. السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ»

“...” (HR. Muslim no. 404)

3. Tasyahud Aisyah Rodhiyallahu Anha:

«التَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ، الصَّلَوَاتُ الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ. السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ»

“...” (HR. Malik no. 56)

Catatan: dikatakan membaca jika minimal bibirnya bergerak, dan dianjurkan dirinya mendengar apa yang diucapkannya. Adapun membatin dan bibir tidak bergerak, maka dikatakan belum membaca tasyahud, sehingga sholatnya tidak sah.

Hukum

Hanafiyah:

Tasyahud adalah wajib, bukan rukun. Perbedaan antara rukun dengan wajib adalah jika rukun ditinggalkan baik karena sengaja, lupa, jahil maka sholatnya tidak sah. Jika wajib ditinggalkan karena lupa maka tetap sah.

Malikiyah:

Tasyahud adalah sunnah. Jika seseorang diam selama durasi membaca tasyahud maka sholatnya sah, tapi jika sengaja meninggalkannya maka makruh (harom), dan bagi Hanafiyah makruh tanzih (sangat harom).

Syafiiyah dan Hanabilah:

Tasyahud adalah rukun. Yakni jika ditinggalkan, baik karena sengaja, lupa, maupun jahil, maka sholatnya tidak sah.

Yang kita bahas di sini adalah hukum tasyahhud akhir.

Allahu a’lam.[]

 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url