Runtuhnya Dua Bangsa Adidaya | Romawi dan Persia

Runtuhnya Dua Bangsa Adidaya: Romawi dan Persia

Oleh: Nor Kandir, ST., BA

 


Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus saat dunia dikuasai oleh dua negara adidaya, yaitu Persia di sebelah timur dan Romawi di sebelah barat.

Lokasi kerajaan Persia, paling dekat kepada jazirah Arobia, tepatnya di Iran sekarang. Mereka adalah kaum penyembah api atau Majusi.

Kerajaan Romawi dibagi dua, yaitu Konstantinopel di sebelah timur yang sekarang bernama Turki, dan Roma di sebelah Barat yang sekarang bernama Roma Vatikan di Italia. Keduanya beragama Nasrani tetapi berbeda aliran, sehingga mereka terlibat perselisihan berkepanjangan, dan kadang sampai terjadi perang saudara.

Kedua negeri ini adalah negeri yang zolim. Mereka biasa menumpahkan darah, merampas hak rakyat dan membebaninya dengan pajak. Mereka juga melakukan ekspansi untuk melebarkan wilayah kekuasaannya.

Madinah yang dipimpin oleh Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam berada di tengah antara peradaban Konstantinopel dan peradaban Persia. Madinah saat itu tidak dipedulikan oleh dua negara adidaya itu karena Madinah masih sedikit pasukannya dan baru berusia beberapa tahun saja. Sementara dua negeri adidaya itu sudah berusia ratusan tahun dengan persenjataan lengkap dan pasukan yang banyak dan terlatih.

Runtuhnya Persia

Para Sahabat diberi bisyaroh (kabar gembira) bahwa Persia akan runtuh terlebih dahulu, dan setelah runtuh tidak akan pernah bangkit kembali.

Diriwayatkan dari Abu Huroirah Rodhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Apabila Persia sudah runtuh maka tidak akan ada Persia lagi, dan apabila Romawi sudah runtuh maka tidak ada Romawi lagi. Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, sungguh harta simpanan mereka benar-benar akan dikeluarkan di jalan Allah (sebagai ghonimah).” (HR. Bukhori no. 3120)

Pada masa kekholifahan Umar bin Khotob, kaum Muslimin menyerang negeri Adidaya Persia dan berhasil menaklukkannya hingga menjadi negeri kaum Muslimin. Seiring berjalannya waktu, negeri yang berlokasi di Iran ini dikuasai oleh kaum Syi’ah yang memusuhi Ahlus Sunnah. Mereka pada hakikatnya adalah anak cucu dari orang Majusi yang berganti baju untuk mengelabuhi kaum Muslimin.

Runtuhnya Konstantinopel

Beberapa kali Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam mengirim pasukan untuk menyerang bangsa Romawi yang menguasai Syam. Maka beliau mengirim pasukan yang dipimpin Ja’far bin Abi Tholib, Zaid bin Haritsah, dan Abdullah bin Rowahah. Mereka semua gugur sebagai syahid dan pertempuran tidak berimbang karena jumlah pasukan Muslimin yang sangat sedikit. Lalu komandan pasukan diambil alih Kholid bin Walid dan berhasil menyelamatkan sisa pasukan dari kejaran musuh ke kota Madinah.

Menjelang wafat, Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam mengirim pasukan lagi di bawah komando Usamah bin Zaid bin Haritsah menuju Mut’ah di Syam. Ketika terdengar kabar Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat di Madinah, pasukan berhenti. Lalu kholifah Abu Bakar sang pengganti Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam, melanjutkan perjalanan pasukan. Pasukan Muslimin berhasil memukul mundur orang-orang Romawi dari Syam dan kembali ke Konstantinopel dengan penuh kehinaan.

Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan bisyaroh kepada para Sahabatnya bahwa Romawi kelak akan ditaklukkan. Romawi Timur atau Konstantinopel akan dikalahkan duluan sebelum Romawi Barat.

Diriwayatkan dari Abu Qubail berkata: Saat kami berada di samping Abdullah bin Amr bin Ash Rodhiyallahu ‘Anhuma, dia ditanya: “Yang manakah dari dua negeri ini yang pertama ditaklukan nanti, Konstantinopel atau Romawi?” Maka Abdullah meminta diambilkan kotaknya dan mengambil sebuah tulisan dari dalamnya dan ia berkata: Ketika kami dahulu bersama Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau ditanya tentang dua negeri manakah yang akan ditaklukan nanti, Konstantinopel atau Romawi? Beliau menjawab:

“Negeri Hiraklius akan ditaklukan pertama kali,” yakni Konstantinopel. (HR. Ahmad no. 6645 dengan sanad shohih)

Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mengabarkan bahwa pemimpin pasukan yang menaklukannya adalah pemimpin terbaik, begitu juga pasukannya sebagai pasukan terbaik kaum Muslimin.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Bisyr Al-Khots’ami Rodhiyallahu ‘Anhu, dari ayahnya, Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Konstantinopel benar-benar akan ditaklukan, dan pemimpin pasukannya adalah pemimpin terbaik, dan pasukannya adalah pasukan terbaik.” (HR. Ahmad no. 18957 dan Al-Hakim no. 8300 dengan sanad shohih)

Maka bangkitlah para kholifah berjihad atas janji Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam. Saat menjabat sebagai kholifah, Muawiyah bin Abi Sufyan Rodhiyallahu ‘Anhuma mengirim pasukan melewati laut, dan ia adalah kholifah pertama yang memiliki pasukan armada laut, dan Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:

“Aku bermimpi diperlihatkan kepadaku beberapa umatku yang sedang berjuang di jalan Allah, mereka menaiki kapal-kapal menerjang ombak laut. Mereka begitu gagah perkasa bagaikan raja-raja di atas singgasananya.” (HR. Bukhari no. 2788 dan Muslim no. 1912)

Ikut serta dalam pertempuran itu Sahabat mulia Abu Ayyub Al-Anshori Rodhiyallahu ‘Anhu, yang rumahnya ditempati Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam saat hijroh tiba di Madinah. Namun, pasukan mundur karena jumlah yang tidak berimbang.

Lalu dilanjutkan oleh kholifah Umawiyah Maslamah bin Abdul Malik Rohimahullah, saat ia mendengar hadits bahwa Konstantinopel akan ditaklukan oleh komandan terbaik dan pasukan terbaik.

Ubaidullah berkata: “Maslamah bin Abdul Malik memanggilku dan bertanya kepadaku tentang hadits itu lalu kukabarkan sanadnya kepadanya, lalu ia menyerang Konstantinopel.” (HR. Hakim no. 8300 dengan sanad shohih)

Kaum Muslimin dipukul mundur oleh musuh. Benteng-bentang Konstantinopel yang berlapis tiga sulit digempur, dan negeri ini tepi-tepinya dikelilingi laut dan dipasang rantai besi sehingga menyulitkan armada laut masuk lewat tepi-tepinya.

Beberapa kholifah setelahnya ikut andil dalam menyambut bisyaroh nubuwwah ini, tetapi semuanya berhasil dipukul mundur oleh musuh. Hingga datanglah sultan Muhammad Al-Fatih dari dinasti Utsmaniyah (Ottonom). Dialah sang penakluk yang dimaksud dalam hadits.

Saat itu usianya masih remaja, 22 tahun, tetapi jiwanya begitu kuat dan membara, karena dibina oleh ayahnya dengan Kitabullah dan hadits-hadits Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka ia pun mengatur strategi dan menyiapkan pasukan dalam jumlah sangat banyak menuju pulau Konstantinopel menggunakan 70 armada lautnya yang sangat besar. Juga membawa beberapa meriam raksana untuk menjebol temboknya. Meriam ini beratnya 17 ton dan daya jangkau pelurunya mencapai 2 km.

Strategi meriam belum berhasil, dan peperangan sudah berjalan dua bulan. Korban di antara dua pasukan sudah banyak. Maka Sultan Al-Fatih bermusyawarah dan memutuskan memindah 70 armada kapalnya naik gunung untuk memasuki Konstantinopel lewat utara yang tidak terjangkau rantai besi. Pengangkatan itu mengunakan pohon-pohon sebagai jalan yang diolesi lemak dan berhasil dipindahkan semuanya dalam satu malam.

Di pagi harinya, mereka menyerbu dan Allah memberi mereka kemenangan.

Bisyaroh nubuwah ditaklukannya Persia dan Konstantinopel sudah terwujud. Romawi Barat alias Vatikan suatu saat pasti akan kita taklukan, entah generasi keberapa. Allah lebih tahu.[]

 

 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url