12 Amalan Utama di Hari Jum’at
Hari Jum’at adalah hari
terbaik dalam sepekan, sebagaimana Romadhon dan Dzulhijjah bulan terbaik dalam
setahun. Untuk memaksimalkan pahala di hari Jum’at, kita perlu mengetahui amal
utama apa saja yang perlu dikerjakan pada hari Jum’at. Berikut penjabarannya.
1. Membaca As-Sajdah dan Al-Insan
Dianjurkan imam membaca
surat As-Sajdah dan Al-Insan pada sholat Shubuh. Sholat Shubuh berjamaah di
Masjid pada hari Jum’at merupakan sholat terbaik dalam sepekan, maka hendaknya
imam berusaha mengamalkan sunnah ini jika mampu.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu
‘Anhu, ia berkata: “Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam biasa membaca
di hari Jumat pada sholat Subuh surat As-Sajdah dan surat Al-Insan.” (HR.
Al-Bukhori no. 891)
2. Mandi
Rosulullah Shollallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Jika seorang dari kalian hendak Jum’atan, semestinya mandi.”
(HR. Al-Bukhori no. 877)
Jumhur ulama berpendapat mandi
Jum’at hukumnya sunnah seperti Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Syaikh Bin Baz,
dan Syaikh Al-Albani. Sebagian ulama berpandangan wajib, seperti Syaikh
Utsaimin.
Dikatakan mandi Jum’at
jika mandi tersebut dikerjakan antara pagi Jum’at sampai waktu zhuhur.
Di antara dalil bagi yang
berpendapat wajib adalah hadits: “Mandi di hari Jum’at adalah wajib bagi
setiap lelaki yang baligh.” (HR. Al-Bukhori no. 879)
Para pekerja meskipun
sudah mandi di pagi hari, jika dirasa bau keringat maka dianjurkan mandi lagi
sebelum Jum’atan. Jika tidak memungkinkan, maka ganti pakaian. Minimal memakai
parfum agar aromanya wangi. Hal ini dipertegas dengan hadits Ibnu Umar Rodhiyallahu
'Anhuma, bahwa ketika Umar berkhutbah di hari Jum’at, tiba-tiba datang
seorang lelaki Muhajirin (Utsman) dari Sahabat Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa
Sallam yang awal-awal masuk Islam, lalu Umar menegurnya: “Jam berapa
sekarang?” Jawabnya: “Aku disibukkan (oleh kerja) hingga tidak sempat pulang ke
rumah sampai mendengar adzan lalu aku hanya berwudhu.” Kata Umar: “Hanya wudhu?
Padahal kamu tahu bahwa Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan
mandi.” (HR. Al-Bukhori no. 878)
Nabi Shollallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Wajib atas setiap Muslim mandi karena
Allah, sepekan sekali.” (HR. Al-Bukhori no. 898)
Termasuk pula
membersihkan gigi dengan siwak atau pasta gigi. Rosulullah Shollallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Seandainya aku tidak memberatkan umatku
—atau manusia—, tentu aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali hendak
sholat.” (HR. Al-Bukhori no. 888)
3. Berpakaian Terbaik
Umar bin Khothob Rodhiyallahu
‘Anhu melihat satu setel pakaian bergaris sutra di pintu Masjid lalu ia
berkata: “Wahai Rosulullah, andai saja Anda membeli pakaian ini yang nanti Anda
kenakan untuk Jum’atan dan menjamu tamu yang datang kepada Anda.” Rosulullah Shollallahu
‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Orang yang memakai ini, tidak akan
mendapatkan bagian apapun di Akhirat.” (HR. Al-Bukhori no. 886)
Yakni dianjurkan memakai
pakaian terbaik tetapi tidak boleh berbahan sutera.
4. Berminyak Wangi
Rosulullah Shollallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Mandi pada hari Jum’at adalah wajib atas
setiap orang yang sudah baligh, dan bersiwak dan memakai parfum jika memiliki.”
(HR. Al-Bukhori no. 880)
Dianjurkan parfum non
alkohol. Adapun parfum beralkohol, maka ulama berselisih pendapat. Pendapat
yang kuat bahwa ia boleh, karena alkohol dalam parfum bukanlah bahan yang
digunakan untuk khomr (miras), sama nama (alkohol) tetapi beda hakikat.
5. Bersegera Berangkat ke Masjid
Rosulullah Shollallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Siapa yang mandi seperti jinabat di hari
Jum’at lalu berangkat di awal waktu, seolah-olah ia berkurban seeokor unta
bunting. Siapa yang berangkat di waktu kedua, seolah-olah ia berkurban seekor
sapi betina. Siapa yang berangkat di waktu ketiga, seolah-olah ia berkurban
seekor kambing kibas bertanduk. Siapa yang berangkat di waktu keempat,
seolah-olah ia berkurban ayam. Siapa yang berangkat di waktu kelima,
seolah-olah ia berkurban sebutir telur. Apabila imam sudah datang (untuk
khutbah), Malaikat hadir untuk mendengarkan ceramah.” (HR. Al-Bukhori no. 881)
Ibnu Utsaimin berkata:
“Waktu yang disebutkan Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam
hadits di atas ada lima. Terbitnya matahari sampai khotib naik mimbar dibagi
lima waktu. Boleh jadi masing-masing waktu ini seperti pembagian jam yang kita
kenal, boleh jadi pula pembagian masing-masing waktu ini tidak sama lama dan
sebentarnya, karena waktu sering berubah durasinya. Kesimpulannya, waktu ini
dibagi lima, dimulai dari terbitnya matahari dan selesai saat khotib naik
mimbar. Ada yang berpendapat dimulai dari terbitnya fajar tetapi pendapat ini
lemah, karena ia waktu sholat Shubuh.” (Majmu Fatawa, no. 1260, secara
ringkas)
Hadits ini berisi
keutamaan marbot Masjid, karena ia orang yang pertama masuk Masjid dan diawal
waktu sebelum yang lainnya masuk.
6. Ke Masjid Berjalan Kaki
Dari Abayah bin Rifa’ah,
ia berkata: aku berjumpa Abu Abs saat pergi Jum’atan lalu ia berkata: aku
mendengar Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Siapa yang
kedua kakinya berdebu di jalan Allah, Allah haramkan dirinya atas Neraka.”
(HR. Al-Bukhori no. 907)
Ketika berjalan,
dianjurkan santai dan tenang penuh kewibawaan, tidak berlari dan grusa grusu.
Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila sholat
sudah iqomat, jangan mendatanginya dengan berjalan tergesa-gesa, tetapi
datangilah dengan berjalan tenang. Tenanglah, jika mendapatkan rokaat imam,
ikutlah, dan jika masbuq, sempurnakan rokaatnya.” (HR. Al-Bukhori no. 908)
Siapa yang melakukan 6
poin ini (mandi, parfum, jalan kaki, tidak mengganggu jamaah, sholat sunnah,
diam mendengarkan khutbah), maka semua dosanya diampuni. Hal ini berdasarkan
hadits: “Tidaklah seseorang mandi di hari Jum’at, membersihkan badan
semampunya, memakai parfum minyaknya atau parfum istrinya, lalu keluar (menuju Masjid)
tanpa memisahkan dua orang, lalu ia sholat sebanyak yang telah ditetapkan Allah
atasnya (semampunya), lalu diam saat khotib berkhutbah, melainkan dosanya
sampai Jum’at sebelumnya diampuni.” (HR. Al-Bukhori no. 883)
7. Mendengarkan Adzan
Dianjurkan mendengarkan
adzan dengan seksama dan membalasnya, baik khotib maupun jamaah. Hal ini
berdasarkan hadits Dari Muawiyah bin Abi Sufyan Rodhiyallahu ‘Anhuma,
ketika ia duduk (di atas mimbar Jum’at) dan mudzin mengucapkan: “Allah
Mahabesar, Allah Mahabesar,” ia menjawab: “Allah Mahabesar, Allah
Mahabesar.” Ketika mengucapkan: “Aku bersaksi bahwa tidak ada yang
berhak disembah selain Allah,” Muawiyah menjawab: “Aku juga bersaksi.”
Ketika mengucapkan: “Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah,” Muawiyah
menjawab: “Aku juga bersaksi.” Selesai adzan, ia berkata: “Wahai
manusia, aku mendengar Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam di atas
mimbar ini ketika mendengar adzan, menjawab seperti jawaban yang kalian dengar
dariku.” (HR. Al-Bukhori no. 914)
Dalam hadits Muslim, jika
dia membalas adzan mu’adzin sampai selesai maka ia pasti masuk Surga. (HR.
Muslim no. 385)
8. Menghadapkan Wajah
Dianjurkan khotib
menghadapkan wajahnya ke jamaah dan mereka juga menghadapkan wajahnya ke khotib.
Hal ini berdasarkan hadits Abu Sa’id Al-Khudri Rodhiyallahu ‘Anhu, ia
berkata: “Pada suatu hari Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam duduk di
atas mimbar dan kami duduk mengelilingi beliau.” (HR. Al-Bukhori no. 921)
Yang dilakukan
orang-orang sekarang duduk berbaris sesuai shof adalah boleh, dan jika Masjid
penuh sesak maka dianjurkan merapat meski tidak lurus shofnya.
Dengan menghadapkan
wajah, maka ia akan serius mendengarkan khutbah untuk meniru para Malaikat. Hal
ini berdasarkan hadits: “Pada hari Jum’at, beberapa Malaikat berdiri di
pintu Masjid untuk mencatat orang yang datang lebih awal secara berurutan.
Perumpamaan orang yang datang lebih awal seperti orang yang berkurban dengan
seekor unta bunting, lalu seperti orang yang berkurban seekor sapi betina, lalu
kambing kibas, lalu seekor ayam, lalu sebutir telur. Apabila imam (khotib)
sudah masuk Masjid, mereka menutup lembaran catatan tersebut untuk mendengarkan
khutbah.” (HR. Al-Bukhori no. 929)
9. Sholat Tahiyatul Masjid
Dianjurkan untuk sholat
Tahiyatul Masjid meskipun khotib sudah berkhutbah. Hal ini berdasarkan hadits Jabir
Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: seorang lelaki datang Jum’atan saat Nabi
Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam berkhutbah lalu beliau bertanya: “Apakah
kamu sudah sholat (Tahiyatul Masjid)?” Jawabnya: “Belum.” Beliau bersabda: “Berdirilah
dan sholatlah dua rokaat.” (HR. Al-Bukhori no. 931)
Ketika datang saat adzan
berkumandang, hendaknya langsung sholat Tahiyat, tidak berdiri menunggu selesai
adzan, karena mendengarkan khutbah wajib dan Tahiyat sunnah.
10. Diam Mendengarkan Khutbah
Rosulullah Shollallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Jika kamu berkata kepada temanmu saat
Jum’atan: ‘Diamlah,’ padahal imam sedang berkhutbah, maka Jum’atanmu sia-sia
(tanpa pahala).” (HR. Al-Bukhori no. 934)
11. Banyak Berdoa
Dianjurkan memperbanyak
doa di hari Jum’at karena lebih berpeluang dikabulkan, terutama di antara dua
khutbah atau Ashar sampai Maghrib.
Rosulullah Shollallahu
‘Alaihi wa Sallam menyebut hari Jum’at dan bersabda: “Pada hari itu ada
sebuah waktu, yang jika bertepatan dengan seorang Muslim yang sedang berdiri
sholat, lalu meminta kepada Allah apapun, pasti Allah kabulkan permintaannya.”
Beliau mengisyaratkan akan sebentarnya waktu tersebut (HR. Al-Bukhori no. 935)
12. Makan dan Tidur Siang Setelah
Jum’atan
Dari Sahl Rodhiyallahu
‘Anhu, ia berkata: “Kami dahulu tidak qoilulah (tidur siang) dan
tidak pula sarapan kecuali setelah Jum’atan.” (HR. Al-Bukhori no. 939)
Dari Anas Rodhiyallahu
‘Anhu, ia berkata: “Kami dahulu menyegerakan Jum’atan lalu qoilulah
(tidur siang).” (HR. Al-Bukhori no. 940)
Semoga kita diberi taufik
Allah untuk mengamalkan amal-amal utama di hari Jum’at. Amin.