Analisa Nahwu Surat Al-Kautsar
Analisa Nahwu Surat
Al-Kautsar
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ
هُوَ الْأَبْتَرُ (3)
Tahapan dalam menganalisa
tulisan Arob berharokat apapun adalah: (1) terjemah harfiyah (per kata), (2)
terjemah maknawiyah (per kalimat), (3) mencari isim, (4) menentukan hukum
setiap isim yang ditemukan, (5) analisa harokat akhir (Nahwu).
(1) Terjemah
Harfiyah
إِنَّا:
sungguh Kami. Aslinya إِنَّ+نَا = إِنَّنَا. Innā maupuan innanā
keduanya dipakai dalam Al-Qur’an.
أَعْطَيْنَاكَ: Kami
(Allah) memberimu (Muhammad). Yang bermakna Kami = نَا, dan yang bermakna kamu = كَ.
الكَوْثَرَ: Kautsar
ditafsirkan oleh mufassirin sebagai kebaikan yang banyak, di antaranya: nama
beliau selalu disebut bersamaan dengan nama Allah (syahadatain) baik dalam doa
berwudhu, adzan, sholat, dan lainnya. Di antara pula: diampuni dosa-dosanya,
Telaga Kautsar, dan kedudukan tertinggi di Surga. Semua ini adalah Kautsar yang
diberikan Allah kepada Nabi-Nya ﷺ.
فَـ: maka.
صَلِّ:
sholatlah.
لِ:
kepada/karena.
رَبِّكَ:
Rob-mu. Arti Rob adalah Sang Pencipta, Sang Pemilik, Sang Pengatur. Maka makna
Rob manusia adalah Allah sebagai pencipta manusia, memilikinya, dan yang kuasa
mengaturnya baik dengan aturan kauni (seperti ajal) maupun syar’i (seperti
perintah dan larangan).
وَ: dan.
انْحَرْ: (baca:
inhar): sembelilah.
إنَّ شَائِنَكَ:
sungguh orang yang membencimu.
هُوَ: dia.
الأَبْتَرُ: orang
yang terputus.
2) Terjemah
Maknawiyah
[1] Sungguh Kami memberimu (hai Muhammad) kebaikan yang
banyak. [2] Maka sholatlah karena Rob-mu dan menyembelilah (karena-Nya juga).
[3] Sungguh orang yang membencimu, dialah orang yang terputus. (QS. Al-Kautsār:
1-3)
3) Mencari Isim
Kata pembentuk kalimat ada tiga yaitu: (1) isim (≈ kata
benda/sifat), (2) fi’il (≈ kata kerja), (3) huruf (selain keduanya).
Ciri isim ada 5, yaitu:
1.
Diawali ال seperti
الكَوْثَرُ.
2.
Diakhiri tanwin ( ـً ـٍ ـٌ )
seperti كَوْثَرٌ.
3.
Diawali huruf jar yang berjumlah 9, yaitu: مِنْ - إِلَى -
عَنْ - عَلَى - فِي - رُبَّ - بِ - كَ - لِ. Contohnya لِرَبِّ. Karena رَبِّ diawali huruf jar لِ maka رَبِّ adalah isim.
4.
Menjadi mudhof. Mudhof adalah isim tanpa ال dan tanpa tanwin serta isim berikutnya
majrur (harokat akhir kasroh/kasrotain). Contohnya رَبِّ النَّاسِ di mana رَبِّ adalah mudhof dengan ciri tanpa ال tanpa tanwin dan isim berikutnya majrur
(kasroh/kasrotain).
5.
Kata ganti (dhomir), seperti نَا (Kami), كَ (kamu), هُوَ (dia).
Dari pemaparan di atas,
maka isim-isim dalam surat Al-Kautsar ini:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ [أَنْتَ] لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
[أَنْتَ] (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)
Adalah:
نَا - نَا - كَ - الكَوْثَرَ - أَنْتَ - رَبِّ - كَ - أَنْتَ - شَانِئَ - كَ -
هُوَ - الأَبْتَرُ
Lalu apa ciri fi’il dan
huruf? Mudahnya, ciri fi’il = jika bebas dari ciri isim dan minimal 3 item,
contohnya:
أَعْطَيْ - صَلِّ - انْحَرْ.
Ciri huruf = bukan isim
dan bukan fi’il. Contohnya:
إِنَّ - فَـ - لِ - وَ - إنَّ
4) Menentukan Hukum
Tiap Isim
Hukum ada tiga, yaitu marfu’,
manshub, dan majrur.
Marfu’ adalah isim yang
harokat akhirnya berupa dhommah/dhommatain, seperti الكَوْثَرُ -
كَوْثَرٌ.
Manshub adalah isim yang
harokat akhirarnya berupa fathah (baca: fat-hah) atau fathatain,
seperti: الكَوْثَرَ - كَوْثَرًا.
Catatan: setiap isim fathatain wajib ditambahi alif
seperti كَوْثَرًا - أَبْتَرًا - شَانِئًا.
Majrur adalah isim yang
harokat akhirannya berupa kasroh/kasrotain, seperti: الكَوْثَرِ -
كَوْثَرٍ.
Dari pemaparan di atas
maka:
الْكَوْثَرَ: isim
manshub.
شَانِئَ: isim
manshub.
الْأَبْتَرُ: isim
marfu.
Jadi kita menyimpulkan
bahwa isim itu bisa berubah-ubah harokat akhirnya:
الكَوْثَرُ - كَوثَرٌ = isim
marfu
الكَوْثَرَ - كَوثَرًا = isim
manshub
الكَوْثَرِ - كَوثَرٍ = isim
majrur
Adapun kata ganti
(dhomir), harokatnya tidak mau berubah baik posisinya marfu, manshub, maupun
majrur. Contohnya كَ (kamu),
meski manshub maupun majrur tetap كَ. Isim semacam ini biasa disebut isim
tetap (mabni). Lawannya adalah isim berubah (mu’rob)
seperti kautsar di atas.
Maka untuk membedakan isim
biasa dengan dhomir, ditambahi di tempat, seperti di tempat marfu, di
tempat manshub, atau ditempat majrur.
Lantas bagaimana cara
menentukan marfu, manshub, majrur pada dhomir? Nanti akan dijelaskan pada
waktunya.
5) Analisa Nahwu
Perhatikan lagi kalimat
di bawah ini:
إِنَّا [إِنَّ+نَا] أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ [أَنْتَ] لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
[أَنْتَ] (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)
Mari kita menganalisanya.
إِنَّ: huruf.
نَا: dhomir
di tempat manshub menjadi isim inna.
أَعْطَيْ: fi’il.
نَا: dhomir
di tempat marfu menjadi fā’il.
كَ: dhomir
di tempat manshub menjadi maf’ul bih I.
الكَوْثَرَ: isim
manshub karena menjadi maf’ul bih II.
فَ: huruf.
صَلِّ: fi’il.
[أَنْتَ]: dhomir
di tempat marfu menjadi fā’il.
لِ: huruf
jar.
رَبِّ: isim
manshub karena diawali huruf jar لِ dan sekaligus menjadi mudhof.
كَ: dhomir
di tempat majrur karena menjadi mudhof ilaih.
إنَّ: huruf.
شَانِئَ: isim
manshub karena menjadi isim inna, sekaligus sebagai mudhof.
كَ: dhomir
di tempat majrur menjadi mudhof ilaih.
هُوَ:
dhomir, tidak dianalisa karena tidak memiliki kedudukan pada kalimat.
الأَبْتَرُ: isim
marfu karena menjadi khobar inna.
Allahu a’lam.[]