Apakah Asyairoh Termasuk Ahlus Sunnah?
Sunnnah lawannya adalah
bid’ah, sehingga jika yang dimaksud kemurnian Sunnah tanpa dicampuri kebid’ahan
maka Asyariah bukan termasuk Ahlus Sunnah.
Hakikat Asyairoh belakangan
ini adalah Jabariyah dalam masalah takdir, Murji’ah dalam masalah keimanan,
Mu’atthilah (meniadakan) sifat-sifat Allah. Mereka tidak menetapkan sifat Allah
kecuali hanya tujuh sifat; karena mereka menganggap hanya tujuh sifat yang
masuk akal mereka. Maka Anda melihat mereka menafikan istiwa’ (Allah tinggi di
atas ‘Arsy), dan mereka mengatakan: “Allah tidak berada di dalam alam semesta
dan juga tidak di luarnya, tidak juga di atasnya, tidak juga di bawahnya,” dan
lain sebagainya dari beberapa penyimpangan, maka bagaimana mungkin mereka dimasukkan
Ahlus Sunnah sementara Ahlus Sunnah tidak mentakwil sifat?
Ibnu Taimiyah berkata:
فلفظ أهل السنة يراد
به من أثبت خلافة الخلفاء الثلاثة ، فيدخل في ذلك جميع الطوائف إلا الرافضة .وقد يراد به : أهل الحديث والسنة المحضة
، فلا يدخل فيه إلا من يثبت الصفات لله تعالى
“Jika Ahlus Sunnah yang dimaksud
adalah siapa saja yang menetapkan sahnya kekhalifahan tiga orang khalifah (Abu
Bakar, Umar, dan Utsman), maka semua firqoh (kelompok) masuk dalam kategori
tersebut kecuali Rafidhah. Terkadang yang dimaksudkan adalah Ahli hadits dan Ahli
Sunnah yang murni, maka tidak masuk dalam kategori tersebut kecuali mereka yang
menetapkan sifat-sifat Allah.”[1]
Syeikh Ibnu Utsaimin
berkata:
أهل السنة يدخل فيهم
المعتزلة ، يدخل فيهم الأشعرية ، يدخل فيهم كل من لم يكفر من أهل البدع ، إذا قلنا
هذا في مقابلة الرافضة
.
لكن إذا أردنا أن
نبين أهل السنة ، قلنا : إن أهل السنة حقيقة هم السلف الصالح الذين اجتمعوا على السنة
وأخذوا بها ، وحينئذ يكون الأشاعرة والمعتزلة والجهمية ونحوهم : ليسوا من أهل السنة
بهذا المعنى
“Mu’tazilah termasuk Ahlus
Sunnah, begitu pula Asy’ariyah, dan semua kelompok yang tidak kafir dari para
ahli bid’ah, jika kami katakan ini lawan dari Rafidhah.
Akan tetapi jika kami
ingin menjelaskan Ahlus Sunnah, maka kami katakan bahwa Ahlus Sunnah yang
sebenarnya adalah para Salafus Shalih yang berkumpul dalam sunnah dan
mengamalkannya, pada kondisi seperti ini maka Asy’ariyyah, Mu’tazilah,
Jahmiyyah dan yang lainnya, mereka bukanlah termasuk di dalamnya dari sisi
makna tersebut.”[2]