Empat Amalan Utama di Bulan Romadhon
Berdzikir dari bakda
sholat Shubuh hingga waktu Dhuha besar pahalanya. Tapi ada satu amalan yang
lebih singkat dari itu tetapi lebih besar pahalanya daripada dzikir di atas.
Mari kita perhatikan apa yang diceritakan oleh Ibnu Abbas Rodhiyallahu
‘Anhuma bahwa Juwairiyah istri Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam berdiam dari semenjak sholat Shubuh hingga Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam kembali ke
rumahnya di awal waktu Dhuha lalu beliau bersabda:
“Apakah kamu masih
seperti ini terus semenjak aku meninggalkanmu?” Jawabnya, “Ya.” Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Aku tadi membaca empat kalimat sebanyak
tiga kali, andaikan ditimbang dengan amalan dzikimu dari semenjak tadi, pasti
ia lebih berat, yaitu bacaan:
«سُبْحَانَ
اللهِ وَبِحَمْدِهِ: عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ،
وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ»
Subhaanallōh wa bihamdih, ‘adada kholqih, wa ridhoo
nafsih, wa zinata ‘arsyih, wa midaada kalimaatih (maha suci Allah dengan memuji-Nya: sebanyak jumlah
makhluk-Nya, demi mengharap ridho-Nya, seberat Arsy-Nya, dan sebanyak
kalimat-kalimat-Nya).” (HR. Muslim no.
2726)
Pelajaran berharga
dalam hadits ini adalah priotitas amal lebih diutamakan daripada kuantitas, karena
ia menghemat waktu dan tenaga dengan pahala yang besar.
“Lalu apakah amalan
terbaik selama Romadhon?”
Sederhananya, secara
urutannya sebagai berikut: (1) Ibadah fardhu (wajib) terutama sholat 5 waktu,
(2) puasa Romadhon, dan zakat; (3) Menjauhi larangan; (4) Ibadah sosial; dan
(5) Ibadah sunnah.
1.
Ibadah Fardhu
Yang paling Allah
sukai dari hamba-Nya adalah menunaikan ibadah fardhu (wajib) terutama sholat 5
waktu dan puasa Romadhon. Allah berfirman:
«وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي
بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ»
“Yang paling Aku
sukai dari amalan yang mendekatkan hamba kepada-Ku adalah segala yang Aku
wajibkan atasnya.” (HR. Al-Bukhori no.
6502)
Maka termasuk tipuan
setan adalah ketika Romadhon seseorang rajin Tarowih di Masjid tetapi ia
meninggalkan sebagian sholat lima waktu. Sebab sholat lima waktu hukumnya wajib
sementara sholat Tarawih hukumnya sunnah.
Misalnya pula, mana
yang lebih utama sholat Maghrib berjamaah di Masjid atau sholat Tarawih?
Sebagian manusia, atas dasar lapar mereka lebih suka sholat Maghrib di rumah,
lalu menjelang Isya pergi ke Masjid untuk mengikuti sholat Tarawih berjamaah
dengan anggapan lebih besar pahalanya. Apakah demikan? Bahkan, sholat berjamaah
Maghrib di Masjid lebih besar pahalanya daripada Tarawih. Kenapa? Ulama sepakat
bahwa Tarawih tidak wajib tetapi sunnah. Akan tetapi, ulama berselisih pendapat
apakah sholat berjamaah dari lima waktu hukumnya wajib atau sunnah muakkadah.
Sebagian ulama menilai wajib seperti sebagian madzhab Hambali, Syaikh Bin Baz,
Syaikh Utsaimin, bahkan Imam Ibnu Khuzaimah menganggap tidak sah sholat tanpa
berjamaah tanpa uzur.
Misalnya pula,
seorang anak diperintah ibunya untuk sebuah tugas penting bakda Isya sehingga
tidak ikut berjamaah Tarawih di Masjid, anak kedua sholat Tarawih di Masjid,
pertanyaannya: manakah yang lebih banyak pahalanya? Perintah ibunya. Kenapa? Melaksanakan
perintah ibu hukumnya wajib (birrul walidain), sementara Tarawih
hukumnya sunnah.
Termasuk pula
kewajiban adalah puasa Romadhon, dan ia amal terbesar kedua setelah sholat lima
waktu.
Yang sudah jatuh
tempo zakat māl (harta) untuk segera menunaikannya, dan ia amal terbesar dalam
Romadhon setelah sholat dan puasa. Ada pula yang berpendapat: sholat, lalu
zakat, lalu puasa. Allahu a’lam.
2.
Menjauhi Larangan
Setelah melakukan
yang wajib, maka perhatian seseorang adalah menjauhi larangan, bukan ibadah
sunnah. Orang yang gemar ibadah baik sholat sunnah dan puasa sunnah tetapi
jelek kepada orang lain, maka ia diancam masuk Neraka, karena dosa menyakiti
orang lain lebih berat di timbangan dari ibadahnya. Hal ini berdasarkan riwayat
berikut dari Abu Huroirah Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
Ditanyakan kepada Rosulullah
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, “Si
fulanah gemar sholat malam dan puasa di siang hari tetapi lisannya suka
menyakiti tetangganya.” Nabi bersabda,
«لَا خَيْرَ فِيهَا هِيَ فِي النَّارِ»
“Dia tidak punya
kebaikan, dia di Neraka.” Lalu ditanyakan
lagi, “Ada pula wanita yang sholat lima waktu dan puasa Romadhon dan sedekah
ala kadarnya karena tidak memiliki apa-apa, tetapi ia tidak menyakiti
siapapun.” Beliau bersabda, “Dia di Surga.” (Shohih: HR. Al-Hakim no. 7304)
Termasuk kesalahan
di bulan Romadhon adalah seseorang hanya fokus sholat Tarowih tetapi tidak mau
menyelesaikan sengketa antara dirinya dengan saudaranya, tidak mau memaafkannya
dan tidak mau menyapanya. Ini keliru. Pahala sholat Tarowihnya akan digunakan
untuk menutupi dosa sengketanya dan boleh jadi tidak cukup.
3.
Ibadah Sosial
Yang dimaksud ibadah
sosial di sini adalah ibadah yang bernilai manfaat tidak hanya untuk dirinya
sendiri tetapi juga untuk orang lain. Misalkan itikaf dibanding dengan sedekah
ifthor, mana yang lebih utama? Jawabannya, sedekah ifthor terutama kepada orang
miskin, kenapa? Karena manfaat i’tikaf hanya untuk diri sendiri, sementara
manfaat sedekah untuk dirinya dan orang lain.
Ketentuan ini
dibangun dari sabda Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam:
«وَلَأَنْ
أَمْشِيَ مَعَ أَخِي فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا
الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا»
“Aku berjalan
bersama saudaraku untuk menyelesaikan hajatnya lebih aku sukai daripada aku
itikaf di Masjid ini sebulan, yakni Masjid Nabawi.” (Hasan: HR.
Ath-Thobroni no. 13646)
Mari kita mencoba
menjawab, mana yang lebih utama: disibukkan mengurus anak yatim selama Romadhon,
mengatur pembiayaan mereka, makan dan tempat tinggal mereka, dibanding orang
yang fokus mengkhatamkan 30 juz sebanyak 3 kali selama Romadhon, mana yang
lebih besar pahalanya?
Jawabannya, ditinjau
dari manfaat maka yang pertama lebih utama. Akan tetapi ditinjau dari
masing-masing orang, amal yang paling utama adalah apa saja yang mudah baginya
dan ia rutin mengerjakannya.
4.
Ibadah Sunnah
Kini yang tersisa
adalah amalan-amalan sunnah, seperti membaca Al-Qur’an, itikaf di Masjid, Tarowih,
Dhuha, dan semisalnya.
Dari semua pemaparan
di atas, kita perlu fiqih prioritas agar amalan kita bernilai besar pahalanya
meski dengan waktu dan biaya yang lebih sediki dibanding orang lain.
Allahu a’lam.[]