Mengejar Pahala 1.000 Bulan
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Kami
telah menurunkannya (Al-Qur’an) di malam Lailatul Qodar. Tahukah kamu apa itu
Lailatul Qodar? Lailatul Qodar lebih baik daripada 1.000 bulan. Para Malaikat
dan Jibril turun dengan seizin dari Robb mereka pada malam tersebut untuk
mengurus semua urusan dengan menyebarkan salam (kesejahteraan) hingga terbit
fajar.” (QS. Al-Qodar [97]: 1-5)
Dari Mujahid Rohimahullah, dia berkata, “Di kalangan Bani Isroil ada
seseorang yang selalu sholat malam hingga subuh, kemudian berjihad melawan
musuh di pagi hari hingga sore hari. Dia mengerjakan itu selama seribu bulan,
lalu Allah menurunkan ayat, ‘Lailatul Qodar
lebih baik daripada 1.000 bulan.’ Sholat pada malam tersebut lebih baik
daripada amal lelaki tersebut.” (Tafsīr
Ibnu Katsīr VIII/443 dan Tafsīr Ath-Thobāri
XXX/167)
Dari Ali bin Urwah Rohimahullah, dia berkata, “Pada suatu hari Rosulullah
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
menceritakan empat orang dari Bani Isroil. Mereka beribadah selama 80 tahun dan
tidak pernah bermaksiat meskipun sekejab mata. Lalu beliau menyebutkan mereka
adalah Ayyub, Zakaria, Hizqil Ibnul Ajuz, dan Yusya’ bin Nun. Kemudian pada Shohabat
Rosulullah merasa takjub dengan hal itu. Lalu Jibril datang kepada Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam lalu
berkata, ‘Hai Muhammad! Apakah umatmu merasa takjub dengan ibadah orang-orang
tersebut selama 80 tahun dan tidak pernah bermaksiat kepada-Nya meskipun
sekejab mata? Sungguh Allah telah menurunkan yang lebih baik daripada itu.’
Lalu dia membacakan kepada beliau, ‘Sesungguhnya
Kami telah menurukannya (Al-Qur’an) di malam Lailatul Qadar. Tahukah kamu apa
itu Lailatul Qadar? Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan.’ Ini
lebih utama daripada apa yang membuat takjub umatmu.’ Lalu beliau dan para Shohabat
yang bersamanya sangat senang.” (Tafsīr
Ibnu Katsīr VIII/443 dan Ad-Durrul
Mantsūr XIII/569 oleh As-Suyūthī)
Sungguh ini adalah kabar gembira bagi umat Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam. Oleh karena itu, ketika membawakan
hadits tentang Lailatul Qodar, Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu mengawali
dengan ucapannya, “Rosulullullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam telah memberi kabar gembira kepada para Shohabatnya.”
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam memberi kabar
gembira kepada para Shohabatnya,
«قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، افْتَرَضَ اللّٰهُ
عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ
أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ
أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ»
“Sungguh telah
datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah yang telah diwajibkan
atas kalian berpuasa padanya. Pada bulan tersebut pintu Surga dibuka, pintu Neraka
ditutup, setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih
baik daripada seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang dari kebaikannya,
sungguh dia benar-benar rugi.” (Shohih:
Musnad Ahmad no. 8991, XIII/541)
Seribu bulan sama dengan 83 tahun lebih 4 bulan. Sedikit sekali dari umat
Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
yang bisa melampaui umur seperti itu. Namun, dengan Lailatul Qodar umat
Muhammad bisa mengungguli umat-umat sebelum mereka.
Kapan Lailatul Qodar?
Lailatul Qodar turun pada bulan diturunkannya pertama kali Al-Qur’an
sebanyak 30 juz dari sisi Allah ke langit dunia, yaitu sepuluh terakhir bulan Romadhon.
Dari Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, Rosulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda,
«تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ
رَمَضَانَ»
“Carilah malam
Lailatul Qodar pada sepuluh akhir di bulan Romadhon.” (HR. Al-Bukhori
no. 2020 dan Muslim no. 1169)
Pendapat mayoritas ulama adalah malam Lailatul Qodar itu berganti-ganti
tiap tahun sesuai kehendak Allah, pada 10 akhir Romadhon.
Dari Abu Qilabah Rohimahullah, dia berkata, “Lailatul Qodar
berpindah-pindah pada sepuluh terakhir yang ganjil.” (Mushannaf Abdurrazzaq no. 7699)
Tanda-Tanda Lailatul Qodar
Tanda Lailatul Qodar turun adalah pada malam hari nampak indah dan cuaca
tidak dingin, sementara pada pagi harinya matahari terbit dengan sinar yang
cerah tidak menyilaukan.
Dari Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhuma, bahwa Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda
tentang Lailatul Qadar, “Malam yang
indah, cerah, tidak panas, dan tidak dingin. Matahari terbit di pagi hari
dengan melemah kemerah-merahan.” (Musnad
Ath-Thoyalisi no. 2802)
Ubay bin Ka’ab Rodhiyallahu ‘Anhu berkata, “Tanda-tandanya adalah
matahari terbit pada pagi hari dalam keadaan cerah tetapi tidak menyilaukan.”
(HR. Muslim no. 762)
Apa yang Perlu Dikerjakan Pada Sepuluh Hari Terakhir?
Yaitu bersungguh-sungguh dalam beribadah dan ketaatan.
Dari Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha,
dia berkata, “Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam apabila memasuki sepuluh terakhir mengencangkan ikat pinggangnya,
menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.” (HR. Al-Bukhori no. 2024
dan Muslim no. 1147)
Di antara bentuk ibadah yang ditekankan adalah sholat malam, memohon ampun,
tilawah Al-Qur’an, dan bersedekah:
1. Sholat Malam
Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda,
«مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ
لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
“Barangsiapa yang sholat
pada malam Lailatul Qodar karena keimanan dan mengharap pahala, maka dosanya
yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Al-Bukhori no. 2014 dan Muslim no. 760
dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu)
2. Berdoa dan Istighfar
Dari Aisyah Rodhiyallahu ‘Anha, bahwa dia berkata, “Wahai Rosulullah!
Bagaimana menurutmu jika aku menjumpai Lailatul Qodar, doa apa yang aku
panjatkan?” Beliau menjawab, “Berdoalah:
«اللّٰهُمَّ
إِنَّكَ عَفُوٌّ، تُحِبُّ الْعَفْوَ، فَاعْفُ عَنِّي»
Ya Allah! Sesungguhnya
Engkau Maha Pengampun dan mencintai ampunan, maka ampunilah aku.” (Shohih: HR. Ibnu Majah no. 3850)
3. Tilawah dan Berderma
Dari Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhuma,
dia berkata, “Rosulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling dermawan. Keadaan beliau
paling dermawan adalah pada bulan Romadhon saat ditemui oleh Jibril Alaihis Salam. Dia menemui beliau setiap
malam di bulan Romadhon untuk tadarrus Al-Qur’an. Sungguh Rosulullah adalah
yang paling dermawan dalam kebaikan melebihi angin yang berhembus.” (HR. Al-Bukhori
no. 6 dan Muslim no. 2308)
Sungguh amat agung keutaman bulan Romadhon terutama satu malam di dalamnya
yang lebih utama daripada seribu bulan. Benarlah, seandainya ada seorang hamba
yang terluput darinya keutamaan ini, sungguh benar-benar dia telah rugi.
«مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ»
“Barangsiapa yang
terhalang dari kebaikannya, sungguh dia benar-benar rugi.” (Shohih: HR. Ahmad no. 8991)
Allahu a’lam.[]