Jadilah Kunci Kebaikan
Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, bahwasanya Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Di antara manusia ada yang menjadi mafatih (kunci-kunci) khoir (kebaikan) dan penutup pintu-pintu syar (kejelekan). Maka beruntunglah bagi
orang yang Allah jadikan sebagai kunci kebaikan melalui kedua tangannya.” (Shohih: HR Ibnu Majah no. 237)
Secara bahasa “miftah
(kunci)” adalah alat untuk membuka. Kemudian kata “miftah” digunakan
untuk menunjukkan makna: segala sesuatu yang bisa membuka tutup, baik secara
nyata atau maknawi. Contoh “miftah” yang nyata adalah kunci pintu, dan contoh
“miftah” yang maknawi adalah bersuci yang menjadi kunci ibadah sholat.
Dalam hadis di atas, kata
“miftah” dalam bentuk plural (jamak), yaitu “mafaatih”,
sehingga dapat dipahami bahwa kunci-kunci kebaikan jumlahnya ada banyak,
demikian pula dengan kunci-kunci keburukan.
Al-Munawi dalam Faidul
Qodir mengutip penjelasan Ar-Roghib, “khair” atau kebaikan adalah
setiap sesuatu yang disenangi manusia, seperti: kecerdasan, keadilan, dan
kemuliaan. Sedangkan “syar” atau keburukan adalah sebaliknya. Objek yang
sama terkadang menjadi kebaikan bagi seseorang dan menjadi keburukan bagi orang
lain. Contonya adalah harta, terkadang harta itu baik bagi Zaid tapi tidak baik
bagi Umar, karena itulah Allah menyifati harta dengan dua sifat.
Masih dalam Faidul Qodir,
Al-Munawi mengutip penjelasan Al-Hakim, hakikat “khoir” adalah ridho
Allah dan hakikat “syar” adalah murka Allah. Sehingga setiap sesuatu
yang diridhoi-Nya adalah baik dan yang dimurkai-Nya adalah buruk.
Ketika Allah meridhoi
seorang hamba, maka tandanya adalah hamba tersebut dijadikan sebagai kunci
kebaikan. Dengan melihatnya, orang lain akan mengingat kebaikan. Jika dirinya
hadir, maka kebaikan juga ikut hadir bersamanya. Jika dirinya berkata, maka
kebaikan keluar dari mulutnya.
Selain itu, pada diri
orang tersebut terdapat tanda-tanda kebaikan yang dapat dilihat oleh siapa
saja. Karena dari waktu ke waktu orang tersebut selalu berada dalam kebaikan;
melakukan yang baik, mengucapkan yang baik, memikirkan yang baik, dan memiliki
hati yang baik. Sehingga dimana pun berada, dia menjadi sebab kebaikan bagi
setiap orang yang sedang bersamanya.
Menurut Muhammad bin Ali At-Turmudzi
dalam Nawaadir Al-Ushul fi Ahaadits Ar-Rosul, siapa saja yang dihadapan
hatinya adalah duniawi, maka ketika Anda berjumpa dengannya, dia akan
membukakan pintu duniawi kepada Anda. Dia akan selalu berbicara urusan duniawi,
sehingga membuat Anda tertarik dengan gemerlapnya dunia. Terus mendengarkan
ucapannya menyebabkan kalbu Anda semakin tidak sehat, dan dia akan membuat Anda
terlibat dalam urusannya.
Kemudian siapa saja yang
di hadapan hatinya adalah Akhirat dan Allah, maka ketika Anda berjumpa
dengannya, dia akan membukakan Akhirat kepada Anda dan membuat Anda mengingat
Allah. Dia akan menebarkan kebaikan pada Anda, membuat Anda semakin tertarik
dan mencintai urusan Akhirat, memandang sepele urusan duniawi, semakin zuhud,
semakin istiqomah dalam ibadah dan benar-benar mengesakan Allah.
Orang-orang yang bisa
megingatkan kepada Allah dan jalan Akhirat itulah yang disebut dengan kubara’
(para pembesar) yang disebutkan dalam hadits:
“Duduklah bersama para
pembesar, bertanyalah pada para ulama, dan bergaullah dengan orang-orang
bijak.” (HR. Thobroni)
Prioritas Kunci
Dari sekian banyak kunci
kebaikan, paling tidak ada dua yang bisa kita jadikan prioritas, yaitu:
Pertama, belajar dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat,
kemudian menyebarkannya dengan cara mengajar, memberikan kuliah, seminar,
kegiatan ilmiah, dan lain sebagainya. Membangun fasilitas-fasilitas pendidikan,
membuat karya tulis, mengupayakan penerbitan buku, pengembangan media online,
dan seluruh kegiatan yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan.
Kedua, amar ma’ruf nahi munkar dengan cara-cara yang
lembut dan bijak, sebagaimana diamanatkan Allah dalam surat An-Nahl: 125 dan
Ali Imron: 110.
Kita harus konsisten
dalam berdakwah mengajak ke jalan Allah, dengan cara memberi tahu orang yang
belum mengerti, memberi nasehat orang yang lalai, berdebat dengan bijak orang
yang salah, mendorong untuk beribadah; menjalankan yang wajib dan yang sunah,
dan melarang sesuatu yang diharamkan. Terutama berdakwah kepada non Muslim agar
mereka tertarik dengan agama Islam.
Disebutkan dalam hadits tentang
keutamaan berdakwah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim:
“Barangsiapa mengajak
kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh
orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.
Barangsiapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang
diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka
sedikitpun.”
Dengan penjelasan di
atas, hendaknya kita selalu menjadi manusia bermanfaat yang menjadi kunci
kebaikan, menumbuhkan dan menebarkan kebaikan kepada siapa pun dan di mana pun.
Agar Menjadi Kunci Kebaikan
Siapa yang ingin menjadi
kunci pembuka pintu kebaikan serta menjadi penutup pintu keburukan, maka
hendaknya ia melakukan hal-hal berikut:
1) Mengikhlaskan segala perbuatan dan perkataan hanya untuk beribadah
kepada Allah. Karena hal tersebut adalah sumber kebaikan dan sumber kemuliaan
seseorang.
2) Berdoa kepada Allah agar diberi taufik menjadi seseorang yang
membuka pintu kebaikan. Karena sesungguhnya doa adalah kunci segala kebaikan,
dan Allah tidak akan menolak doa seorang hamba yang beriman yang memohon
kepadanya.
3) Bersemangat dalam menuntut ilmu dan memperdalamnya. Karena
sesungguhnya ilmu mendorong seseorang kepada kebaikan dan kemuliaan, serta
menghalangi dari perbuatan jelek dan kerusakan.
4) Senantiasa beribadah kepada Allah, terlebih-lebih dalam hal-hal yang
wajib. Dan lebih khusus dalam masalah sholat, karena sholat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.
5) Bersikap dengan akhlak yang mulia dan lemah lembut, serta jauh dari
akhlak yang buruk dan tidak beradab.
6) Berteman dengan orang-orang yang baik dan berkumpul dengan
orang-orang sholih. Karena sesungguhnya dengan berkumpul bersama mereka, para Malaikat akan menyelimutinya
dan rahmat Allah akan mengelilinginya. Serta jauhilah perkumpulan orang-orang
yang buruk dan jelek, karena mereka adalah pengikut para setan.
7) Menasehati orang lain, baik yang dikenal atau tidak dikenal, agar
menyibukkan mereka dengan kebaikan dan menjauhkannya dari kejelekan.
8) Selalu mengingat akan hari akhir, dimana seorang hamba akan berdiri
dihadapan Allah Ta’ala. Maka seseorang yang senantiasa berbuat baik akan
dibalas dengan kebaikan dan orang yang jelek dibalas dengan kejelekan pula, sebagaimana
firman Allah Ta’ala,
“Barangsiapa yang mengerjakan amal perbuatan kebaikan sebesar dzarroh (bagian terkecil) pun,
niscaya ia akan mendapatkan balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan amal
kejelekann sekecil dzarroh, pasti ia akan mendapatkan balasannya.” (QS. Al-Zalzalah
7-8)
9) Dan yang tidak kalah penting adalah seorang hamba senantiasa
berharap agar mendapatkan kebaikan, serta berusaha memberi manfaat kepada yang
lainnya. Sehingga apabila ia sungguh-sungguh berniat dan berharap akan mendapatkan
kebaikan serta memohon kepada Allah, maka dengan izin Allah, ia akan menjadi
kunci kebaikan dan penutup pintu kejelekan.
Dan Allah Maha Kuasa atas hamba-hambanya
untuk diberikan taufik dan dibukakan padanya pintu kebaikan bagi yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah-lah sebaik-baik dzat yang membuka pintu kebaikan. Allahu a’lam.[]