Tujuh Amal Jariyah yang Pahalanya Terus Mengalir Setelah Wafat
Amal jariyah adalah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah meninggal dunia. Amalan tersebut terus menghasilkan pahala yang terus mengalir kepadanya.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu
‘Anhu, ia berkata bahwa Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda,
“Jika manusia mati, maka
terputuslah amalnya (tidak bisa lagi beramal) kecuali tiga perkara: (1) sedekah
jariyah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya, (3) anak sholih yang selalu
mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim, no. 1631)
Contoh sedekah jariyah
adalah membangun Masjid, menggali sumur, mencetak buku yang bermanfaat, serta
berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah.
Ilmu yang bermanfaat,
yaitu ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus
amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan
setelah ia meninggal dunia.
Anak yang sholih termasuk
amal jariyah, karena anak sholih hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh
karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan
anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh
menjadi anak shoih. Lalu anak tersebut menjadi sebab orang tuanya mendapatkan
pahala meskipun orang tuanya sudah meninggal dunia.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu,
Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Ada pahala yang terus
didapatkan oleh orang beriman dari kebaikan yang pernah ia lakukan, meskipun ia
telah mati: ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan, anak sholih yang ia tinggalkan, Mushaf
Al-Qur’an yang ia wariskan, Masjid yang ia bangun, rumah yang ia bangun bagi
ibnu sabil (musafir yang kehabisan bekal), sungai yang ia alirkan, sedekah yang
ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup. Semua itu akan dialirkan kepadanya
setelah ia mati.” (HR. Ibnu Majah, no. 242 dengan sanad hasan)
Imam As-Suyuthi Rohimahullah
menyebutkan 10 amal ini dalam bait syairnya: “Jika manusia itu meninggal dunia,
maka kebaikan dari perbuatan orang itu berhenti kecuali sepuluh perkara: (1) ilmu
yang ia sebarkan, (2) do’a dari anaknya, (3) menanam kurma, (4) sedekah jariyah,
(5) mewariskan Mushaf Al-Qur’an, (6) menjaga di perbatasan, (7) menggali sumur
atau mengalirkan sungai, (8) membangun rumah menginap untuk orang musafir, (9)
membangun majlis dzikir, (10) mengajarkan Al-Qur’an Al-Karim. Ini semua diambil
dari hadits yang telah diringkas.”
Jika hadits-hadits di
atas diringkas menjadi 7 amal jariyah, maka berikut penjabarannya:
1) Mengajarkan
ilmu
Yang dimaksud ilmu di
sini adalah ilmu syar’i (ilmu agama), yaitu ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an
dan As-Sunnah.
Maka mengajarkan
Al-Qur’an tercakup dalam keutamaan ini, dan pengajar Qur’an dan pelajarnya
menjadi manusia terbaik dalam umat Islam.
Mencetak kitab ulama,
menerjemahkannya, begitu pula membagikan Mushaf Al-Qur’an sudah tercakup pada
keutamaan ini.
Hendaknya kita mencetak
Mushaf atau membeli lalu mewakafkannya untuk Masjid dan majelis taklim. Hal ini
akan membuat kaum Muslimin mengambil manfaat. Bagi yang berwakaf seperti ini
akan mendapatkan ganjaran yang besar, karena yang menerima Mushaf Al-Qur’an akan
memanfaatkannya dengan membacanya, mentadabburi, juga mengamalkan isinya.
2) Mengalirkan
Sungai Atau Sumur
Yang dimaksud di sini
adalah membuka jalur air, baik lewat mata air dan sungai, sehingga bisa
mengalir ke rumah penduduk dan lahan pertanian. Akhirnya masyarakat luas bisa
memanfaatkan air tersebut, tanaman-tanaman bisa disiram, hewan ternak pun bisa
mendapatkan minuman. Amalan ini sangat mulia sekali dengan memberikan
penghidupan pada orang banyak karena air memang menjadi kebutuhan yang sangat
vital.
Termasuk dalam hal ini
adalah memasang pipa hingga sampai ke rumah-rumah. Termasuk pula di dalamnya
adalah meletakkan dispenser di tempat strategis sehingga bisa bisa dimanfaatkan
untuk diminum.
Termasuk pula jariyah adalah
membuat sumur. Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘Anhu, Rosulullah Shollallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Ketika seorang laki-laki
sedang berjalan, dia merasakan kehausan yang sangat, lalu dia turun ke sumur
dan minum. Ketika dia keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan
lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini
kehausan seperti diriku.’ Maka dia mengisi sepatunya dan memegangnya dengan
mulutnya, kemudian dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah berterima kasih
kepadanya dan mengampuninya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rosulullah, apakah
kita bisa meraih pahala dari binatang?” Beliau menjawab, “Menjaga kehidupan
setiap yang bernyawa terdapat ganjaran.” (HR. Al-Bukhori no. 2363 dan Muslim
no. 2244)
Juga dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu
‘Anhu, Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Ada seorang wanita
pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu
mengelilingi sumur tersebut sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu
wanita itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengannya). Ia pun diampuni
karena amalannya tersebut.” (HR. Muslim, no. 2245)
Kisah ini sama halnya
dengan membangun sumur, apalagi dimanfaatkan oleh banyak orang, pahalanya
sungguh besar.
3) Menanam Pohon
Kurma yang ditanam atau
pohon berbuah apapun, lalu buahnya dimanfaatkan oleh kaum Muslimin, orang atau hewan,
akan menjadi amal jariyah untuknya.
Disebut kurma di sini
karena kurma mengandung manfaat yang besar, kurma punya keutamaan dan
keistimewaan. Namun sebenarnya, setiap tanaman yang ditanam yang mengandung
manfaat dapat menjadi amal jariyah.
4) Membangun Masjid
Dari ‘Utsman bin ‘Affan Rodhiyallahu
‘Anhu, ia mendengar Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Siapa yang membangun Masjid
karena Allah, maka Allah akan membangun untuknya sebuah istana di Surga.” (HR. Al-Bukhori
no. 450 dan Muslim no. 533)
Dari Jabir bin ‘Abdillah Rodhiyallahu
‘Anhu, Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Siapa yang membangun Masjid
karena Allah walaupun hanya sebesar tempat burung bertelur atau lebih kecil,
maka Allah bangunkan baginya sebuah istana di Surga.” (HR. Ibnu Majah no. 738
dengan sanad shahih)
Ibnu Hajar Rohimahullah
dalam Al-Fath (1: 545) menyatakan,
“Maksud dari ‘siapa
yang membangun Masjid’ digunakan isim nakiroh (lafazh umum) yang
menunjukkan keumuman, sehingga maksud hadits adalah siapa yang membangun Masjid
besar maupun kecil. Dalam riwayat Anas yang dikeluarkan oleh Tirmidzi
menyatakan Masjid kecil atau besar.”
5) Mendidik Anak
Menjadi Sholih
Yang termasuk amal
jariyah juga adalah mendidik anak, mengajarkan adab yang baik pada mereka,
mendidik mereka menjadi bertakwa dan sholih. Anak sholih inilah yang nanti akan
bermanfaat untuk orang tua, akan memberikan kebaikan serta mendoakan ampunan
dan rahmat pada orang tuanya. Itulah yang akan menjadi manfaat bagi mayit di
kuburnya.
6) Membangun Penginapan
untuk Musafir
Termasuk amal jariyah
pula adalah membangunkan rumah penginapan untuk ibnu sabil, yaitu orang yang
melakukan perjalanan jauh dan terputus perjalanan karena kehabisan bekal.
Bentuknya juga bisa dengan
membangun rumah untuk para penuntut ilmu, anak yatim, para janda, orang fakir
dan miskin. Seperti ini akan terhitung sebagai kebaikan dan ihsan.
7) Bersiaga di
Jalan Allah
Dari Salman Rodhiyallahu
‘Anhu, ia mendengar Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda,
“Bersiaga (di jalan
Allah) sehari semalam lebih baik daripada puasa dan mendirikan sholat satu
bulan, dan apabila (orang yang berjaga tersebut) meninggal dunia maka amalan
yang sedang dia kerjakan tersebut (pahalanya terus) mengalir kepadanya,
rizkinya terus disampaikan kepadanya dan dia terjaga dari ujian (kubur).” (HR.
Muslim, no. 1913)
Dari Fudholah bin ‘Ubaid Rodhiyallahu
‘Anhu, Rosulullah Shollallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Setiap orang yang
meninggal dunia akan ditutup semua amalannya kecuali orang-orang yang
berjaga-jaga (di perbatasan musuh di jalan Allah), karena pahala amalannya akan
dikembangkan untuknya sampai hari Kiamat, dan dia akan diselamatkan dari fitnah
kubur.” (HR. Abu Dawud no. 2500 dengan sanad shohih)
Hal ini sesuai pula
dengan firman Allah Ta’ala,
“Dan janganlah kamu
menganggap orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, akan tetapi ia
hidup di sisi Rob-nya dengan diberi rizki.” (QS. Ali-‘Imron: 169)
Allahu a’lam.[]